"Jika kondisi Umji sudah stabil, mungkin dia bisa menjalani rehabilitasi mulai lusa Yuju-ya." Aku mendengarkan kalimat Jisoo unnie barusan dengan seksama, walau mataku masih menatap nanar pada Umji yang sedang tertidur. Badannya sudah mulai menghangat, tanganku bahkan terus menggenggam jemarinya.
Sungguh, hatiku terasa tertusuk anak panahnya saat aku memasuki ruangan ini beberapa jam yang lalu. Aku memeluknya dan menangis mengingat apa yang sudah terjadi pada kami.
Namun ucapan pertamanya saat itu adalah; "Kau siapa?"
Dan dua kata plus tanda tanya itu sukses membuat aku seakan terhantam bebatuan di jurang dari ketinggian 2000 meter diatas permukaan tanah.
"Aku akan menemaninya untuk rehabilitasi, unnie." Ucapku mengajukan diri. Kulihat senyuman tipis di wajah Jisoo unnie. "Baguslah, kau harus menemaninya. Dia juga perlu mengingat apa yang sudah dia alami selama ini."
"Sebaiknya kejadian kemarin tidak usah kau ceritakan padanya, Yuju-ya. Tentang kalian dan SinB."
"Apakah tidak masalah? Itu berarti aku berbohong pada Umji."
"Ini juga demi kebaikannya, Yuju. Aku khawatir jika kau menceritakan masalah ini, nantinya Umji akan semakin drop dan kondisinya malah menurun."
Aku hanya mengangguk kecil mendengar penjelasan Jisoo unnie. Dia ada benarnya juga, namun apakah benar tidak masalah?
-
Author PoV
Pukul 1 malam. SinB memutuskan untuk begadang malam ini. Ia sedang berada di depan layar TV ruang santai dan bermain game playstation sendirian. Ditemani secangkir kopi dan beberapa snack untuk kegiatan agar mulutnya bergerak.
SinB asyik bermain melawan bot di permainan yang ia pilih. Dengan headphone di telinganya, sukses menghalau suara dari luar. Walau memang sedang sunyi karena sudah malam.
"Jangan bermain game sendiri tengah malam, pamali." Sowon datang dengan piyama yang sudah terpasang di badannya. Ia datang dengan membawa kantong infus yang ia angkat setinggi telinga.
"Katanya tadi tinggal ngehabisin infus. Kok ditambah lagi?" Tanya SinB yang melihat Sowon datang dan duduk di sampingnya. Ia tidak memperdulikan ucapan sang unnie tadi. Karena memang SinB tidak dengar.
"Iya, tadi Rose unnie bilang harus ditambah satu kantong lagi. Sempet syok terus sedikit drop haha." Ucap Sowon, tentunya setelah ia menurunkan headphone SinB menjadi mengalung di leher gadis Hwang itu.
"Ayo main unnie." Ajak SinB, ia menyodorkan sebuah stick pada Sowon.
Sowon menerima stick itu dan mulai mencari permainan yang ingin ia mainkan. "Mau ku buatkan Kopi?" Kim itu menggeleng, "Tidak perlu. Masih pakai infus aku."
"Hilih, lemah kali."
Sowon dan SinB pun bermain game console itu di pagi buta. Mereka bermain dengan volume kecil agar tidak mengganggu penghuni rumah lain terlebih Umji.
Sekitar dua ronde yang sudah mereka lewati, sofa yang sedang mereka gunakan sebagai sandaran--karena mereka selonjoran di karpet lantai--pun terasa di timpa oleh seseorang. Sowon dan SinB menoleh, melihat Yuju yang tengkurap diatas sofa.
"Belum tidur unnie?" Tanya SinB. Mereka masih melanjutkan game mereka dengan khidmat. Sekarang para anak kandung sedang berkumpul.
"Aku menemani Umji sejak tadi. Huh, sungguh aku sedih melihatnya. Dia saja tidak ingat siapa namanya." Ucap Yuju dengan nada yang terdengar sangat sedih.
"Kau jangan khawatir Yuju-ya. Kita semua akan membantumu dan Umji." Sowon sedikit memiringkan stick playstation nya karena playernya sedang crash dengan player SinB.
Yuju mengambil snack milik SinB dan memakannya. "Tapi SinB-ya. Jisoo unnie bilang untuk tidak menceritakan masalah kemarin pada Umji. Apa kau tak apa?"
"Aku sih tidak masalah unnie. Malah aku ingin sekalian menghilangkan memori itu dari otak kita semua." Ucap SinB.
Sowon mengangguk, "Jangan memberi luka dulu padanya Yuju. Luka lama akan semakin menghambat pulihnya Umji. Kau tahu bahkan kondisi kita sedang berbahaya?"
"Iya unnie. I know that."
"We know that." Tambah SinB.
Mereka pun diam, Sowon dan SinB fokus dengan game mereka. Sesekali Yuju juga ikut bersorak karena permainan yang semakin seru itu.
"Aku tadi sedikit berbincang dengan Taeng." Pecah SinB pada keheningan.
"Taeng? Nuguya?" Tanya Yuju.
"Taeyeon itu..." Jawab SinB. "Dia bilang dia adalah mantannya eomma. Apakah benar apa yang ia katakan itu? Dia bilang Sowonnie tahu."
"Kenapa kau memanggilnya Taeng?"
"Aish dia sendiri yang menyuruhku untuk memanggilnya seperti itu. Sudah ceritakan saja unnie."
Sowon pun menceritakan apa yang ia dengar dari Taeyeon kemarin. Yuju pun ikut menyimak karena ia tidak tahu apa yang terjadi di meja makan.
"Jadi, dia itu mantannya eomma? Dan Taeyeon mengorbankan cintanya hanya karena kakek?" Tanya SinB memastikan.
Sowon menaikkan bahunya pelan, "Ya, seperti itulah. Mungkin karena itu juga appa merestui hubungan kita, agar kita tidak berakhir seperti nuuna nya."
"Tapi kenapa appa mau saja dinikahkan dengan kekasih nuuna nya sendiri? Itu kan sangat menyakitkan bagi mereka."
"Pemikiran appa pasti sangat konkrit dan panjang SinB. Entah kenapa aku yakin appa menyembunyikan sesuatu dibalik semua ini." Ucap Sowon. "Semua seperti kepingan puzzle, entah harus darimana aku menyusunnya, karena semua masih terasa samar."
Yuju mendongakkan kepalanya, mendengar perkataan sang unnie barusan membuatnya berpikir apakah yang berada di otak Sowon memang benar.
"Apakah kau memikirkan hal yang sama denganku unnie?" Tanya Yuju.
Sowon menggeleng pelan, "Entahlah Yuju-ya. Pikiranmu terlalu pintar, mungkin saja opini kita sama. Atau mungkin saja berbeda. Entah yang mana fakta diantara kita, yang jelas kita harus bersiap untuk semua yang akan terjadi nanti...."
Yuju dan SinB mengangguk.
"....termasuk kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Bukannya aku meragukan appa, tapi semua ini semakin mengerucut pada Taeyeon."
[]
Thanks for reading :)
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.