Gais, aku gak bermaksud buat nyinggung kalian. Aku juga di posisi readers yang kadang greget gitu sama penulis yang belum update di saat ceritanya lagi seru-serunya. Aku gak tau apakah Escape ini seru tapi kalau nggak juga gak apa-apa, aku menulis sesuai apa yang mau aku tulis. Makasih buat kalian yang baca Escape, makasih banyak-banyak guys. A lot.
Tapi gais, aku selain nulis, aku juga mahasiswa normal yang selalu dikasih banyak tugas sama dosennya. Ini aja dadakan banget dosen lewat ketua kelas bilang suruh buat resume alias semacam rangkuman gitu dan aku belum ngerjain. Jujur, komen semacam nanyain kapan aku update sampai nyuruh aku update itu, agak sedikit mengganggu aku gais.
Aku pernah bilang di lapak apa ya, kalau aku terganggu dengan kalian yang nagih update kapan dan minta aku buat update. Udah liat wall aku, kan? Aku harap dari sana kalian ngerti. Rumahku lagi direnov belum lagi kuliah aka tugas online yang maloah nambah-nambahin beban aja. Chapter ini aja, aku nggak nge-feel banget, ngerasa gak maksimal.
Maaf kalau kalian gak puas sama chapter ini. Sikon akunya gak mendukung sama sekali.
Jangan tagih-tagihin update lagi ya, gais. Mohon pengertiannya. Aku lebih seneng kalau kalian komentar tentang alur ceritanya or anything daripada nagih kapan update atau minta aku buat update di saat aku baru aja publish chapter ini. Kasih kesempatan ku buat rehat sebentar, aku harap kalian paham. Mohon pengertiannya sama makasih juga.
Tenang, selama Allah masih kasih aku umur, aku in syaa Allah bakalan namatin Escape. Kalau ceritanya gak aku tamatin, kalian bakal nemuin lapak ini aku unpublish dari wattpad dan gak tau bakalan aku publish apa nggak, kayak lapak-lapak aku yang lain aja gimana. WUAL aja yang hiatus tiga bulan tetep bisa aku selesain di Wattpad, kan?
Tapi Escape masih ada, kan? Juga aku gak kayak author lain yang update sebulan sekali. So, kalian tenang aja. Makasih pengertiannya ya, yorobun.
Suasana sarapan, sama seperti pagi-pagi biasanya. Namun, ada satu hal yang cukup membuat Arzha merasa janggal. Putra sulungnya itu akhir-akhir ini, jika pagi hari mereka sarapan, dimana Arzha punya momen memperhatikan putranya, Zharel selalu saja berwajah lesu, mata pandanya tidak tertolong, kelihatan kurang tidur.
Arzha tahu jika putranya itu, punya ambisi yang cukup besar, agar tahun ini, bisa wisuda. Tapi menurutnya, Zharel tidak perlu segegabah itu. Tidak perlu sampai malamnya kurang tidur, terlalu memforsir sampai jatuhnya memaksakan diri.
"Bab empatnya, masih belum selesai, Rel?" tanya Arzha di sela-sela makan. "Kamu tau, papa perhatiin akhir-akhir ini kamu sering bergadang. Kamu selalu lesu waktu pagi-paginya. Kamu kemarin tidur jam berapa papa tanya? Nanti sakit lagi."
Ujaran papanya, sontak membuat Zharel menghentikan kunyahan serta laki-laki itu menunduk, tidak menyangka papanya akan menanyakan itu. "Eh, iya pa?"
Athaya, yang duduk di sebelahnya, mendesah pelan. "Kadang, mama nggak suka sama sifat kamu yang kelewat rajin kayak begini, Rel. Rajin boleh tapi jangan-jangan kurang tidur kayak begini." Refleks Athaya memegang dahi putra sulungnya untuk memastikan. "Badan kamu bahkan sampai demam. Hari ini ke kampus?"
Zharel memijat pelipisnya pelan. "Er, Zharel ada bimbingan jam sepuluh."
"Izin dulu sama pembimbingmu, Rel," sahut Atha cepat. "Mama khawatir... kamu lebih baik istirahat aja. Bimbingan masih bisa minggu depan. Istirahat aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ESCAPE [I] (END)
Romansa[RIFAI SEQUEL - I] (17+) Make me feel, us is forever... Munculnya Scarleta Amora Callsey, membuat hidup Arzharel Keenandrey Rifai yang lurus, serius, kaku dan mononton menjadi jungkir balik dan berantakan.