His Name, Ruri -Prolog-

1.9K 84 6
                                    

"tes! Tes!"

Sepulang sekolah ketika anak-anak SMA Kencana sedang sibuk menuju ke parkiran, fokus mereka teralihkan oleh suara yang nyaring berasal dari tengah lapangan. Disana seorang perempuan dengan rambut hitam lurus diikat kudang sedang berdiri sambil memegangi sebuah toa di depan mulutnya.

Mata perempuan itu tertuju pada gedung IPS di lantai dua, "Kepada Ruri Dhananjaya," ucap perempuan itu tanpa melepaskan pandangannya dari pintu 12 IPS 1.

Mendengar nama teman sekelas mereka disebut lantas membuat murid IPS 1 langsung memanggil Ruri dan menyeretnya, Ruri yang kebingungan namanya dipanggil pun hanya bisa menatap perempuan tersebut penuh tanya.

Perempuan itu menghela nafasnya sejenak, ia menyesali keputusannya tapi sekarang sudah terlambat untuk mundur, "gue suka sama lo! lo mau jadi pacar gue?" ucapnya dengan wajah yang memerah karena malu ditambah dengan sorakan murid lainnya.

Termasuk Ruri, cowok itu hanya bisa menatap kaget perempuan yang ada di lapangan walau tubuhnya sedang diguncang oleh teman-teman sekelasnya. Tak lama kemudian Ruri tersenyum tipis, cowok itu kemudian memilih turun ke lapangan. menghampiri cewek yang beberapa saat lalu baru saja menembaknya. Berdiri di depan cewek tersebut yang kini menutup rapat kedua matanya.

"terima! Terima! Terima!" sorakan orang-orang makin membuat cewek itu malu, ia ingin kabur sekarang juga.

Lama cewek itu menunggu jawaban dari Ruri sambil menutup matanya, saat tak kunjung menerima jawaban cewek tersebut memutuskan untuk membuka matanya, ia kaget ketika melihat sosok Ruri yang kini sudah berdiri di depannya. Cowok itu tersenyum kecil, tangan Ruri lalu menarik beberapa anak rambut perempuan tersebut ke belakang telinganya.

Ruri pun mengusap pelan daun telinga cewek tersebut, "nama lo siapa?" bisik Ruri.

Cewek itu tak bisa melepaskan pandangannya dari Ruri, cowok itu berkali lipat jauh lebih tampan jika dilihat dari dekat. Ia meneguk salivanya dengan kasar.

"A-Arumi Dewandaru," jawabnya sedikit terbata. Untuk kebaikan jantung pun Rumi sedikit mengambil langkah mundur karena jarak mereka terlalu dekat, ia takut Ruri dapat mendengar suara dentuman jantungnya.

"Arumi..." gumam Ruri, lalu tanpa aba-aba cowok itu menyentuh dagu Rumi dengan jari telunjuk dan jempolnya, memaksa cewek itu menatap lurus ke matanya.

Ia lalu mengambil toa yang ada di tangan Rumi, Ruri menatap lekat cewek itu dan menaruh toa tersebut tepat di depan mulutnya.

"Kepada Arumi Dewandaru..."

Tatapan keduanya sama sekali tak terputus, tangan Ruri tetap menahan dagu cewek tersebut agar Rumi sama sekali tak menatap kearah lain. Kaki Rumi sudah sangat lemas sekarang, keringat dingin membanjiri wajahnya, dadanya terasa sakit karena dentuman jantungnya sendiri.

"gue mau jadi cowok lo!"

Dan disaat itu juga pandangan Rumi langsung menjadi gelap, cewek itu tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.



TBC.


aku mutusin buat lanjut cerita ini tapi dengan tokoh yang berbeda dan alur yang jauh lebih berbeda dengan cerita sebelumnya.

i know sudah banyak penulis yang makai tema truth or dare kayak gini, tapi aku harap bisa buat cerita ini jadi sedikit lebih berbeda.

so ya... enjoy the story🤍🤍🤍🤍

His Name, RuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang