Yorobun, maaf baru update. Mau curcol dulu sebentar okay?
Jadi, semenjak ada kuliah online menurut aku ada positif sama negatifnya. Kalau bagiku, banyak positifnya sih. Positifnya tuh, aku gak harus mandi cuman buat belajar aja wkwk. Aku gak perlu capek ke kampus mengingat jarak aku ke kampus lumayan jauh dan macet always. Aku merasa aku jadi fleksibel belajar karena aku sebenarnya tipikal kalau belajar harus sambil dengerin lagu sampe gak sadar nulis materi tuh sambil nyanyi sampe mama aku aja kaget (kalau di kelas auto didepak dosen jelas). Terus bisa makan kapan aja tanpa harus diliat dosen (di kelas mana bisa makan dan minum seenaknya karena diliatin kan).
Negatifnya adalah, mataku perih banget harus mantengin layar terus-terusan. Belum lagi hape selalu panas, laptop aku panas, dan TUGASNYA GILA BANGET SUER. Aku bahkan ada dua matkul dosennya gak jelasin apa-apa eh tau-tau disuruh buat resume mana ada yang deadline-nya malam ini di saat dosennya baru kirim file PPT-nya jam setengah sembilan. That's why aku gak update Escape kemarin, mau istirahatin laptop aku, maafin ya.
Anyway, tolong peka sama chapter ini dan chapter selanjutnya sampai tamat ya.
Aku pengin sekali nerapin challenge buat chapter ini. Kalau terwujud makasih banget.
Bagi kalian yang baca, boleh untuk komen setiap paragraf di chapter ini?
Itu aja hehe.
"Satu hal yang masih nggak gue sangka, gue ternyata, sampai sejauh ini."
Scarleta yang berada di dalam rangkulan Arzharel sedikit mendongak diam-diam melihat laki-laki itu yang ternyata tengah memandang lurus ke depan. Scarleta merasa lega karena dia tidak tahu harus bagaimana andai kata ternyata Arzharel tadi itu melihatnya. Ke-gap setelah apa yang mereka lakukan tadi itu, pasti canggung.
Tanpa adanya kesepakatan verbal baik Zharel dan Scarleta sepertinya sudah sepakat, untuk tidak membahas hal barusan. Ini yang pertama buat Zharel tentu saja, itu sangat-sangat membuatnya canggung. Jangankan Zharel, Scarleta saja malah dia merasa jika ini, seperti ciuman pertama dan dia juga terbawa canggung akan ini.
Zharel merangkul Scarleta itu pun, beberapa menit lalu laki-laki itu berbisik, "Le, gue agak kedinginan..." Yang sebenarnya justru sangat kedinginan mengingat jaketnya tidak terlalu tebal sementara dini hari semakin larut dan menjadi dingin.
Karena agak cukup lama Scarleta tidak menanggapi barulah Zharel menoleh dan di detik itu pula, Scarleta langsung mengalihkan pandangan melihat ke depan—melihat city light yang tetap saja membuatnya kagum. Jantungnya berdebar, sangat-sangat tidak bisa membayangkan, apa jadinya kalau mata mereka tadi bertemu.
Laki-laki itu menaruh dagunya di atas pucuk kepalanya Scarleta. Makin saja di dalam sana, jantung Scarleta berdetak gila-gilaan. Mati-matian Scarleta menahan supaya tidak teriak atau, berlaku konyol lagi. Mati-matian, Scarleta menengangkan, menenangkan diri yang rasanya sulit dan pasti pada akhirnya juga akan gagal. Laki-laki ini memangnya tidak tahu apa, kalau yang dilakukannya saat ini berbahaya?
Terdengar hembusan nafas kasar Zharel serta uap putih dari bibirnya karena dia kedinginan. "Tadinya, gue gak mau bahas yang tadi mengingat itu pasti bakalan, jadi obrolan kita yang paling canggung." Zharel berdeham, karena sialannya hal itu, alias hal yang tadi, kembali terlukis di pikiran briliannya, sialan. "Tapi, kalau nggak dibahas sama sekali, obrolan kita ke depannya bakal makin canggung. Iya, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE [I] (END)
Romance[RIFAI SEQUEL - I] (17+) Make me feel, us is forever... Munculnya Scarleta Amora Callsey, membuat hidup Arzharel Keenandrey Rifai yang lurus, serius, kaku dan mononton menjadi jungkir balik dan berantakan.