E S C A P E - 32

555 53 100
                                    

Guys, maaf baru update lagi. Btw, selama gak update aku bener-bener writting block sampe nangis. Kesel aja gitu, pengin ngetik tapi nggak ada kata-kata yang keluar.

Chapter ini, kalian bakal tau gimana kalau udah baca. Tapi dari awal aku udah bilang kan.







Jangan tanyakan bagaimana keadaan Scarleta sekarang. Perempuan itu, saat ini tengah benar-benar panik. Bagaimana bisa di dalam keadaannya yang seperti ini Zharel meneleponnya. Sekarang bahkan pukul tiga pagi di mana, orang waras mana yang akan tega menelepon sepagi buta ini? Mungkin hanya Zharel yang begini.

Perempuan itu melihat ke arah ranjang dan beruntungnya pelanggannya saat ini masih terlelap tidur. Scarleta tak bisa membayangkan, apa jadinya pelanggannya terbangun sementara dia, sudah berniat, benar-benar pergi sekarang. Peraturan kerja di Omegas memberlakukan setiap consort untuk bekerja sampai jam delapan pagi.

Tidak harus sampai jam delapan pagi jika memang pelanggan itu sendirilah, yang meminta. Sayangnya, teman tidurnya malam ini, ingin, full time. Untuk di kali ini saja, Scarleta ingin membangkang karena perempuan itu tidak mau sama sekali.

Di tengah buru-burunya, untuk keluar dari sini, Zharel malah menghubungi, yang tentunya sangat tidak tepat di situasi dan kondisi seperti sekarang. Kadang dia berpikir, apakah di rumahnya yang super besar itu Zharel tidak punya jam makanya, sering sekali lupa waktu jika menghubunginya atau bahkan datang ke kosannya?

Mengabaikan panggilan Zharel, Scarleta memilih membereskan lagi barang apa saja yang di bawa, termasuk memasukkan pakaian kotornya. Urusan panggilan Zharel bisa dia urusi nanti di kosan. Yang terpenting dia harus keluar dulu sekarang.

Keluar dulu dari kamar dosa menjera, sebelum penghuninya terbangun.

***

Ketika sudah hampir mendekati kosannya, Scarleta mendadak terdiam, pada tempatnya berpijak karena melihat di sana, ada motor ninja dan sosok laki-laki yang dia kenal betul itu siapa, dengan pakaian serba abu-nya. Perempuan itu terhenyak—tidak menyangka kalau ternyata Arzharel Keenandrey Rifai akan datang ke sini.

Sejenak, Scarleta ragu apakah dia harus lanjut berjalan atau berbalik, supaya Zharel tidak melihat keberadaannya sekarang. Tidak, bertemu dengan Zharel dalam keadaan yang kacau begini, sama sekali bukan hal bagus. Kenapa juga, laki-laki itu, bisa ada di kosannya malam-malam begini? Apa karena teleponnya tak diangkat?

Sayangnya, Scarleta kelamaan berpikir. Tanpa ada ada-aba Zharel yang tahu jika di jalanan sepi ini ada seseorang menoleh dan bertemu pandang dengannya. Di detik itu juga, Scarleta merasa lemas karena Arzharel menatapinya dengan dingin.

Sudah kepalang ke-gap, Scarleta tidak bodoh dengan memilih berbalik. Kini dia menarik nafasnya sejenak, berjalan mendekati Zharel meski tidak tahu apa yang membuat laki-laki ini ke sini. Sudah lama Zharel tidak ke kosannya, kenapa juga ia kemari lagi sekarang? Scarleta pikir, laki-laki itu sudah tahu dan tidak seharusnya.

Tidak seharusnya juga Zharel melihatnya dalam keadaan yang amat kotor.

"Bisa ikut gue?" tanya Zharel, datar sekali. "Nanti gue anterin lo balik lagi."

"Kemana?" tanya Scarleta. Mereka berdua berhadapan namun berjarak dua sampai tiga langkah. "Gue baru banget balik dan gue, bener-bener butuh tidur."

ESCAPE [I] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang