EXTRA'S : E S C A P E - 46

1.4K 79 229
                                    

"Mama, mama, kayaknya papa udah bangun. Papah udah bangun, mah!"

Seruan dari seorang gadis kecil itu menarik atensi dari semua orang yang di ruangan ini. Sudah ada sejak satu jam yang lalu, anak gadis kecil yang namanya Al ini, panggilan dari nama lengkapnya Alyfia Melody Rifai, duduk di pinggir ranjang rawat papanya yang sudah seminggu ini sakit DBD, namun sudah dua hari, papanya ini belum bangun juga, tiba-tiba tidak sadarkan diri yang menurut Dokter tak apa.

Tidak apa bagaimana karena kenyataannya, suaminya itu terus saja tertidur.

Stefie Lovela Caesar melihati ke arah suaminya Peter, lalu melihat cucunya, Al yang merasa antusias seraya menunjuk papanya yang masih saja berbaring. "Aly kamu nggak ngebohongin nenek, kan? Cukup kemarin aja nenek dibohongin, lho."

Mengingat kejadian kemarin, membuat Peter tertawa. "Kenapa kamu malah percaya sama omongan Aly yang bilang kalau di kamar rawat ini ada kodoknya?"

Sama seperti kakeknya, Aly tertawa. "Oma mau-maunya aja aku boongin."

Scarleta yang melihat perdebatan antara papa, mama dan anaknya tidak bisa menanggapi apapun kecuali menggeleng. Saat hendak mendekati ranjang suaminya guna memastikan apa kata anaknya benar atau tidak kalau suaminya sudah sadar—atensi Scarleta teralihkan karena pintu ruang rawat inap suaminya terbuka. Ternyata yang datang adalah kedua mertuanya berserta kedua adik iparnya. "Hallo semua..."

Sapaan Arzharo yang masih ramah serta tengil pada usianya sudah tidak ada muda-mudanya lagi membuat Scarleta mendengus. Zharo high five dengan Scarleta disusul Atharani yang salim pada kakak iparnya itu. Scarleta juga salim pada kedua martuanya, Arzha juga Atha. Arzha serta Athaya yang baru sadar kalau di sini sudah ada besar, menghampiri dan menyapa akrab. "Udah dari kapan kalian ada di sini?"

Pertanyaan Arzha dijawab dengan kekehan besan akrab ala Peter. "Dua jam yang lalu, ada kali ya, sayang?" tanya Peter meminta persetujuan isterinya. "Aly di pagi tadi nelpon kita, pengin main sama oma sama opanya katanya. Besan telat ya."

Atha mengangguk membenarkan. "Iya kita telat. Isterinya Zharo tadi mules-mules gitu, dikira mau ngelahirin tapi nggak mungkin kan delapan bulan lahiran."

Scarleta yang berdiri di sebelah Arzharo menyikut lengan laki-laki itu.

"Itu, bini lo mules-mules kenapa lo masih ada di sini, Ro?" tanya Scarleta.

Zharo yang merasa itu bukan masalah hanya mengangkat bahu. "Dia bilang, gak apa-apa gue ke sini bentar. Terus, gue juga kangen sama keponakan gue, Aly."

Aly yang dipanggil Zharo hanya tertawa, masih di ranjang milik papanya.

Stefie yang mendengar penjelasan Atha mangut-mangut. "Tha, gimana rasa mau punya cucu tiga nih?" tanyanya menggoda, sekaligus menyindir anak satu-satu yang dia dan Peter punya. "Kapan ya aku punya cucu banyak, kayak kalian. Arzharo aja anaknya mau dua, Tata juga pasti bentaran lagi masih dalam proseskan, kan."

Tata yang dibawa-bawa hanya terkekeh. "Duh, doain aja ya Tante Stefie..."

Arzha menimpali keluhan berserta kode dari Stefie. "Salah kalian kenapa di waktu itu, nggak buatin Scarleta adek?" Meski sudah kakek-kakek selera humornya Arzha masih sama seperti dulu. "Tapi, aku sendiri sama Atha nggak keberatan yang bener-bener gak keberatan kalau Aly punya adik. Udah mau empat tahun juga lagi."

Atha terkekeh pelan. "Iya hehe, mama beneran nggak keberatan lho, Let."

Scarleta yang dikompori orangtua sendiri dan mertuanya hanya bisa tertawa pelan. "Duh para mama sama papa, suaminya aja masih terbaring sakit lho ini, hee."

ESCAPE [I] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang