Konferensi Internasional antar negara belahan dunia yang diadakan di University Southern of California resmi dibuka langsung oleh petinggi Los Angeles. Acara bertajuk 'The Next Golden Generation, Its Us!' itu terasa sangat menakjubkan. Ruangan luas yang telah disulap indah dengan nuansa formal yang kentara itu dipenuhi gemuruh tepuk tangan. Ratusan wajah berbeda dengan hiasan senyum menyenangkan tampak begitu menikmati suasana. Warna kulit, ras, serta asal yang berbeda tidak menjadi pembatas antar semuanya untuk saling melempar tawa dan tatapan hangat pada satu sama lain.
Rion dan yang lainnya sedang duduk di meja dengan tanda nama Indonesia beserta bendera Merah Putih di bagian tengahnya yang tampak sangat menakjubkan. Mereka memakai batik daerah sebagai seragam ciri khas sekaligus untuk memperkenalkan keindahan pakaian itu sendiri. Rion sendiri dengan semangat yang baru tampak begitu fokus memperhatikan orang-orang hebat yang berbicara di depan. Pria itu sekali lagi bersyukur dapat menjadi bagian dari konferensi besar dunia.
Orion Ganendra Arjuna. Sosok pria berbatik hitam dengan celana kain berwarna putih bersih itu tersenyum samar seraya membayangkan kontribusinya nanti bagi dunia di kemudian hari. Rion adalah sosok sulung yang membanggakan. Dia hidup bersama mimpi-mimpi dan kerja keras. Tidak pernah melakukan hal yang tanggung sebab bagi pria itu segala sesuatu sifatnya harus dituntaskan. Rion cinta akan segala macam kegiatan yang membuatnya aktif dan bermanfaat. Keinginannya di masa depan agar bagaimana ia dapat berguna dan bisa diandalkan. Rion berharap pintunya menuju jejak anak tangga yang lebih tinggi dapat terbuka di sini. Sebab acara sebesar ini dapat ia jadikan jembatan untuk menjahit relasi dengan setiap orang. Dia akan mencari kesempatan untuk berkenalan dengan wajah-wajah baru di sini, bertukar ilmu serta pendapat. Bagi Rion, konferensi internasional ini akan menjadi investasi sumber daya manusia yang amat sangat bagus.
Mimpi Rion kian berteriak. Dia akan terus belajar untuk menjadi versi terbaik dari dirinya. Pria itu akan berjuang membayar kembali perjuangan sang bunda, cinta sang adik untuknya, serta rasa benci Judith kepadanya. Semua itu akan Rion bayar perlahan-lahan. Dia hanya butuh kesempatan maka tanpa ragu ia akan mencoba.
Rion tersentak ketika sebuah tangan menyentuh bahunya. Kepalanya menoleh, menatap Adhis yang ternyata adalah pelakunya. Wanita dengan dress batik indah bernuansa hijau emerald itu memperlihatkan senyumnya kepada Rion, lantas memperlihatkan catatannya pada selembaran kertas mumpung pembicara baru saja menutup sambutannya.
"Keren banget nggak, sih, menurut lo?"
Rion mengangguk setuju. "Pecah, sih, ini."
"Gue baru sadar ini konferensi skalanya gede banget. Bayangin yang duduk di belakang kita ada Korea Selatan, sebelah kanan kita mahasiswa Amerika Serikat juga yang diambil dari negara-negara bagiannya, depan kita Jepang, di kiri ada mahasiswa dari Kanada. Itu diakan? Cowok yang kemarin dateng waktu kita lagi makan. Bahkan tadi gue sempet kenalan sama mahasiswi dari Afrika dan dia keren banget gue akui! Gue baru sadar kalau ini bener-bener bisa dijadiin investasi gila-gilaan buat kita perbaiki kualitas sumber daya manusia lewat tuker-tukeran pikiran, diskusi, sama orang-orang baru. Gila! Gue sepengen itu bisa ikut serta ngebangun negeri sendiri. Ini kedengeran sok nasionalis banget kali, ya? Tapi jujur gue sayang banget sama Indonesia, walaupun kadang gue suka ngedumel sama macet dan polusinya. Tapi di sisi lain ada banyak banget hal yang bisa gue syukurin karena lahir sebagai anak dari Ibu Pertiwi. Gue Indonesia, dan gue bangga! Lo harus tau kalau ini batik kesayangan gue, dan sebelum beli gue sempet bilang ke nyokap, ini batik bakal gue pakai di acara paling keren. Ya nggak tau akan terjadi kapan tapi gue yakin ada waktunya. Ternyata acara kerennya nggak nanggung-nanggung."
Rion tersenyum. Dia kaget juga karena Adhis tiba-tiba berujar panjang lebar tentang isi pikirannya. Sama halnya dengan coretan yang ia buat di kertas yang kini sedang Rion pegang, isinya tentang rencana berbentuk pola bersambung dengan beberapa poin yang mewakilkan mimpi wanita itu untuk hari di depan. Ini kali pertama ia menemukan sosok wanita dengan isi kepala yang persis sama seperti dirinya. Bukan, tidak sepenuhnya sama. Namun frekuensi mereka tampaknya cocok.
![](https://img.wattpad.com/cover/198453879-288-k735672.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Like Yesterday
Tiểu Thuyết ChungPART MASIH LENGKAP! "Mungkin, pada dasarnya kita hanya datang untuk kembali berkata hendak pergi. Kamu itu layaknya rasi bintangㅡtidak selamanya terang, tidak selamanya indah. Mungkin sekarang saatnya untuk berkata sudah." Judith Aluna, terkait Ori...