E S C A P E - 13

889 59 39
                                    

Hai, guys. Aku bakal berusaha buat produktif lagi. Makasih atas doa dan kata-kata semangat dari kalian dan semoga itu semua pun bakal berbalik lagi ke kalian. Aamiin. Makasih juga yang udah ngerti sama keadaanku sekarang ini. Luv to all of you <3 Aku harap mamaku bisa cepet sembuh, Aamiin. Sekali lagi, makasih banyak buat kalian semua.





Lagi-lagi ini sebenarnya tidak Scarleta harapkan akan terjadi padanya pada Hari Minggu pagi ini. Berkerja untuk Roy dan si laki-laki muda yang entengnya ia mengajak Scarleta mojok—bukan suatu hal yang dia harapkan. Kenapa ada saja di sini hal terkecil yang seakan-akan jadi membuatnya terus-terusan terperangkap?

"Maaf mas," ucapnya seraya melepas cekalan tangan Adiran di lengannya. "Untuk kali ini saya nggak bisa karena saya juga harus berkerja dengan klien saya sementara mas, kerja saya dengan mas sekarang tidak tercantum di dalam web."

Tetapi namanya Adrian, laki-laki itu tidak pantang menyerah. "Kalau gitu, lo kapan free dari kerjaan lo?" Adrian mengerang dan mengacak-acaki rambutnya, efek merasa frustasi. "Lo tau, gue susah banget mau booking lo, karena lo susaaah bange free-nya. Setiap mau booking lo, gue udah telat, keduluan mulu. Di sini gue salah juga karena mungkin kurang gercep. Jadi, kapan lo selesai dari kerjaan lo?"

Perempuan itu mengangkat bahunya. "Saya, gak tau kapan saya selesai."

"Ah, shit!" umpat Adrian tanpa bisa dicegah. "Ayolah, Scarleta. Lo nggak kasian sama gue yang udah minta dipuasi ini apa? Janji, gak akan masuk kok. Kita sekedar seneng-seneng aja, soalnya gue udah kepalang janji juga sama ada orang."

Sebelum Scarleta menanggapi laki-laki bernama Adrian ini sudah bicara—mungkin lebih tepatnya bicara kepada diri sendiri namun Scarleta bisa mendengar apa yang dikatakan Adrian karena cukup keras, di tengah suasana yang ramai ini.

"Harusnya gue nggak usah ngizinin dulu Zharel sama Scarleta baru gue..."

Dalam hatinya Scarleta merasa berkecamuk. Ada banyak hal yang kini ada di pikirannya. Arzharel juga Adrian yang pasti saling kenal, laki-laki itu yang baru bilang kalau dia akan bermain dengannya kalau Zharel sudah lebih dulu bermain.

Satu hal krusial yang Scarleta takutkan, apa Arzharel bilang pada Adrian... perihal laki-laki itu yang pernah memesannya, laki-laki itu yang ke kosannya yang sampai detik ini Scarleta syukuri jika Zharel tidak melakukan apa-apa di sana. Dia sangat takut akan kemungkinan itu, tapi semoga dia harap Adrian tak tahu hal ini.

Scarleta ingin bertanya pada Adrian tapi di satu sisi, dia juga takut jika ini, bisa menjadi boomerang untuk dirinya serta untuk Arzharel. Scarleta khawatir.

Melihat Scarleta yang diam saja seperti melamun, Adrian merasa terheran-heran. Ditepukinya bahu gadis itu. "Scarlet, lo nggak apa-apa, kan? Jadi gimana?" Laki-laki bermata sipit itu kini tersenyum tetapi Scarleta malah merasa, ngeri. Dia tanpa sadar sudah mundur dua langkah. "Padahal main sebentar gak apa-apa kali? Atau lo kasih tau deh, lo sama klien lo kira-kira berapa lama. Ada takaran waktu? Masa lo sama klien lo, nggak ada tawaran waktu sama sekali sih? Dua jam-an?"

Roy memang pelanggan langganannya. Jika pria tua itu meminta bj, biasa-biasanya, Scarleta dan pria tua itu hanya menghabiskan waktu satu jam. Karena si pria tua ini, mungkin karena sudah tua, hanya cukup sekali sampai tiga kali saja.

ESCAPE [I] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang