Komen yang banyak biar aku semangat dong. Aku suka kalau kalian kasih pemikiran tentang cerita ini terus nyampein opini sama dugaan-dugaan tentang Escape.
Zharel tersenyum miring melihati Scarleta, yang entah kenapa, malah terasa tengah menatapinya dengan tatapan merendahkan yang begitu kentara di kamar kos perempuan itu dengan penerangan yang remang-remang. "Di awal pertemuan yang gue jadi klien lo, gue yang bahkan gak langsung ngapa-ngapain lo, gue yang bahkan gak ngelakuin apa-apa lo, apa itu masih kurang buat lo sebut kalau gue cowok baik? Kalau gue gak baik, apa kabar cowok di luar sana, yang udah tahu lo luar-dalam?"
Luar dalam, ya... gumam Scarleta miris. Zharel benar. Di luar sana kliennya sudah banyak yang tahu dirinya luar-dalam. Luar dengan pakaian dan dalam ketika, dia tanpa pakaian. Tubuhnya sudah seterbuka itu dengan siapapun dan itu, sakit.
Perkataan Zharel entah kenapa menyentilnya sampai terasa perih. "Memang tau apa sih lo, tentang gue? Lo tau meski gak frontal, kata-kata tadi itu sarkasme?"
"Karena lama-lama, gue mulai ngerasa kesel kalau ngomong sama lo," jujur Zharel yang kemarin-kemarin sampai beberapa detik yang lalu masih dia tahan. Di sini, apakah Scarleta tidak tahu kalau Zharel memang tidak bermaksud buruk pada perempuan itu? Apakah Scarleta tak tahu kalau perempuan itu yang meragukannya, tidak mau munafik, Zharel merasa pendiriannya sebagai laki-laki dihancurkan?
Jika Scarleta, mengajukan pertanyaan seperti yang sebelumnya—Dan lo, ke sini dengan niat baik—di telinganya malah terdengar, kalau Scarleta, menyamakan-mempersiskan atau apapun itu, dengan para cowok nakal yang menjadi kliennya.
Melihat Scarleta yang masih bungkam, Zharel kembali bicara. "Listen, amat tepat kalau lo bertanya apa gue tau tentang lo karena memang, gue gak tau apa-apa. Gue memang nggak tau apa-apa tentang lo dan lo bisa tebak, alasan gue di sini?"
"Lo mau tau tentang gue?" tandas Scarleta cepat. "Gak ada faedahnya juga."
"Ada, biar gue tau kenapa lo bisa masuk ke dunia gelap," sahut Zharel tegas.
Lagi-lagi Zharel menggunakan perumpamaan tetapi tetap saja, tidak bisa dia pungkiri jika di dalam lubuk hatinya, Scarleta merasa, miris. "Gue, yang jadi begini, bukan karena lo, bukan untuk lo dan gak ada sebabnya juga sama lo, Arzharel."
Zharel tidak setuju dengan tanggapan Scarleta yang seakan menahannya dan membuat dinding super tinggi dan kokoh diantara mereka di setiap jawabannya.
Laki-laki itu sadar kalau sedari awal pertemuan mereka. Scarleta terus-terus pandai mengalihkan obrolan, membuat percakapan diantara mereka teralih dan ada kalanya Zharel mau tak mau terbawa arus percakapan yang Scarleta alihkan. Kalau-kalau dipikir-pikir, mau sampai kapan ini semua tidak terealisasikan? Zharel sangat tidak mau seperti ini sebenarnya. Salahkan saja Scarleta yang membuat ini malahan jadi sulit. Salahkan Scarleta yang terus membatasi jawaban dari rasa penasarannya.
Tidak mungkin kan, laki-laki itu terus-terusan keluar secara diam-diam, lalu mengendap-ngendap bagai maling di rumahnya sendiri, belum lagi kalau terpergok penghuni mansion seperti tadi oleh papanya, Zharel kembali berbohong. Selama ia hidup, baru hal menyangkut Scarleta yang membuatnya jadi berbohong, baru segala hal yang menyangkut Scarleta yang membuatnya menutupi hal ini dari keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE [I] (END)
Romance[RIFAI SEQUEL - I] (17+) Make me feel, us is forever... Munculnya Scarleta Amora Callsey, membuat hidup Arzharel Keenandrey Rifai yang lurus, serius, kaku dan mononton menjadi jungkir balik dan berantakan.