E S C A P E - 18

745 60 25
                                    

Zharel benar-benar tidur dengan posisi duduk di dekat pintu kamar, kursi di dekat pintu yang tadi malam laki-laki itu duduki sudah agak bergeser. Sacrleta ingin sekali berpikir bahwa dia salah lihat tetapi kenyataannya, Zharel memang di sana.

Adzan Shubuh yang berkumandang sebagai tanda jika hari akan dimulai. Di kamarnya masih ada Zharel dan demi kerang ajaib, Scarleta benar-benar gelisah. Ia justru malah memikirkan bagaimana caranya Zharel keluar dari kamarnya tanpa ada orang yang melihat. Di saat kesadarannya belum sepenuhnya terkumpul, dia sudah merasa pusing lantaran memikirkan bagaimana nasib Zharel di kamar kosannya.

Buru-buru Scarleta bangkit dan menghampiri laki-laki itu. "Zharel, Zharel." Meski lancang, tapi Scarleta harus menepuki pipi laki-laki itu, agar Zharel bangun.

Karena tepukan pelan masih belum mempan, Scarleta menepuknya menjadi lebih keras. "Zharel bangun, ini udah Shubuh dan ngapain lo masih ada di sini?!"

Berkat tepukan yang cukup barbar, akhirnya Zharel mengerjapkan matanya, melihat Scarleta yang berada tepat di hadapannya dengan tatapan linglung. Scarleta, melihatnya dengan raut wajah masam dan beberapa detik kemudian, ia tahu kenapa.

"Gue udah bilang, kalau gue gak akan balik sebelum gue dapet jawaban."

"Goblok," umpat Scarleta tanpa bisa dia cegah, saking kesalnya. "Sekarang, apa lo tau gimana caranya lo pulang? Di luar sana banyak cowok yang keluar rumah sama kosan buat Shubuhan di Masjid. Gimana kalau mereka liat lo keluar dari—"

"Ya udah, kalau gitu, gue gak usah keluar, gampang, kan?" sela Zharel yang amat santai. "Gue juga tau kalau di luar pasti udah mulai rame, gue gak keluar."

Mengerang frustasi, Scarleta sampai mengacaki rambut sepunggungnya itu.

"Terus sampai kapan mau di sini?" tanya Scarleta hampir menjerit. Dia agak beruntung karena tidak hampir, melepaskan kekesalannya itu. Bisa gawat kalau dia, berteriak yang menyebabkan bisa saja penghuni kosan lain mendegar teriakannya.

Suaranya yang serak karena efek baru bangun tidur, membuatnya berdeham. Zharel memejamkan mata sekilas sebelum menggeseri badan Scarleta, agar dia bisa berdiri, barulah Zharel menjawab. "Sampai lo mau ceritain tentang diri lo, ke gue."

"Sia-sia lo di sini karena sampai kapanpun, gue mati-matian bungkam, Rel."

***

"Pah, Zharel beneran berangkat ke kos temen, malem-malem?" tanya Zharo di tengah-tengah sarapan mereka. Zharo sebenarnya sudah tahu mengingat papanya barusan bilang dan terlebih, sekitar jam lima, ada chat dari Zharel yang bilang, kalau dia sudah Shubuhan dan sedang membeli nasi uduk di sekitaran kosan temannya.

Arzha mengangguk membenarkan. "Bilangnya ada diskusi skripsi gitu..."

Tanggapan papanya hanya dibalas reaksi mangut-mangut dari Zharo. "Wah, tumben aja itu anak mau-maunya keluar malem-malem gitu," gumam Zharo pelan.

"Zharel bilang ke papa, dia balik, jam berapa?" tanya Atha seraya mengolesi selai pada roti untuk anak-anaknya. Meski sudah makan nasi, terkadang Zharo, Tata dan Arzha suka makan roti yang dijadikan sebagai camilan meski ini masih sarapan.

Sebelum meminum susu penguat tulangnya Arzha menjawab dulu. "Bilang, waktu kemarin sih, katanya Ashar dia mau balik. Temannya, hari ini, mau ke Jogja." Setelah meminumi seteguk, Arzha berbicara lagi. "Dia balik Ashar, sekalian anterin temennya itu ke Stasiun atau ke Bandara dulu mungkin, baru balik ke sini, mah."

Tata yang sudah selesai makan, membalikkan sendok juga garpunya lalu dia mencomot roti yang sudah diberi selai cokelat oleh mamanya. "Kan, hari ini, jadwal aku dianterin Bang Zharel. Karena Bang Zharel gak ada, berarti, Bang Zharo, ya?"

ESCAPE [I] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang