35. Kematian Rafka

23.3K 1.1K 98
                                    

Apa pekerjaan kalian? Kok ada waktu buat baca wattpad sih?

👻👻👻👻👻

Kejadian mengerikan yang dilihat Rafka di masalalu perlahan membuat tubuh cowok itu memudar. Tak lama, ia kembali ke masanya sendiri. Portal waktu dari cermin ajaib di kamar Stevi terbuka, seketika Rafka terpental dari dalam cermin tersebut. Jatuh terjerembab di atas lantai seraya mengaduh kesakitan.

Memang apa yang dialami Rafka sungguh tak masuk akal. Dia tiba-tiba masuk ke dalam cermin dan melihat semua masalalu Tony bersama Tio, Lukas, Karin, Bella, juga Anna. Pelanggaran yang mereka lakukan di tempat-tempat terlarang rupanya telah membawa mereka pada kematian yang sangat mengenaskan.

Rafka sadar bukan hanya Tony, Tio, Lukas, Karin, Bella, dan Anna saja yang telah melanggar sopan santun di tempat-tempat terlarang. Dia, Aldian, dan Redi juga melakukan hal yang sama. Mereka telah memasuki tempat-tempat terlarang yang terdapat banyak kutukan kematian di dalamnya.

"Tony ... ternyata memang sudah meninggal." Rafka kembali berkabung.

"Dan, apa gue juga akan menyusul Tony?" Rafka bertanya-tanya.

Rafka berdiri dengan kepala menunduk lesu, berharap apa yang dia lihat hanyalah mimpi. Meskipun demikian, Rafka tetap bersyukur. Dia kini sudah tahu di mana keberadaan jasad Tony. Mungkin Rafka hanya akan menemukan tulang belulang Tony di hutan terlarang. Tapi setidaknya, Rafka bisa menguburkan Tony dengan pemakaman yang layak.

Sebuah lukisan besar bergambar wanita cantik terlihat seperti hidup. Lukisan itu mengamati setiap gerak-gerik Rafka yang lalu lalang di wilayahnya. Tentu, hal itu memancing kemarahannya.

"Tony...." panggil Rafka dengan mata berkaca-kaca. Langkah kakinya tercekat saat menatap mata lukisan besar yang ada di hadapannya. Lukisan seorang wanita cantik berparas bak bidadari.

"Kau akan mati."

Deg

Seketika sekujur tubuh Rafka tak bisa bergerak, mulutnya terlipat rapat, angin kencang disertai hujan mulai menerjang masuk melalui jendela. Ditambah lagi kilatan petir berpadu guntur yang terdengar menggelegar. Dedaunan dari pepohonan di luar sana, dengan lancang masuk. Pintu yang tadinya terbuka mendadak tertutup rapat.

Lukisan Stephani Eleonora mulai bergerak keluar. Kulit Stevi yang tadinya putih pucat perlahan berubah menjadi hijau kekuningan, rambutnya menjulur ular-ular kecil nan panjang, sementara matanya mendelik mengeluarkan darah. Stevi mulai merangkak turun menuju kaki Rafka.

Rafka ingin menjerit. Tapi mulutnya terkunci. Kakinya tak bisa digerakkan. Sementara arwah Stevi sudah menggelayut di bawah kakinya.

Braaakkk

Pintu kamar yang semula terbuka kini tertutup rapat-rapat. Tak lama, Aldian datang dan menggedor-gedor pintu.

"Rafka, buka pintunya, Raf! Rafka! Rafka!" Aldian terus menggedor pintu. Sesekali dia juga berusaha mendobrak. Anehnya, pintu kayu itu malah seperti besi kuat yang mustahil bisa didobrak.

"Kau akan mati...." Stevi mendesis.

Ular-ular kecil dari rambutnya terus rontok satu per satu seolah tak ada habisnya. Ular-ular itu merayap, menggelayut di kaki, dada, dan tangan Rafka.

"Kau harus mati!" teriak Stevi. Seketika ular-ular itu menggigiti sekujur tubuh Rafka.

Stevi tertawa puas. Dia berubah menjadi asap-asap tipis yang menguap di udara. Tubuh Rafka yang semula tak bisa digerakkan kini meronta kesakitan, mencoba mengibaskan ratusan ular-ular hijau yang menggigiti tubuhnya.

"Rafka? Rafka? Lo ada di dalam kan? Rafka?" Aldian terus menggedor pintu.

Racun dari ular-ular itu meresap masuk ke dalam kulit Rafka. Terlebih racun itu masuk dalam jumlah besar. Tak butuh waktu lama, tubuh Rafka melemas. Dia terjatuh ke atas lantai dengan mata mendelik.

👻👻👻👻👻
Zaimatul Hurriyyah
Minggu, 5 Januari 2019

Sudah follow instagramku belom?

Silahkan follow instagramku agar kalian bisa tahu info ter-update dari karya-karyaku. Love you❤

Penghuni AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang