Setelah Aldian dan Rafka keluar dari ruang rahasia, mereka kembali bingung melihat Redi yang terikat di tiang sambil berteriak-teriak histeris. Mereka masih mempunyai rasa kemanusiaan. Tidak mungkin bagi mereka meninggalkan Redi sendirian di asrama berhantu yang begitu berbahaya.
"Redi gimana nih? Kita nggak bisa tinggalin Redi sendirian di asrama ini. Bisa-bisa ...." Rafka menggeleng kuat-kuat.
"Bisa-bisa apa, Raf?" tanya Aldian.
"Bisa-bisa dia berakhir seperti Tony, saudara gue," jawab Rafka.
"Ya udah gini aja. Kita boncengan tiga aja. Biar Redi jadi tengah. Kalau dia dibiarkan sendirian di belakang, bisa-bisa dia jatuh."
"Bener banget."
"Ayo cepetan kita bawa dia ke garasi!"
Aldian melepaskan ikatan Redi, dibantu oleh Rafka. Mereka berdua bergegas membawa Redi menuju garasi.
"Shit! Kunci motor gue ketinggalan di kamar," umpat Rafka.
"Cepat ambil!" saran Aldian.
Rafka mengangguk, lalu berlari menuju kamar. Namun langkah kakinya terhenti saat menyadari pintu kamar paling ujung terbuka perlahan.
Napas Rafka menjadi berat, sesekali dia meneguk ludah, memberanikan diri untuk menoleh. Di ujung sana, dia melihat Tony, saudaranya yang sudah lama hilang. Tony terlihat pucat dengan balutan kemeja biru kotak-kotak yang terakhir kali ia pakai.
Mata Rafka terbelalak lebar. Sulit dipercaya jika Tony masih hidup. Dilihatnya Tony menutup pintu kamar itu, hingga membuat Rafka mengerjap.
"Tony?"
"Tony!" teriak Rafka, mengurungkan niatnya untuk mencari kunci motor. Dia malah berlari menuju kamar Stephani Eleonora, Noni Belanda yang kerap dipanggil Stevi.
"Tony, buka pintunya, Ton! Tony!" Rafka menaik-turunkan gagang pintu, sesekali dia menggedor-gedor.
"Tony pasti ada di dalam. Penghuni asrama ini pasti menyimpan jasad Tony di dalam. Gue harus melakukan sesuatu," pikir Rafka.
Rafka mulai mencari benda apa pun yang bisa membantunya menghancurkan pintu kamar Stevi. Tanpa berpikir panjang, dia mengambil tabung pemadam api dan melemparkannya ke arah gagang pintu. Dan, pintu itu pun terbuka.
"Tony? Tony? Tony?" Rafka mencari-cari.
Rafka mulai mengecek setiap sudut ruangan. Dari lemari pakaian, sampai kolong tempat tidur. Tetap saja, dia tak menemukan sosok Tony.
"Tony, lo di mana?" teriak Rafka masih tak kunjung jenuh mencari Tony.
Sementara itu, Aldian terus mengumpat, bertanya-tanya mengapa Rafka begitu lama jika hanya mencari kunci motor di dalam kamar.
"Kenapa si Rafka lama banget sih! Sialan!" umpat Aldian. Dia tak bisa terus menahan Redi yang terus meronta-ronta.
"Jangan-jangan ... Rafka kenapa-napa. Gawat!" pikir Aldian, lalu kembali mengikat Redi di tiang rumah.
"Oi Rafka? Lo nggak apa-apa, kan?" teriak Aldian yang berlari menaiki rangkaian anak tangga. Napasnya ngos-ngosan, sementara dahinya berkeringat, bercampur air hujan. Dia tak peduli. Yang terpenting, dia bisa menyelamatkan Rafka dan Redi.
"Rafka?" Aldian membuka pintu kamar. Tidak ada siapa pun di dalam.
👻👻👻👻👻
Zaimatul Hurriyyah
Rabu, 25 Desember 2019Aku update suka-suka ya
Ini liburan sekolah. Jadi ya bisa update cepat.
![](https://img.wattpad.com/cover/206231202-288-k948589.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghuni Asrama
TerrorAldian bukan anak indigo yang bisa melihat "mereka". Tapi Aldian bisa merasakan ada sesuatu di asrama barunya. "Mereka" mengincarnya. "Mereka" menginginkannya masuk ke alam "mereka". Aldian menyimpulkan bahwa penghuni asrama bukan hanya manusia, ta...