Loosing A Heartbeat

1.4K 148 30
                                    

Sia - Elastic Heart.

Pukul 03 : 26 pagi, Sowon dan Eunha masih terjaga. Mereka berdua masih membuka mata dan saling mendekap di bawah selimut. Eunha menenggelamkan wajahnya di dada Sowon yang masih polos. Begitu pula dengan tubuh mereka berdua, hanya selimut putih itu yang melindungi kulit sehalus sutra dua gadis yang lagi-lagi merasa jatuh cinta.

Sowon mengelus-elus rambut pendek Eunha dan menyisihkan beberapa di sela-sela teliga gadis Jung itu.

Sementara Eunha sedari tadi hanya diam dan terus mendekap erat tubuh Sowon.

"Waeyo?"

Tangan Sowon beralih berjalan menjelajahi punggung polos sang kekasih. Merasakan kelembutan lain dari sosok Eunha di depannya.

Eunha menggeleng menanggapi pertanyaan Sowon. Mukanya tampak memerah dan matanya terlihat resah. Semua terlihat jelas bagi Sowon, ia ikut khawatir dengan Eunha-nya itu.

"Ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Sowon lagi.

Eunha mendekap Sowon semakin erat. Ia menatap mata Kim itu dengan lekat dan kini ada satu tetes air mata yang lolos dari netranya.

"Sowon.. aku.."

Eunha menjeda kalimatnya, ia merasa ragu sejenak tentang apa yang ingin ia katakan pada Sowon.

"Aku rasa aku kehilangan satu detak jantung."

-

Sowon berlarian di lorong rumah di pagi buta. Ia hanya mengenakan bra sport nya yang tadi ia pakai sebelum di telanjangi Eunha dan sebuah hotpans biru muda menutupi area intimnya.

Ia membuka satu persatu pintu yang ia pikir ada seseorang yang ia cari. Lampu-lampu yang sudah mati tidak membuatnya berhenti mencari.

Langkahnya tergesa dan ia semakin kesal ketika tak ada satupun ruangan yang ia cari. Hingga ruangan paling ujung yang lampunya masih terlihat menyala membuatnya teralih. Ia berjalan mendekati pintu dan melihat dari balik jendela nya.

"Unnie!! Open the door!!"

Sowon menggedor-gedor pintunya sambil berteriak memanggil dua orang wanita yang berada di dalamnya.

Jisoo menoleh dan begitu pula dengan Taeyeon yang ada bersamanya.

"Unnie!!"

Taeyeon pun mendekati pintu dan membukanya. Ia memutuskan kembali menutup pintunya setelah ia berada di luar bersama Sowon.

"Ada apa Sowon-ah?" Tanya Taeyeon berusaha tenang, setenang mungkin.

"Dimana Umji? Bagaimana keadaanya?"

"Dia.. dia ada di dalam. Tenang saja, serahkan semua padaku dan Jisoo. She will be okay." Jawab Taeyeon.

Sowon terlihat marah, "She will? What do you mean 'She will?!' She must be okay!"

Kim Sojung marah, ia mencoba menerobos Taeyeon agar ia bisa masuk ke ruangan itu. Namun Taeyeon tetap menghadang Sowon dengan mudah.

"Aku mau masuk! Umji! Umji-yaa!"

Taeyeon tetap menahan gadis paling tua di antara keenam adiknya itu dan mendorongnya agar sedikit mundur.

"Sudah kubilang dia akan baik-baik saja."

"Apa yang kau tahu tentang Umji ha?! Dia adikku jadi biarkan aku ma-"

"KIM SOJUNG!"

Sowon seketika diam mendengar Taeyeon membentaknya. Ada hal ganjil di hatinya saat mendengar orang asing membentaknya.

"She's gone. Sekarang biarkan aku dan Jisoo mengurusi Umji dan membawa adikmu kembali." Tegas Taeyeon. Sowon masih bingung dengan apa yang dikatakan orang di depannya ini.

"She's gone? Membawa adikku kembali?" Sowon benar-benar blank saat ini. Air mata nya tanpa izin langsung mengalir dan membasahi pipinya.

Mata Taeyeon teralih melihat ke belakang Sowon, dimana ada gadis lain yang berdiri mematung di ujung lorong.

Sowon ikut melihat arah pandang Taeyeon dan tercekat melihat Yuju berada di sana. Ia pasti mendengar apa yang tadi ia bicarakan dengan Taeyeon.

"Tenangkan dia dulu, nanti kita bicara lagi." Perintah Taeyeon pada Sowon.

"Tanpa kau suruh pun aku akan memeluknya."

Sowon berjalan menjauhi Taeyeon dan mendekati Yuju, melihat Sowon berjalan ke arahnya, Yuju berlari dan memasuki kamarnya.

"Yuna?"

Sowon melihat gadis Choi itu menangis di balik ranjang. Ia duduk di lantai dan memeluk lututnya.

Sang unnie pun mendekati Yuju dan mulai memeluknya.

"Aku belum sempat meminta maaf padanya, unnie."

-

SinB lagi-lagi menghembuskan nafasnya, terlihat kepulan uap yang keluar dari hidung dan mulutnya yang bereaksi dengan udara dingin di sekitarnya.

Ia duduk di depan teras sebuah rumah yang terlihat sudah cukup tua, namun masih terlihat kokoh. SinB menatap kosong ke sekitar rumah yang masih gelap dan hanya ada pepohonan dan suara binatang-binatang nokturnal dan pagi yang bercampur jadi satu.

Haruskah aku melupakanmu?

Tapi ini terlalu sulit.

Sulit untuk menerima.

Namun sulit juga untuk lupa.

SinB memasukkan kedua tagannya ke saku hoodie yang ia pakai. Dia beralih untuk duduk di atas pagar kayu dan bersandar di salah satu tiang kayu yang sejak dulu menjadi tempat favoritenya untuk duduk.

Lebih tepatnya duduk bersama gadis-gadis kesangannya, dan gadis yang dulunya ia cinta.

SinB terkekeh kecil.

Bahkan sampai sekarang pun aku masih cinta.

Yah, mau bagaimana lagi?

Pengkhianatanmu terlalu keji.

SinB sedikit memicingkan matanya. Ia melihat seorang pria yang berjalan kearah rumah ini dengan kupluk hoodie menutupi kepalanya.

"Wuhh dingin sekali. Kau kenapa ada disini SinB-ya?" Sapa pria itu dan membuka hoodienya. Membuat SinB mengenalnya dan langsung menyalami tangan pria itu.

"Oh, uncle kenapa datang kesini?"

SinB sedikit terkejut melihat kedatangan salah satu uncle nya itu.

"Haha, ini.. hanya ingin berkeliling. Sudah lama aku tidak kesini."

"Pintunya dikunci jadi aku tidak bisa masuk, uncle."

"Mwo? Benarkah? Kau tidur diluar?"

SinB mengangguk, ia melihat kursi di teras yang mana ada sepaket kain untuk menutupi tubuhnya saat tidur yang hanya beberapa jam itu.

"Aish, jangan sering-sering tidur di luar. Lagipula kenapa kau sampai disini huh? Ada masalah di rumah? Berantem lagi dengan Sowon?"

SinB menggeleng, "Anni.. hanya ingin mengenang masa-masa ku dengan appa."

[]

Fingertip.Where stories live. Discover now