41~ Terror.

678 45 12
                                    

Malam ini terpaksa zico harus menginap di rumah sakit bersama dengan nadeo dan valeron, karena orang tua valerin kerja lembur mendadak, jadi tidak bisa menemani malam ini, dan besok juga valerin sudah diperboleh kan pulang oleh dokter, karena keaehatannya sudah mulai membaik dan hanya perlu istirahat cukup dirumah.

Valerin mengerjapkan matanya, mencoba memperjelas penglihatannya, valerin melihat ke arah jam dinding yang sekarang menunjukan pukul 12, tengah malam.

"kenapa kebangun ya?" tanya valerin pada dirinya sendiri.

"ko perasaan gue ga enak gini" ucapnya lagi sambil mengelus dadanya.

Valerin melihat ke arah zico dan nadeo yang tidur sambil duduk di sofa kanan bankar valerin, dan valeron yang tidur nyenyak di sofa sebelah kirinya.

Valerin tersenyum, ia merasa sangat beruntung karena banyak sekali yang peduli dan sayang padanya.

Valerin tiba tiba tersentak ketika knop pintu bergerak, seperti ada yang mencoba membukanya dari luar, namun pintu itu terkunci dari dalam.

"siapa ya?" tanya valerin sedikit berteriak, tapi tidak ada jawaban dari luar.

"siapa si tengah malem gini dateng" gerutu valerin sambil tetap menatap knop pintu yang masih bergerak.

Tak lama kemudian knop pintu itu berhenti bergerak, mungkin sudah tidak ada orang diluar sana.

Valerin melihat ke arah bayangan di bawah pintu, seperti ada orang yang masih berdiri disana, kemudian muncul sebuah aliran cairan berwarna merah.

Valerin kaget ketika melihat cairan berwarna merah itu masuk kedalam kamarnya, seperti, darah.

Tiba tiba lampu kamar padam, valerin tidak bisa melihat apa apa, semuanya gelap, valerin sangat takut.

"zicoo! eyon! mas nadeo!" teriak valerin.

"kenapa rin?" tanya nadeo yang menghampiri valerin.

"lampunya mati mas, tadi ada darah di bawah pintu" valerin terisak dalam pelukan nadeo.

"ini cuma mati lampu sayang" ucap zico menenangkan.

"tapi tadi ada darah co, ada orang diluar" ucap valerin masih memegang baju nadeo erat.

"coba mas periksa keluar, kamu sama zico dulu" ucap nadeo sambil melepaskan pelukan valerin.

Sebelum zico memeluk valerin, valeron lebih dulu berdiri disamping bankar valerin sehingga valeron lah yang saat ini dipeluk oleh valerin.

"takut yon" lirih valerin.

"semua baik baik aja ka"

Akhirnya lampu menyala kembali dan bersamaan dengan nadeo yang baru datang, tapi selangkah sebelum nadeo masuk kedalam kamar di pintu kamar sudah berceceran banyak darah dan terdapat helaian mawar hitam yang sudah menjadi serpihan.

"darah?" tanya zico mendekati nadeo yang masih berdiri diambang pintu.

"siapa yang berani terror kita" ucap nadeo yang sudah tersulut emosi.

"eyon takuttt" valerin mengeratkan pelukannya pada valeron.

"tenang ka"

"gue panggil officeboy buat bersihin ini" zico berjalan keluar untuk mencari officeboy.

Nadeo mengambil ponselnya lalu mempotret darah serta mawar hitam yang berceceran dilantai itu, lalu mengirimnya pada suatu kontak yang ada di ponselnya.

Zico datang bersama dengan salah satu officeboy, nadeo langsung menyuruh officeboy itu untuk segera membersihkan semuanya sebelum ia menginterogasi officeboy itu.

"siapa yang berkeliaran malam malam begini?" tanya nadeo pada officeboy itu.

"maaf, saya tidak tau apa apa, saya tadi bertugas di depan, dan lorong ini bukan tugas saya" jelas officeboy itu.

"lalu siapa yang berjaga disini malam ini?" tanya zico.

"biasanya sih teguh, tapi hari ini dia cuti, jadi lorong ini tidak ada yang menjaga" jawabnya.

"yasudah, kamu bisa kembali ketempat kamu" titah nadeo.

"baik, saya permisi"

Nadeo menutup dan mengunci kembali pintu kamar setelah memastikan officeboy tersebut pergi dari sana.

"rin kamu tidur aja ya, udah gaada apa apa ko" ucap nadeo.

"tapi mas aku takut, kalo di terror lagi gimana?"

"kita ada disini rin, jadi gaakan ada apa apa, kamu gausah takut lagi ya" ucap zico sambil mengusap puncak kepala valerin.

"janji kalian disini aja ya"

"iya ka" valeron mencium kening valerin, lalu menunggu sampai kakanya itu tertidur pulas.

"menurut lo siapa dalang dari terror ini?" tanya nadeo pada zico.

"gue gabisa pastiin, karena ini bukan type terror nya Ranx" jawab zico.

Valeron hanya menyimak obrolan zico dan nadeo.

"besok kita selidiki ini, ron, besok ajak dua temen lo buat ikut ke markas" ucap nadeo.

Valeron hanya mengangguk samar, untuk urusan detektif seperti ini, athallah dan marselino sangat bisa diandalkan, pasalnya mereka paham tentang sebuah terror dan sebagainya.
^^

Siapa tu terror terror, pake darah lagi wkwk kalo ketangkep abis dah tu org wkwk

Next ga?

Mifta Sachfira

My Bad Boyfriend & My Possesive Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang