Instagram = zaimatul.hurriyyah
Redi berpura-pura tertidur. Diam-diam, dia menyingkap selimutnya setelah memastikan Aldian dan Rafka sudah tertidur pulas. Ia kemudian berjalan mengendap-endap menuju peralatan vlog yang sudah ia siapkan di atas meja.
"Hmm ... gue harus berhati-hati nih kalau mau aman," kata Redi pelan, nyaris tak terdengar. "Kelihatannya semua orang iri sama pencapaian gue. Mungkin itulah sebabnya si Aldian selalu menghalang-halangi gue buat bikin konten. Maklumlah, orang miskin!"
Redi beranjak keluar kamar dengan sangat hati-hati. Dia mengendap-endap keluar sembari membawa peralatannya. Ada kamera, lensa, tripod, mikrofon, juga perekam suara. Langkah kaki Redi bahkan tidak terdengar sama sekali. Berhati-hati menuruni rangkaian anak tangga, lantas menuju gudang. Matanya celingukan, memastikan tidak ada Pak Darto yang biasanya tiba-tiba datang menegur.
"Semoga aja nggak ada lagi orang yang ganggu gue bikin vlog. Daripada digangguin manusia, mendingan gue digangguin hantu sekalian biar vlog gue terus-terusan viral dan trending." Redi terkikik.
Tanpa basa-basi, segeralah Redi membuka pintu gudang pelan-pelan. Hanya terdengar suara engsel berkarat yang berderit di malam itu. Lalu, Redi pun memulai kontennya.
"Oke guys. Kembali lagi dengan gue, Redi. Di youtube channel tempat angker. Sesuai permintaan kalian, gue bakalan bikin part tiga. Maka dari itu, jangan lupa like, komen, dan subscribe ya guys," kata Redi yang perlahan membuka pintu rahasia yang menyerupai rak buku.
"Oke guys. Nggak usah basa-basi lagi. Kita bakalan review ruang rahasia yang ada di asrama ini ya, guys."
"Lihat guys! Rak buku yang gue review kemarin, ternyata adalah pintu rahasia, guys. Gue nggak nyangka banget. Sumpah." Redi mulai mengarahkan kameranya ke arah ruang rahasia.
"Di ruang ini, kayak perpustakaan gitu loh, guys. Gue merinding, guys. Serem banget." Redi mulai meneguk ludah. Suasana gudang terasa begitu mencekam. "Semua buku di sini berdebu banget. Kayak udah lama ditinggalin gitu."
"Guys, di sebelah sana ada lukisan wanita cantik, guys." Redi memperlihatkan sebuah lukisan berukuran 1 x 2 meter pada kameranya. "Cantik banget ya, guys. Dia kayaknya noni Belanda penghuni asrama ini deh, guys."
"Kata teman-teman gue yang tinggal di asrama ini, mereka pernah melihat penampakan Noni Belanda di kamar lantai dua. Mungkin ini nih si Noni Belanda yang mereka maksud. Gue juga nggak tahu kebenarannya sih. Dan gue juga belum pernah melihat penampakannya soalnya gue baru di tinggal di sini beberapa hari. Kayaknya sih hantu Noni Belanda itu beneran ada."
Redi mulai mengarahkan kameranya menuju sebuah tulisan kecil di sudut lukisan. "Oooh namanya Stephani Eleonora, guys. Jadi, ini pasti hantu yang paling terkenal di asrama ini. Rumornya sih gitu, guys. Soalnya kata penjaga asrama memang namanya itu Stephani Eleonora. Biasa dipanggil Stevi guys."
Suara rak buku tiba-tiba berderit, membuat Redi terlonjak dengan mata melebar. Rak buku yang merupakan akses pintu rahasia tiba-tiba menutup sendiri.
Redi spontan merekam ke arah pintu rahasia. "Lihat, guys! Pintu rahasianya menutup sendiri gitu. Sumpah ruangannya gelap banget, guys." Redi hanya berbekal cahaya lampu vlog yang ia bawa.
"Ini bukan settingan ya, guys. Pintunya benar-benar menutup sendiri." Redi memposisikan kameranya di meja kecil dan mulai mencoba membuka pintu rahasia.
"Aduuuh, guys. Nggak bisa ternyata. Kita coba lagi ya, guys." Redi terus mencoba. Namun tak bisa.
"Yaelah. Nih pintu pakek acara drama segala," keluh Redi. Sebisa mungkin mencoba tidak terlihat panik di hadapan kamera.
"Ya mungkin rak buku ini udah lama nggak dirawat. Jadinya rusak guys." Redi terus berusaha membuka rak buku itu.
"Aduuuh kenapa jadi seret gini sih?" batin Redi emosi.
Redi tercekat. Rak buku itu tidak bisa dibuka, membuatnya kembali mencoba dengan tenaga lebih. Sayangnya, rak buku itu tetap tidak mau terbuka.
"Waaah kayaknya nggak bisa dibuka, guys. Kalau begitu, sekian dulu vlog hari ini. Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya!"
"Tolooong! Ada orang di sana?" teriak Redi mulai panik. Dia menggedor pintu berulang kali. "Tolong bukain gudang penyimpanan dong! Halooo!"
Suara Redi tidak bisa didengar dari luar. Pendiri asrama itu memang mendesain agar ruang rahasia kedap suara. Rasanya percuma Redi berteriak meminta tolong.
"Eh tolong!" teriak Redi masih belum jengah mencoba membuka pintu. "Please! Bukain pintu!"
Bulu kuduk Redi mulai menegang. Lampu yang ia bawa tiba-tiba padam tak bisa dinyalakan. Redi terus mencoba menyalakannya kembali. Tapi tetap tak bisa.
"Aduuuh kenapa lampu senternya nggak nyala? Padahal baru gue beli." Redi masih berusaha menyalakan lampu senternya.
Ruangan yang gelap tentu tak membuat Redi ketakutan sedikit pun. Mungkin karena ia sudah terbiasa mengeksplor tempat-tempat angker sebelumnya. Bocah itu hanya takut tidak bisa keluar dari gudang itu.
"Ish! Kenapa kejadian kayak gini harus terjadi sih? Gara-gara kejadian kayak gini, gue jadi nggak bisa bikin konten lebih lama," gumam Redi kesal.
Suara derap langkah kaki tiba-tiba terdengar dari belakang. Redi merasa tidak sendirian, ada makhluk lain di dalam sana. Dia meneguk ludah. Perlahan berbalik untuk melihat siapakah yang ada di belakangnya.
Dahi Redi berkernyit. Ia tak menjumpai siapa pun. Namun anehnya, ia yakin ada seseorang di belakangnya tadi.
"Aneh, kenapa nggak ada siapa-siapa? Jangan-jangan ... ada hantu. Tapi gue nggak bisa lihat." Redi cepat-cepat kembali menyalakan kameranya dan merekam area sekitar dengan inframerah.
"Maaf guys. Lampu senter gue tadi tiba-tiba mati. Jadi, sekarang keadaannya gelap banget. Jujur, pintunya masih belum bisa dibuka guys. Gue lebih takut nggak bisa keluar dari sini daripada ngelihat hantu." Redi terkikik, lalu membalikkan kamera dan merekam dirinya sendiri.
"Suasananya mencekam banget. Tadi bulu kuduk gue sempat berdiri. Gue juga ngerasa ada seseorang di belakang gue. Tapi pas gue berbalik, nggak ada siapa-siapa. Oh iya! Tadi gue juga dengar suara langkah kaki gitu. Tapi nggak sempat ngerekam karena masalah pintu tadi guys," papar Redi. "Oke guys. Kali ini gue bakal ngerekam semuanya dan nggak ada yang terlewatkan biar momen epicnya nggak ada yang kelewatan."
Suara derap langkah itu kembali. Terdengar oleh Redi, namun tidak terdengar dalam rekaman kamera.
"Apa kalian dengar guys? Tadi kayak ada orang yang jalan gitu. Wow! Ternyata kabar kalau asrama ini angker bener-bener valid no debat," lanjut Redi sambil meneguk ludah. Entah mengapa ia mulai berkeringat dingin.
👻👻👻👻👻
Zaimatul Hurriyyah
Minggu, 24 November 2019Gimana? Konfliknya udah mulai nih, guys. Jangan lupa vote, komen, dan follow
Instagram = zaimatul.hurriyyah
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghuni Asrama
HorreurAldian bukan anak indigo yang bisa melihat "mereka". Tapi Aldian bisa merasakan ada sesuatu di asrama barunya. "Mereka" mengincarnya. "Mereka" menginginkannya masuk ke alam "mereka". Aldian menyimpulkan bahwa penghuni asrama bukan hanya manusia, ta...