Rion seperti berada di ujung jurang dalam yang tidak berdasar ketika lembar berikutnya ia dapati seperti apa. Rion benar-benar ingin merutuk karena semesta mengabulkan spekulasi buruk di dalam kepalanya. Racha dan Judith, nyatanya memang saling mengenal dan Rion tidak perlu bertanya lebih lanjut soal hubungan keduanya. Dari kursi depan, Rion menahan diri untuk tidak mengintip ke arah spion dan melihat sepasang manusia di jok belakang. Mereka sedang berada di dalam taksi menuju rumah sakit terdekat. Rion memutuskan untuk ikut sekalipun Racha sempat kebingungan pada pria satu itu.
Sayup-sayup didengarnya Racha memanggil nama Judith pelan dan meminta maaf. Rion mengepalkan tangan kuat-kuat, rasanya sudah tidak sanggup lagi. Akhirnya ia melirik kepada spion depan untuk melihat dua manusia di belakang. Sontak, seperti ada godam besar yang menghentak Rion begitu keras kala dilihatnya Racha dapat dengan mudah mendekap Judith. Menyedihkan sekali. Dia dan Aluna-nya hanya berjarak sepersekian senti, tapi entah mengapa Rion malah merasa kian jauh dan Aluna-nya seakan tidak bisa ia genggam lagi. Bahkan pria itu masih sangat terkejut mengapa mereka bisa dipertemukan dengan cara sekonyol ini.
Rion baru saja menelepon sang bunda tadi, meminta izin bahwa dirinya besok akan terbang ke Kanada, sekaligus memberitahu sedikit tentang keseriusannya kepada Judith. Bundanya berdoa untuk kebaikan mereka. Bundanya berdoa agar semesta mengampuni kesalahan sang putra. Bundanya berdoa untuk segala hal baik di seluruh jagat raya semoga tersiram untuk sang putra. Rion mengamini dengan amin paling serius. Lantas sepuluh menit kemudian, tanpa ada angin maupun hujan, tampaknya semesta mempercepat terkabulnya doa milik Ibunda Rion. Manik yang sudah lama tidak ditatapnya secara langsung dapat ia lihat lagi. Walau pada akhirnya tidak seperti isi doa sang bunda, sebab sosok perempuan itu jatuh pingsan. Entah karena sakit pada perutnya, atau karena berjumpa Rion si pria yang paling dibencinya.
Pria dengan baju kaus sederhana dipadu celana kain hitam itu sadar, sekeras apapun dia mencoba untuk menciptakan dugaan baik di dalam kepala, pada akhirnya semua hanya berakhir kian tidak mengenakkan. Rion sudah merasa sangat buruk ketika ia mengetahui kalau kesempatannya untuk kembali begitu kecil. Tapi mengetahui kalau Racha adalah orang yang terpilih, benar-benar semakin memperkeruh perasaan buruk yang sedang bergumul di dalam diri Rion. Kenapa harus pria dari kampus yang sama dengannya dan diperparah dengan Racha adalah orang yang dia kenal. Judith mana mungkin mau melihat lagi ke belakang kala di depannya sudah ada masa depan yang sangat menjanjikan.
Helaan napas berat Rion terdengar di dalam taksi yang dimana udara terasa begitu menyesakkan. Dia ingin keluar. Bertepatan ketika itu, taksi benar-benar berhenti dan Rion merasakan pintu samping yang terbuka. Racha keluar, membopong Judith yang beruntungnya sudah sedikit sadar dan mereka berjalan bersamaan ke arah pintu masuk rumah sakit yang terbuat dari kaca bening. Rion di jok depan masih terdiam, lebih tepatnya tidak mampu bergerak sebab melihat kedua manusia itu begitu dekat dan teramat intim. Seberdosa apa Rion hingga ia diberi hadiah berlipat seperti ini?
Pria itu tatkala berpikir, sebenarnya apa yang salah dari mencintai sampai-sampai harus begitu merasakan sakit sebab tidak bisa memiliki. Tidak bisakah cinta hanya menjadi sekedar rasa dimana tidak ada keinginan sama sekali untuk memiliki dan merasa kecewa ketika jalan setapak yang dilalui nyatanya tidak sama lagi. Tidak bisakah cinta hanya menjadi perihal merelakan dengan ikhlas tanpa harus ada satupun hati yang repot-repot menjadi korban dari sebuah penolakan. Kalau Rion boleh memilih, dia akan merasa lebih bersyukur apabila semesta membuatnya menemukan seorang yang baru daripada harus berharap pada hati yang sudah menemukan pemiliknya. Karena Rion sadar bahwa kesalahannya di masa lalu wajar apabila belum dimaafkan. Tapi alih-alih mengabulkan pinta Rion, semesta malah membuatnya jatuh semakin dalam, seolah hendak memberitahu bahwa semua kesakitan ini adalah bentuk nyata sebuah balasan untuk sikap jahatnya yang lalu. Dan Rion pikir, apa sampai di sini saja tidak cukup? Semesta ingin membuat balasan seperti apa lagi? Dan terakhir, apa hanya Judith yang berhak menerima sebuah kebahagiaan sementara dirinya harus dikukung terus dengan perasaan buruk yang sangat memuakkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Like Yesterday
General FictionPART MASIH LENGKAP! "Mungkin, pada dasarnya kita hanya datang untuk kembali berkata hendak pergi. Kamu itu layaknya rasi bintangㅡtidak selamanya terang, tidak selamanya indah. Mungkin sekarang saatnya untuk berkata sudah." Judith Aluna, terkait Ori...