46. Stephani

21.3K 1K 21
                                        

Stephani Eleonora, gadis cantik berkulit pucat dengan rambut pirang. Dia tersenyum senang berada dalam perpustakaan pribadinya. Membaca setiap buku yang baru saja ia bawa dari Belanda, menghabiskan waktu sepanjang hari di dalam sana, menikmati aroma buku, juga sensasi menyenangkan saat ia mengerti hal-hal baru.

"Buku ini sangat bagus. Aku harus memberi tahu Ayahku tentang buku ini." Stephani menutup bukunya. Ia meregangkan otot setelah punggungnya terasa kaku.

Stephani beranjak. Dia mulai melihat-lihat buku lain yang ada di rak. Pandangannya tertuju pada sebuah buku kuno yang terselip di antara buku-buku lama yang pernah ia baca sebelumnya. Dahi Stephani berkernyit, bertanya-tanya apakah dia pernah membeli buku itu? Apa buku itu milik Ayahnya?

"Buku apa ini?" Stephani mengambil buku itu dari dalam rak lalu membaca judulnya. Di sana tertulis Magie, yang berarti sihir.

Stephani mengingat-ingat kembali buku apa saja yang ia beli. Saat ia berada di Belanda, ia kalap melihat berbagai macam buku yang terpajang di toko. Dia mengambil banyak buku, beberapa di antaranya ia beli bahkan tanpa melihat judulnya.

Tok tok tok

Suara ketukan kayu mengagetkan Stephani. Gadis itu menoleh, lalu berbalik. Sebagian lantai kayu di ruangan perpustakaan itu seolah ada beberapa orang yang mengetuk.

"To... tolooong!"

Mata Stephani melebar. Sementara dadanya berdegup kencang. Suara beberapa orang meminta tolong terdengar jelas dari asal kayu lantai perpustakaan pribadinya.

"A... apa ada orang di sana?" tanya Stephani memastikan.

Braaakkk

Stephani terlonjak. Sebidang kayu lantai terbuka seperti pintu. Dia meneguk ludah, memberanikan diri berjalan menghampiri lantai kayu itu.

"Apa ada orang di sana?" tanya Stephani. "Halooo?"

Tidak ada sahutan. Stephani melongok, melihat ke dalam sebuah ruangan bawah tanah yang sungguh gelap. Stephani tidak bisa melihat apa pun.

"Halooo apa ada orang di sana?" tanya Stephani kembali memastikan. Dia menghela napas, lalu mengambil lampu lilin yang terpatri di dinding.

"Halooo? Apa ada orang?" Stephani kembali melongok di ambang pintu ruang rahasia. Dia menerangi ruang bawah tanah itu dengan cahaya redup dari lilin yang ia bawa. Stephani yakin, ada sesuatu di dalam sana.

Setelah beberapa saat melongok di ambang pintu dengan penerangan lilin kecil, Stephani menghela napas lega. Tidak ada siapa pun di dalam sana. Mungkin hanya suara tikus-tijus kecil yang nakal. Atau barang kali suara hewan yang tak sengaja terjebak dan tak bisa keluar.

"Stephani, waktunya makan!" panggil Tuan Eleonora dari luar ruangan.

Stephani bergegas menutup ruang bawah tanah itu. "Iya, Ayah," timpalnya setengah berteriak.

👻👻👻👻👻
Zaimatul Hurriyyah
Senin, 27 Januari 2020

Bagi kalian yang kangen Aldian, tenang ya. Ini ceritanya masih puanjang. Kalian harus tahu kenapa Stephani jadi arwah gentayangan.

Penghuni AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang