Di tatap meratap...
Menggulir ego antara janji dan harap.
Berdiri berdampingan antara sebuah keikhlasan atau merelakan.
Ikhlas jika saja hati yang memang benar ku perjuangkan ternyata merubah haluannya, Dan
merelakan, karna ikhlas sudah tak lagi ku rasakan adanya.Sudah sekuat aku menyanggah, agar kau tetap singgah.
Sudah sebesar aku menangkap, sebagai upaya ku untuk membuat mu terus menetap.
Seperti sudah sependapat dengan alam sadar ku.
Sekuat atau sebesar apa pun cara ku menjaga.
Yang punggur memang harus lah gugur.Dengan ini, maka tak ada lagi alasan ku tuk merawat bilur yang mengukur seberapa lama alur telah mengulur sepanjang waktu, hanya dengan mengahabiskan rindu, bersama engkau yang tak pernah merindu sedikit pun.
setegar aku,
setegas garis di wajah menutupi dasar-dasar renung, yang
menyembunyikan sembab dari pelupuknya.
Aku mengaku kalah, yang salah menentukan titik tuk berarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seutas Gelabah
شِعر"Pena Beranjak" Mengenal kan puisi kepada kalian yang suka dengan kata-kata indah dan manis. Di sini kalian bisa merasakan apa yang kalian rasakan, karna puisi yang dibuat memang berdasarkan kisah keseharian yang biasa terjadi pada siapapun, termasu...