Vote dulu ya sebelum baca ehehe
👻👻👻👻
Setelah makan malam, Stephani menaiki rangkaian anak tangga yang mengantarkannya pada sebuah pintu kamar di ujung lorong. Dia cepat-cepat menutup pintu, merebahkan diri di atas kasur, lalu membaca buku berjudul Magie.
Ritual pemanggilan arwah pelindung
1. Siapkan kertas dengan gambar bintang
2. Nyalakan lima lilin putih mengelilingi gambar bintang
3. Teteskan darahmu ke tengah gambar bintang tersebut
4. Lakukan pada jam 12 tepat
5. Bacalah mantra Ik geef mijn bloed. Bescherm me sebanyak tujuh kali.
Ritual ini dapat memanggil arwah pelindung untuk menjaga kamu dari arwah-arwah lain yang ingin menyakitimu."Waaah buku ini bagus juga." Stephani menutup buku tersebut, mematikan lampu, lalu bergegas tidur.
Jendela kamar Stephani tiba-tiba terbuka. Angin yang cukup kencang membawa dedaunan memasuki kamar itu. Dengan lancang angin itu menerpa buku Magie, membuka halaman yang baru saja Stephani baca.
"Ik ben een kwade slang. Geef je bloed. Ik zal je beschermen."
Suara mendesis dari buku berjudul Magie itu terdengar samar di telinga Stephani, yang artinya "Aku adalah ular jahat. Berikan aku darahmu. Aku akan melindungimu."
Seekor ular hitam muncul dari dalam buku itu. Merambat menuju ke arah Stephani yang masih tertidur lelap. Ular itu mendekati mulut Stephani lalu perlahan masuk ke dalam, membuat Stephani terbatuk dengan sakit yang begitu luar biasa. Stephani terbangun, merasa ada sesuatu yang menjanggal di tenggorokannya. Dia memegang lehernya. Di dalam sana ada sesuatu yang menggelayut. Stephani tercekik. Berulang kali ia terbatuk.
"Uhuk uhuk."
Stephani cepat-cepat mengambil segelas air putih yang tersedia di atas meja. Dia segera meminumnya. Tak lama, sesuatu yang menggelayut itu hilang. Stephani tak lagi merasa sakit.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Stephani mengecek lehernya. Tidak ada apa-apa di dalam sana. Padahal dia yakin ada sesuatu yang ia telan.
Napas Stephani ngos-ngosan. Dahinya berkeringat dingin. Dia melihat jendela kamarnya terbuka. Angin yanh cukup kencang masuk menerobos.
"Kenapa jendela kamarku bisa terbuka sendiri?" Stephani bertanya-tanya. Dia beranjak untuk menutup jendela.
Saat dia ingin kembali tidur, buku berjudul Magie yang terletak di nakas meja menarik perhatiannya. Dia tercekat.
"Buku itu..."
Stephani penasaran dengan kelanjutan dari isi buku tersebut. Dia mengambilnya lalu membacanya lagi, lagi, dan lagi.
"Ik geef mijn bloed. Bescherm me?"
Stephani bertanya-tanya. Mengapa mantra itu bermakna "Kuberikan darahku. Lindungilah aku."
"Aku tak mungkin mempraktikkan ilmu seperti ini." Stephani mengetuk kepalanya sendiri lalu terkikik konyol. Dia mengembalikan buku itu ke nakas meja dan kembali tidur. Tak lama, Stephani pun terlelap.
"Ik ben een kwade slang. Geef je bloed. Ik zal je beschermen."
"Ik ben een kwade slang. Geef je bloed. Ik zal je beschermen."
"Ik ben een kwade slang. Geef je bloed. Ik zal je beschermen."
Berulang kali suara mendesis itu berbisik ke telinga Stephani. Terngiang lirih lalu merasuk ke pikiran Stephani hingga muncul di dalam mimpi.
👻👻👻👻👻
Zaimatul Hurriyyah
Rabu, 29 Januari 2020Komen sebanyak-banyaknya ya biar aku semangat ngetik

KAMU SEDANG MEMBACA
Penghuni Asrama
HorrorAldian bukan anak indigo yang bisa melihat "mereka". Tapi Aldian bisa merasakan ada sesuatu di asrama barunya. "Mereka" mengincarnya. "Mereka" menginginkannya masuk ke alam "mereka". Aldian menyimpulkan bahwa penghuni asrama bukan hanya manusia, ta...