E S C A P E - 11

1K 75 26
                                    

"Karena gue nggak mau bawa lo yang di dunia suci, ke dunia kotor gue."

Dua jam yang lalu, setelah Scarleta mengatakan itu, bisa Arzharel rasakan, Scarleta tidak lagi menanggapi ketika Zharel bertanya, apa maksudnya. Ketika dia menunduk sedikit, barulah dia tahu kalau kedua mata Scarleta sudah memejam, di dalam dekapan Zharel perempuan itu tertidur. Laki-laki itu mendengus samar.

Zharel membuang nafasnya pelan dan melihat perempuan cantik yang kini malah tertidur di dekapannya. "Makasih atas kerjasamanya, Scarleta. Thanks, buat nggak bikin gue lepas kendali dan menahan gue, di waktu gue sebenarnya kepo."

Meski Scarleta tertidur sehingga tidak mungkin apa yang akan dia katakan terdengar gadis itu, entah kenapa Zharel merasa takut Scarleta salah paham. "Gue, bukan bermaksud aneh. Gue penasaran kenapa lo bisa sebeda itu. Kenapa hidup lo kayak serba kekurangan dan sederhana banget meski katanya bayaran lo mahal."

Wajah Scarleta yang sebagian tertutup rambut membuat sebelah tangannya Zharel terulur, menepikan rambut itu agar tak menghalangi wajah perempuan itu.

"Lo kerja begituan memang pengin, pilihan hidup apa memang terpaksa?"

Malam ini, dia benar-benar tidak mendapatkan apapun. Alih-alih perasaan, atau apapun, yang membuat rasa penasarannya terjawab, Zharel malah mendapati, jika dirinya malah dibuat semakin penasaran dengan perempuan di dekapannya—yang berani-beraninya tertidur di saat yang ada diantara mereka... belum selesai.

Jam dinding dengan logo partai di kamar kosan Scarleta menunjukkan kini sudah pukul dua pagi dan demi kerang ajaib, Zharel belum tertidur sama sekali. Ia selama dua jam ini hanya duduk, dengan Scarleta yang tertidur di dekapannya dan sama sekali tidak bergerak mungkin saking pulasnya. Bentar lagi shubuh dan laki-laki itu ketika adzan shubuh berkumandang itu tandanya aktifitas mansion mulai.

Dalam keadaannya yang kurang tidur, lelah bagi Zharel untuk memikirkan apa yang akan terjadi jika keluarga, para pelayan dan pengurus mansion mendapat melihat dirinya yang baru saja masuk ke mansion di waktu pagi mengingat makan malam kemarin, Zharel tidak mengatakan apapun atau izin jika dia akan keluar.

Membayangkannya saja sudah membuatnya sakit kepala dan juga pusing.

Maka dari itu, laki-laki itu harus pulang sekarang. Perlahan-lahan Arzharel menegakkan posisi duduknya, menaruh Scarleta di pangkuannya dan dia berharap gadis itu tidak bangun. Karena posisi mereka dan kasur palembang milik Scarleta yang tidak jauh, laki-laki itu menggeserkan diri lima kali lalu menaruh perempuan itu di kasurnya yang demi kerang, sangat tipis sekali. Zharel jadi bertanya-tanya di dalam hatinya apakah Scarleta tidak sakit punggung setiap hari tertidur di sini?

Setelah membaringkan perempuan itu, Arzharel tidak lupa menutupi tubuh perempuan itu dengan selimut hingga sebatas dada. Bahkan selimutnya pun tipis.

Lagi-lagi Zharel membuang nafas kasar melihatnya. "Good night Scarlet."

***

Melihat jika di meja makan hanya ada isterinya, Zharo dan juga si bungsu, Arzha di tengah-tengah sarapannya merasa ada yang janggal. Mereka sudah sedari tadi sarapan namun kehadiran anak sulungnya sampai detik ini belum tampak. Dia melihat pada kedua anaknya, bahkan makanan mereka saja sudah mau habis lagi.

Menengok ke Atha yang duduk di sisi kanan meja makan, Arzha bertanya. "Ma, Zharel kemana? Kok dia nggak ikut sarapan sama kita pagi ini?" Karena ini, baru kali pertama Arzharel Keenandrey Rifai, tidak ikut sarapan. Bahkan, Arzharo dan Tata saja tidak pernah melewatkan sarapan bersama. Maka dari itu dia heran.

ESCAPE [I] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang