Setelah hampir satu jam, akhirnya Scarleta bisa keluar juga dari ruangan bos atau mungkin mantan bosnya, dengan aman tanpa cela dan tanpa syarat—yang tadi, dia sendiri tidak tahu kenapa. Sacrleta mendesah pelan, sekarang, semuanya, benar-benar sudah selesai dan dia harus dengan cepat, mencari pekerjaan baru, yang sudah jelas, jauh lebih baik dari pekerjaan ini, untuk membayar semua hutang ibunya.
Ketika membukai pintu, tidak ada Zharel yang dia pikir masih berada di sini karena sebelum dirinya masuk, Zharel bilang kalau ia akan menunggu di luar, takut-takut Scarleta didalam sana diapa-apakan. Oleh karena itu jika memang ada hal-hal tidak diharapkan terjadi, Scarleta hanya perlu berteriak dan Arzharel akan masuk.
Tetapi alih-alih melihat Zharel, Scarleta malah melihat kedua temannya. Dia merasa agak aneh, untuk apa juga mereka ke ruangan bos besar dan tersenyum sinis, begitu Scarleta keluar dari sana. Tatapannya itu, seakan merendahkannya. Ia sudah biasa ditatapi begitu tetapi mendapati dirinya kali ini tidak sehina itu, tetap saja.
"Gue denger lo udah berhenti, ya?" tanya Felly yang sedari tadi, memainkan rambut warna-warninya itu. "Kenapa mutusin berhenti, Le? Lo udah ngerasa, kaya? Udah punya duit banyak, makanya ngelepasin julukan jalang paling mahal, gitu?"
Scarleta berdecak yang tentunya tidak senang. "Gue berhenti juga kan, sama sekali nggak ada sangkut pautnya sama lo. Ngapain juga lo nanya dan kepo banget."
"Wes, santai dong, mentang-mentang udah kaya," sinis Selly. Selly berjalan ke arah belakang Scarleta dan diam-diam memasukkan sesuatu ke dalam ranselnya.
"Nggak usah sombong kayak gitu, Le. Kayak hidup lo bakalan mudah aja begitu lo keluar dari sini. Bayar pake apaan lo, mengingat hutang ibu lo aja lebih gede kalau-kalau dibandingin sama harga diri lo," katanya yang disambut tawa juga dari Felly.
"Apapun yang ada sangkut pautnta sama gue, gak ada hubunganna ke kalian juga, nggak usah ikut campur," tekan Scarleta seraya keluar dari halangan Felly dan Selly. Dia harus benar-benar keluar dari sini dan bersumpah tidak akan kembali lagi selamanya. Lagipula, untuk apa juga, tumben sekali mereka terkesan ingin tahu.
Sebelumnya Zharel bilang, laki-laki itu akan menunggunya di sini. Tapi saat dirinya keluar dan Zharel tidak ada di depan pintu, membuat Scarleta, khawatir.
Pikiran Scarleta kalut. Suatu hal yang pasti, perempuan itu harus ke parkiran motor di belakang, guna memastikan apakah motornya Zharel masih ada atau tidak. Jika tidak ada, Zharel mungkin memang meninggalkannya tapi jika ada, dia benar-benar yakin, jika Zharel mungkin masih berada di sini. Dia berharap opsi kedua.
Ketika melewati lorong toilet, menuju pintu belakang Omegas, langkahnya, tiba-tiba berhenti karena ada seseorang yang menahan lengannya. Nafasnya, sontak tercekat karena gemetar mendapati ada sosok yang menahan lengannya. Namun, di detik itu juga kekhawatiran dan ketakutaannya lenyap begitu mendapati kalau yang menahan lengannya adalah Zharel, yang tengah menatapnya heran penuh tanya.
"Lo keliatan buru-buru, memangnya, mau ke mana?" tanya Zharel yang satu alisnya terangkat heran. "Urusannya sama bos lo memangnya udah beres apa, Le?"
Karena masih khawatir dan agak sebal, Scarleta menepis tangan Zharel. "Lo kemana aja sih, Rel? Gue khawatir, gue pikir lo udah pulang. Gue pikir kalau—"
"Gue ke toilet, nggak boleh kalau gue ke toilet?" sela Zharel skeptis. "Sama sekali bukan hal penting, jadinya gimana? Urusan lo sama bos itu udah selesai?"
Tidak langsung menjawab, Scarleta hanya diam saja. Dia jadi takut dan ragu jika memberitahu Zharel. Maka yang Scarleta lakukan hanya mengangguk, sangat-sangat berupaya, agar Zharel tidak membuat percakapan ini menjadi lebih panjang.
![](https://img.wattpad.com/cover/179991684-288-k274654.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE [I] (END)
Romance[RIFAI SEQUEL - I] (17+) Make me feel, us is forever... Munculnya Scarleta Amora Callsey, membuat hidup Arzharel Keenandrey Rifai yang lurus, serius, kaku dan mononton menjadi jungkir balik dan berantakan.