E S C A P E - 12

878 60 96
                                    

Manteman maaf banget dari Hari Kamis aku gak update TT. Sebenarnya aku nggak ingin begitu tetapi saat itu aku lagi ada problem dan sikonnya nggak pas banget buatku ngetik novel. Chap ini pun aku susah payah banget ngetiknya sampai ngehabisin tiga hari TT. Mohon pengertiannya manteman, aku nggak bermaksud gak nepatin apa yang aku udah bilang ke kalian semua.

Pertama, ibuku sakit yang cukup serius setelah aku sama beliau ke rumah sakit. Tentu aku yang anaknya kepikiran banget. Aku harap ibuku cepat sembuh, penyakitnya diangkat. Aamiin. Terus yang kedua, ini agak nyesek karena aku, dikhianatin sahabatku sendiri karena my EX? WKWKWk. Ya, aku amburadul banget ini suer sebenarnya, mohon pengertiannya ya manteman. Makasih... buat kalian yang udah bener-bener nungguin E S C A P E. Makasih banyak, makasih banyak.

Bisa kasih aku suntik semangat manteman?


---

Para pelayan di mansion yang sedang membersihkan lantai, mengelap-elap dan melakukan perkerjaan mereka membersihkan mansion seketika berhenti kerja, saat melihat siapa yang baru saja masuk ke mansion. Sama-sama merasakan, tidak menyangka, terkejut dan juga ada kerinduan di sana. Di tempatnya masing-masing sekarang mereka tersenyum cerah dan berbisik-bisik bahagia melihat siapakah ia.

Sosok laki-laki muda dengan pakaian amat santai, kaos berwarna hijau tua, celana jeans sebatas lutut, memakai sendai jepit swallow dan ransel sekolah sudah tersampir di sebelah bahunya, dengan pedenya, dia berjalan memasuki mansion.

"Bik Summi! Daren bener-bener kangen sama bibi dan kangen kalian juga setelah sekian lama gak ke sini," ujar laki-laki itu ceria membuat para pelayan lain yang ada di depan mansion berteriak histeris dan mendekat pada laki-laki itu.

Daren Gavriello Rifai, anak sulung dari Alden dan Dyra sekaligus sebagai, kakak kembarnya Tata si bungsu namun beda orangtua, mengingat mereka lahir di waktu yang sama. Daren melihat semua pelayan di mansion Rifai dengan ekspresi bahagianya. Seketika dia celingukkan ketika tidak mendapati Bik Summi ada.

Laki-laki itu menepuk salah satu pelayan yang memegang kemoceng. "Bik Summi di mana? Daren datang ke mansion kok, bibik malah nggak ada di sini?"

Sebelum pelayan itu menjawabi pertanyaan keponakan tuannya, seseorang yang dicari Daren sudah masuk pada kerubunan pelayan, yang sekarang ini tengah mengerubungi Daren. Melihat Bik Summi datang, senyum Daren semakin cerah.

"Suer, Daren kangen banget, sama Bik Summi!" Daren merengkuhi kepala pengurus dan pelayan itu ke dalam dekapannya. Bik Summi juga membalas dekap keponakan tuannya itu dengan sama eratnya. Masih seraya memeluki Bik Summi, Daren melihat ke para pelayan yang masih mengrubunginya. "Daren juga kangen-kangen banget sama kalian semua, tapi nggak mungkin Daren peluk satu-satu."

Pelayan yang di tangan kirinya memegang sapu, angkat bicara. "Abis atuh, Den Daren kenapa nggak ke mansion udah dua bulanan ini? Kita juga kangen."

Sebelum Daren menjawab sudah ada satu suara yang menjawab lebih dulu pertanyaan yang diutarakan pelayan itu. "Sok sibuk dia itu, bik. Sombong bener."

Sontak Daren melepas pelukan Bik Summi dan dari arah tangga ia melihat ada Tata yang turun dengan memakai baju santai. Para pelayan yang mengelilingi Daren kini bergeser ke sisi kanan-kiri agar anak tuannya bisa menghampiri kepada sepupunya. Tata menghampiri kembaran beda orangtuanya itu dengan raut sebal.

Melihat ekspresi sepupunya, Daren terkekeh. "Ya, lo maklumin aja sih gue yang anak kuliahan nggak se-santai lo. Gue selain nugas, harus belajar, harus ikut-ikut seminar-seminar juga kalau hari libur. Baru sempet senggangnya kali ini."

ESCAPE [I] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang