E S C A P E - 43

638 66 71
                                    

Guyssss sebelum kalian baca Escape-42, aku mau minta tolong ke kalian untuk streaming, like dan kasih komen positif ya, setiap hari harus streaming. Please banget, hehe.

Sesudah streaming, like + komen aku mau bilang kalau Escape bentar lagi mau tamat. Aku mau promosi second acc aku juga keydoys aku abis Escape tamat kayaknya bakal lebih sering di sana. Kalian bisa mampir guys hehe. Aku nulis di sana juga. Sama aja. Kalau di akun ini kan, misal namanya Zharel tapi visualnya Soobin. Kalau di sana misal namanya Dirga tapi visualnya Doyoung. Jadi kalian yang bukan NCTzen masih bisa tetep baca cerita aku di sana.

.
.
.

Happy reading

Cie aku update kemaren paginya update lagi.

Banyakin komen yha biar akunya semangat wk





Scarleta menyeka hidungnya basah dan benar, mendapati ada darah di sana.

Perempuan itu melihat ke sekitar, mencari dimana tisu berada. Melihat tissu ada di atas nakas sebelah ranjang buru-buru Scarleta mengambilnya untuk menyeka hidungnya, supaya darahnya tidak terus keluar. Memejamkan matanya sekilas, kini, perempuan itu tersenyum sendu. Terakhir dia mimisan seperti ini, satu bulan lalu.

"Lo harus rileks, lo harus tenang, le..." gumamnya menguatkan diri sendiri.

Sekarang dia tidak tahu harus bagaimana. Rasa sesak yang selama ini sudah berhasil dia tahan mati-matian, pada akhirnya, seberapa keras usahanya menahan—akan menyerah juga, kan? Kembali tersenyum, Scarleta tidak tahu harus bagaimana untuk menghadapi hari esok ke depannya. Sesak karena kenyataan, sesak karena di tubuhnya sendiri yang semakin lama semakin melemah. Apa bisa dia bertahan?

Ponselnya sekarang berdering menampilkan nama Dokter Handoko di sana.

Sejenak Scarleta ragu harus mengangkatnya atau tidak mengingat dua bulan lalu adalah kali terakhir Scarleta berkomunikasi dengan dokter itu. Komunikasi pun yang ada diantara mereka, sama sekali tidak menemukan titik terang. Scarleta tidak mau berobat dan Dokter Handoko yang sampai sekarang belum menemukan donor.

Tapi untuk kali ini, sepertinya dia tidak bisa mundur. "Hallo, dok?" Scarleta bertanya dengan santai, lebih tepatnya berusaha santai, agar Dokter Handoko sudah bisa percaya kalau keadaannya baik-baik saja. "Gimana kabar dokter sekarang?"

Bukan jawaban, respon pertama di sebrang sana adalah hembusan nafas dari sosok dokter yang terdengar frustasi. "Scarleta! Kamu kemana aja selama ini?"

"Nggak kemana-mana, dok," ujarnya diselingi kekehan. "Masih di sini aja."

"Di sini itu di mana?" Tanya Dokter Handoko frustasi. "Le, om udah amat banyak bilang berapa kali, kalau kontrol kamu itu penting, kan? Kenapa sudah ada enam bulan, kamu mangkir dari kontrol? Om bahkan nggak tau, kamu di mana. Di rekam medis, kamu hanya mencantumkan alamat kontrakan kamu sama mamamu."

ESCAPE [I] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang