E S C A P E - 27

745 48 42
                                    

Manteman maaf. Niatnya mau apdet kemarin, tapi aku dalam keadaan nggak baik-baik aja, hehe. Aku agak demam gitu, takutnya gak feel juga nanti hasilnya kalau dipaksain. Kalian yang ngerasa aneh kenapa aku nggak update setiap hari kayak biasanya, maaf. Aku udah mulai kuliah sekarang, seminggu memang cuman tiga hari tapi tugasnya bener-bener gila-gilaan wkwkwk. Kalau empat hari aku mendekam di rumah selama libur mungkin aku bisa aja ngetik tapi hari Sabtu aku pergi, Minggu aku sibuk streaming NCT 127 - Kick It dan pas Senin kemarin nggak enak badan. Jadi baru ngetik tadi habis Shubuh hehe.



Tanpa memperhatikan penampilannya lebih lanjut sesudah turun dari motor dan tidak lupa menguncinya, Zharel langsung masuk ke dalam kedai kopi, yang jadi tempat janjiannya bertemu dengan anak kolega papanya. Sebenarnya waktu janjian, yang sudah disepakati adalah pukul sepuluh. Salahkan saja Zharel, yang sehabis dia usai sembahnyang shubuh tidur lagi dan baru bangun jam sembilan. Sudah pasti dia telat dan anak kolega papanya sudah menunggu mungkin sekitar setengah jam-an.

Lonceng di atas pintu berbunyi begitu Zharel masuk. Bukan menjadi sesuatu yang aneh, mengingat kedai kopi ini gaya anak muda sekali tapi tetap saja, laki-laki itu tidak memungkiri kalau dia sedikit terkejut. Zharel mengedarkan pandangan dan mencari di mana anak kolega papanya itu duduk. Zharel sudah tahu wajahnya sebab gadis itu memasang fotonya sendiri di profil Whatsapp-nya, begitu juga gadis itu.

Ketika dia melihati ke salah satu sudut kedai, seorang gadis ber-dress merah gelap yang tertutupi kemeja floral melambaikan tangan padanya. Zharel tersenyum. Sudah benar dengan jelas, kalau gadis itu pasti sudah menunggunya sangat lama.

"Hei, udah lama?" sapa Zharel basa-basi seraya duduk di hadapannya. "Sori ya, gue telat banget. Sindrom masuk semester kolot kalau gak ngampus ya, paginya, gue tidur lagi," jelasnya panjang lebar. Semenjak SMP dan SMA menjadi ketos, di kampus pernah menjadi ketua BEM, Zharel sudah terlaltih membangun suasana.

Gadis yang Zharel akui perawakannya lumayan, tersenyum tipis. "Gue, baru aja nyampe ke sini kok, Rel. Setengah jam-an sampe gue mikir, gue mau balik lagi." Kata gadis itu santai seraya tertawa pelan. Zharel yang tahu, kalau itu nada sindiran, otomatis tergelak. Dia berpikir kalau gadis itu, sepertinya tidak bisa diprediksi.

"Buat menebus perasaan bersalah gue ke lo, traktiran frappe gimana?"

"Americano?" tanya gadis itu seraya masih tergelak. "Sori banget ya, kalau-kalau gue ditraktir begini, kadang gue orangnya suka gatau diri," sahutnya jujur.

Zharel kembali tertawa. "Ya ampun, Karin. Gak nyangka gue, kalau lo, suka sama kopi pahit." Tawaan Zharel berhenti, bersamaan dengan melambaikan tangan, memberi kode agar pelayan menghampiri meja mereka. "Selain americano, ada lagi makanan yang lo pengin? Gue seneng orang yang gatau diri daripada orang jaim."

Gadis itu, Karin Novalda Adibroto, seperti apa kata Arzha, berpikir sejenak, seraya melihat kertas menu. "Pancake eskrim cokelat, macaroon cokelatnya satu."

Melihatinya Zharel berdecak. "Bener-bener, nggak tau diri lo," desis Zharel, pura-pura kesal. Zharel tahu jika sebenarnya tadi Karin tidak sepenuhnya masuk ke hati saat menyindirnya dan gadis itu juga, tidak tersinggung atas perkatannya. Okay, dari sekali pertemuan dalam hitungan menit saja, Zharel sudah tahu kalau gadis ini, elegan, pintar dan cerdas seperti apa kata papanya. Pun, bukan kali pertamanya buat bertemu gadis semacam Karin. Teman perempuannya di BEM, banyak yang begini.

Begitu pelayan datang dan siap mencatat apa pesanan mereka, Zharel bilang apa-apa saja yang menjadi pesanan Karin dan juga dirinya. Begitu pelayan itu pergi, Karin bertopang dagu melihat Zharel. "Jadi, sekarang kita mau ngapain, Zharel?"

ESCAPE [I] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang