PART MASIH LENGKAP!
"Mungkin, pada dasarnya kita hanya datang untuk kembali berkata hendak pergi. Kamu itu layaknya rasi bintangㅡtidak selamanya terang, tidak selamanya indah. Mungkin sekarang saatnya untuk berkata sudah."
Judith Aluna, terkait Ori...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Karena kalau lo cuma jalan di tempat, Yon, lo nggakbakalpernahtahuapabahagia yang laginungguin lo di depan sana."
Zora, koncosepernasiban.
* * *
"Siap?" Akhirnya. Kabar yang Rion nantikan dari lama sekali memberikan hasil juga. Guratan puas tergambar jelas di wajah profesornya. Tidak sia-sia ia meyakinkan para penilai yang lain untuk memilih Rion karena pria itu memang layak mendapatkan kesempatan ini. Deretan prestasi Rion yang tertulis di CV-nya sama sekali tidak mengecewakan. Pria itu layak diapresiasi untuk segala usahanya. Ketika sesi wawancara pun, gambaran dari tujuan Rion untuk mengikuti ajang acara bergengsi ini sangat jelas. Profesor itu melihat ada sebuah tekad di dalam diri mahasiswanya, dan dia tidak ingin menyia-nyiakan hal tersebut.
"Sangat siap, Prof!" jawab Rion dengan senyum lebar tergambar di wajahnya. Pria itu langsung menerima uluran tangan profesornya dengan perasaan yang luar biasa bahagianya.
Amerika. Salah satu impian Rion yang akhirnya dapat terwujud ketika ia menjadi seorang mahasiswa. Dulu sekali, pria itu selalu berjanji akan membawa si kembar Aksa dan Araz kesana untuk berlibur. Walau pada akhirnya skenario Tuhan berbeda dari rencananya, Rion sudah ikhlas. Dia sudah lama merelakan kepergian adik tercantiknya, begitupula dengan bunda dan Aksa yang juga berjuang melanjutkan hidup masing-masing tanpa adanya sosok Araz.
Sekarang siapa sangka, dengan prestasinya, Rion diantarkan untuk mencium udara di Los Angeles tidak lama lagi. Ini akan menjadi berita terbaik untuk bunda dan Aksa di Jakarta.
"Berita ini memang diberitahukan secara personal saja terlebih dahulu karena saya ingin kamu mempersiapkan diri dan keperluan sebaik mungkin untuk diri kamu pribadi. Begitupula dengan dua orang lagi yang tentu akan saya panggil secara diam-diam pula nanti. Seminggu lagi, akan ada pengumuman resminya. Ingat, seleksi ini ketat dan kami para penilai sudah berusaha sebaik mungkin dalam memilih secara adil. Jadi siapapun dua teman kamu nanti, saya harap kalian bisa bekerja sama dengan baik. Dapat dimengerti, Calon Diplomat?"
Tawa Rion pecah, dia mengangguk seraya mengaminkan sapaan profesornya dalam hati. "Siap dimengerti, Prof."
"Oh ya, satu lagi, empat orang yang lain akan muncul dari dua kampus berbeda. Akan ada tujuh orang perwakilan dari Indonesia. Ingat, ciptakan hubungan yang baik dan jalin terus perdamaian."
Rion mengucapkan terimakasih sekali lagi dengan senyum yang tidak kunjung surut dari wajahnya. Ia keluar dari ruangan professor dengan hati lapang. Di koridor, Rion terpaksa berhenti ketika sebuah suara meneriaki namanya. Ketika pria itu menoleh, ia menemukan Ayura sedang berlari mendekat. Rion menahan helaan napasnya dan mencoba bersikap sebaik mungkin menerima kedatangan Ayura.