E S C A P E - 40

689 59 89
                                    

Setelah 1000 purnama akhirnya bisa update juga huhu (T.T). Maaf ya kalau jelek, aneh atau nggak jelas. Seneng banget bisa selesai satu chapter. Makasih juga buat semua komentaran kalian di amparan sebelumnya, it helps me a lot, guys. Makasih juga buat pengertian sama semua support kalian. Clue, Escape bentar lagi tamat. 8 chapter lagi kemungkinan hehe.

Happy reading.

Makin ke sini makin ambyar pokoknya, jangan kaget.









Ada mungkin sekitar satu jam, baik Scarleta dan Zharel membiarkan hening melingkupi mereka. Zharel yang Scarleta tahu masih menangis dalam diam, dan dia membiarkan itu. Dalam benaknya, Scarleta penasaran, ada masalah apa, antara laki-laki ini dengan orangtuanya sampai seperti itu. Meski begitu rasanya tak pantas jika Scarleta bertanya terlebih saat di dalam keadaan Zharel yang terpuruk seperti ini.

"Gue diusir dari rumah."

Scarleta menoleh. Sebenarnya, apa yang Zharel katakan sebelumnya, sangat tidak menjelaskan apapun tapi Scarleta juga tidak mau bertanya lebih lanjut karena tidak mau terkesan memaksa laki-laki itu. Pikirnya, mungkin nanti Zharel cerita.

Tanpa ada niatan, untuk menampakkan wajah atau menegakkan duduk, laki-laki itu kembali mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. "Semuanya memang jadi salah gue. Papa sama mama gue marah, adik gue kecewa sama gue dan gue..." Rasa bersalah alih-alih rasa sakit, membuat Zharel tidak bisa melanjutkan ucapannya.

Perempuan itu kembali menepuki bahu Zharel. "Hei, rileks. Lo masih punya banyak waktu buat cerita, gue nggak maksa lo. Gue bakal jadi pendengar yang baik, kalau lo siap buat cerita dan gue bakal tetap di sini kalau memang lo sekarang bener-benerlagi butuh ditemenin. You don't alone, Rel. Di sini ada gue, lo gak sendirian."

Sebenarnya Scarleta tidak tahu pasti bagaimana rasanya jadi Zharel. Selama mamanya masih hidup, meski kebutuhan mereka selalu kurang namun kasih sayang dari mama untuknya tidak pernah berkurang. Saking sayang, mama padanya, ketika Scarleta dan Stefie diusir dari rumah pun, Scarleta tidak pernah marah. Selama ada Stefie di sampingnya, maka Scarleta akan bahagia dan baik-baik saja, sungguh.

Meski semuanya berubah saat mamanya pergi, meninggalkannya sendirian.

Mendapati Zharel yang diusir dari rumah tentunya membuat Scarleta sangat penasaran perihal apa yang jadi penyebab. Sudah ada berapa kali hal ini melintas di pikirannya, sudah ada berapa kali dia ragu bertanya, sudah ada berapa kali masih di waktu yang sama, Scarleta juga kini merasa lelah untuk sekedar menerka-nerka.

Arzharel Keenandrey Rifai, semua orang tahu laki-laki di sebelahnya adalah orang baik, ideal, cerdas, kaya namun dermawan—lantas apa yang jadi penyebab?

"Kalau gue boleh tau, apa yang ngebuat lo sampai diusir dari rumah, Rel?"

Isakan dalam diam yang masih Zharel keluarkan seketika terhenti. Kini laki-laki itu tercenung, lidahnya kelu, mendadak entah kenapa kepalanya memberat. Dia tidak mungkin mengatakan secara terang-terangan jika Scarleta ada sangkut paut di dalam ceritra mengapa dirinya sampai diusir, kan? Konyol, menambah bebannya.

Zharel yang tiba-tiba menoleh ke arah Scarleta, sukses membuat perempuan itu menahan nafas sejenak. Kali pertama dalam hidupnya, dia melihat laki-laki bisa menangis dan itu, orang yang disukainya. Dengan mata kelincinya yang bengkak—Scarleta tidak habis pikir bagaimana bisa Zharel malah tersenyum semanis itu?

ESCAPE [I] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang