Paradox

1.2K 147 6
                                    

Why Don't We - Something Different.

-

Umji dan Rose sedang berada di arena panahan khusus yang dibangun atas permintaan Rose sejak 3 tahun lalu. Arena ini terletak di belakang rumah, dengan ukuran yang cukup luas. Arena ini juga dilengkapi jaring-jaring kawat yang menjulang tinggi membentuk tembok yang mengelilingi arena.

"Itu di belakang hutan ya unnie?" Tanya Umji saat Rose sedang menyiapkan papan target di ujung arena.

"Iya, makanya di kasih pagar biar hewan buas tidak bisa masuk."

"Kan tinggal di panah saja unnie."

"Anni.. kasihan mereka. Bayangkan jika yang kau panah itu adalah kepala keluarga atau pemimpin sebuah koloni, nanti bagaimana perasaan keluarga dan koloninya yang menunggu dia di dalam hutan sana? Pernah kau berfikir sampai kesitu?" Umji terdiam mendengar ucapan sang unnie. Ia juga tidak pernah membayangkan Sowon atau salah satu dari unnie nya tidak pernah lagi pulang ke rumah, karena mereka selalu ada untuknya, tidak pernah membiarkan Umji sendiri ataupun kesepian. Bahkan tidur pun mereka sering bersama. Baru kali ini dia merasa.. sepi.

"Sudah, target nya sudah siap. Bisa kita mulai sekarang?"  Tanya Rose saat ia berjalan mendekati Umji yang masih terdiam.

"Em, nde unnie. Kajja."

'You first," Umji mengangguk dan mengambil sebuah anak panah dari arrow tube yang ia gendong di punggungnya. Jemarinya mulai memasangkan ekor anak panah itu pada tali busur nya.

Umji melesatkan sebuah anak panah lurus kedepan setelah ia membidik target. Anak panah itu melesat cepat dan sepersekian detik kemudian anak panah itu lenyap.

"Woah, kau meleset Umji-ya.. tapi anak panah mu melesat sangat cepat, dan jauh sekali, sampai masuk ke dalam hutan."

"Haruskah aku mengambilnya, unnie?" Tanya Umji.

Rose menggeleng pelan, "Tidak usah Umji, kita lanjutkan saja." Rose ikut mengambil anak panah dan melesatkannya ke papan target.

Mereka asyik bermain dengan busur dan anak panah itu selama 45 menit, namun Umji dan Rose belum juga lelah maupun bosan.

Sekarang Umji malah semakin serius bermain anak panah, ia berjalan sambil melesatkan anak panahnya satu persatu pada 4 papan target yang sudah berjajar dengan rapi di ujung arena.

Dan dengan rapi pula anak panah Umji menancap di papan target.

Rose pun terpukau melihat kemampuan Umji. Ia akhirnya mengerti maksud ucapan Tae waktu itu. Umji punya keahlian tersendiri.

"You're so good at this, Umji." Puji Rose saat Umji selesai mengambil anak panah yang tadinya ada di papan target.

"Haha thanks unnie."

Rose tersenyum kecil, "Ternyata bakat itu menurun padamu." Rose mengulurkan sebotol air mineral pada Umji.

Umji menerima air mineral itu dengan senang hati. "Bakat? Bakat apa? Dari siapa?"

"Dari appa mu. Kuingat dulu bahkan kakekmu dan anak-anaknya suka bermain panahan juga." Ucap Rose.

"Hum, appa suka mengajakku berlatih anak panah."

"Sepertinya aku harus membuat penemuan baru, kau jangan khawatir, kau akan menjadi adik bungsu terhebat untuk Sowon dan unnie mu yang lain."

Gadis 19 tahun yang kini duduk dengan meluruskan kaki di lantai arena hanya mengangguk kecil sambil meneguk air mineral dari dalam botol. Rose pun ikut duduk di samping Umji, ia melihat gadis itu secara intens.

"Lihatlah Tae, dia sangat mirip denganmu."

~

Jisoo masih betah berada di laboratorium, ia hanya melamun dan berfikir tentang apa saja yang terlintas di pikirannya.

Ia menatap kosong pada satu-persatu tabung-tabung berisi gadis-gadis cantik yang masih tidak sadarkan diri tersebut.

Jisoo melepas kacamatanya dan menghela nafas panjang. Ia mengambil handphone di saku jeans yang ia pakai, membuka galeri dan melihat sebuah foto seorang gadis dan seorang namja di sana.

"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti, Tae. Aku, Rose, Lisa dan Jennie sudah menepati janji kita. Dan sepertinya semua berjalan lancar sampai sekarang."

"Jika percobaan ini berhasil, aku sendiri tidak tahu apa yang akan mereka hadapi nanti. Tapi kau tahu sendiri kan? Sowon adalah kakak yang baik, dia pasti bisa menjaga adik-adiknya."

"Eh? Aku salah bertanya, kau tidak tahu apa-apa, bahkan tentang Sowon sekalipun. Haha."

~

"Jadi Umji, eum.. apakah kalian sering make out di rumah?"

Umji menaikkan alisnya saat mendengar pertanyaan Rose yang sedikit, sensitif.

Melihat perubahan pada raut wajah Umji, Rose pun sedikit bingung. "Eh- engh itu aku hanya bertanya, jika tidak berkenan dijawab juga tidak apa apa kok hehe." Ucap Rose cengengesan.

"Ya, cukup sering. Ditambah lagi kami yang tidak diperbolehkan bekerja ataupun bergaul di luar oleh uncle Jimin membuat kami bosan." Pada akhirnya Umji menjelaskan apa yang ingin diketahui oleh Rose.

"Tapi sepertinya hanya kami berempat yang sering making love dengan pasangan kami. Aku tidak pernah mendengar, ataupun melihat Sowon unnie dan Eunha unnie make out. Atau mungkin mereka bermain dengan tenang, silent mode haha."

"Diantara kami berenam, Sowon unnie adalah orang paling romantis. Dan diantara kami juga, hanya Sowon unnie yang menyatakan perasaannya secara resmi pada Eunha unnie. Sementara aku, Yuju, SinB dan Yerin unnie mengetahui perasaan satu sama lain ketika tanpa sengaja kami melakukan hal itu. Tapi kami yakin, perasaan kami lebih dari sekedar nafsu." Tambah Umji.

"Biar ku tebak, pasti Yerin dan SinB yang paling berisik, haha."

Umji tertawa sekejap mendengar ucapan Rose disampingnya.

"Wrong, me and Yuju are quietly loud, haha."

Rose terdiam seketika, ia tidak mengira gadis sepolos Umji bisa sampai seperti itu.

"Your paradox makes me confuse, Umji-yaa.."

[]

Fingertip.Where stories live. Discover now