Neck kisses, coffe dates, and midnight car rides.
♪ ♪ ♪
Pukul 6 sore waktu setempat tepat dari persimpangan University Avenue dan Pearl Street. Judith tampak asik memandang wajah Racha yang sejuk sedang menunduk memperhatikan buku menu, mengabaikan suasana sore yang indah dari lalu lalang pejalan kaki yang menyeberangi Pearl Street ke arah University Avenue. Restoran Pizzeria Libretto tampak ramai pengunjung ketika hari beranjak gelap mengingat jam bukanya juga menjelang siang hari. Beruntung mereka masih mendapatkan meja di bagian luar yang memang menjadi highlights dari restoran Italia bernuansa casual ini. Walaupun meja dan kursi di luar bentuknya sangat sederhana, berhadapan langsung dengan langit malam dan lampu indah dari gedung-gedung tinggi adalah hal yang menyenangkan.
Setelah kelas terakhir berakhir pukul 5 sore tadi, Judith tiba-tiba saja ingin makan pizza. Dia sendirian keluar dari kelas karena memang tidak ada jadwal yang sama dengan Racha hari ini. Namun, mendapati pria itu berdiri di depan kap mobilnya tepat di depan gedung fakultas membuat Judith mau tidak mau menahan senyum. Dia malu, namun di sisi lain merasa teramat disayang. Judith menghampiri Racha dan sontak kaget menerima segelas cup minuman. "Nih, cokelat panas."
"Jadi malu," ujar Judith senyum-senyum bahagia. Dia menatap Racha penuh binar kemudian mengutarakan keinginannya untuk makan pizza.
Sekarang di sinilah sepasang merpati itu berada. Racha yang memang ingin mengajak Judith menuju CN Tower memutuskan untuk mengganti hari saja. Dia paham bahwa Judith pasti kelelahan dan pilihan terbaik memang membawa perempuan itu makan malam.
Racha menatap pelayan ramah yang berdiri menunggu mereka menyebutkan pesanan, senyum di wajah pelayan itu tidak kunjung suruh bersama sikapnya yang ramah. Tipikal para pelayan di sini memang selalu bergerak cepat dan kerap mengecek pelanggan beberapa kali untuk tahu apa yang mereka butuhkan.
"I want to order bufala ricotta marinara pizza, beef carpaccio, and tomato caprese salad."
Mulut Judith sukses terbuka mendengar pesanan Racha, kemudian menyuarakan protesannya. "Menu kamu bikin sebel tau nggak?" ujar Judith dengan nada sebal. "Aku nggak mau gabung, ya, pokoknya." Racha menatap Judith tenang dan mengangguk, tersenyum kecil melihat tingkah pacarnya. Toh, semua pesanan itu memang Racha pesan untuk dirinya sendiri. "Cha, serius ya itu pesenan kamu sehat semua. Campurannya daun-daun semua. Tomato salad? Seriously? For dinner?"
"Uhm no," geleng Racha dengan raut lucunya. "Duanya emang buat aku, tapi tomato salad buat kamu."
"Udah gila," respon Judith dengan suara sengau karena tidak terima. Dia menatap Racha dengan pandangan sebal dan langsung menarik daftar menu dari tangan pria itu. "Nggak bakalan aku makan, ya, enak aja!"
Racha tertawa, lantas membiarkan Judith memilih sendiri menu makan malamnya. Racha mana mungkin mau menghancurkan selera makan Judith dengan memaksakan menu favoritnya kepada perempuan itu. Gadisnya harus memakan apapun yang dia inginkan selagi itu membuat perutnya kenyang dan bahagia. "Iya itu buat aku, kamu pesen aja yang kamu mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Like Yesterday
Fiksi UmumPART MASIH LENGKAP! "Mungkin, pada dasarnya kita hanya datang untuk kembali berkata hendak pergi. Kamu itu layaknya rasi bintangㅡtidak selamanya terang, tidak selamanya indah. Mungkin sekarang saatnya untuk berkata sudah." Judith Aluna, terkait Ori...