59~ Berakhir.

825 58 9
                                    

"dewaa... gue takut"

Dewa membalas pelukan valerin, menenangkan sahabatnya itu, zico yang melihat kejadian itu hanya diam sambil menahan emosi yang membara di hatinya, zico cemburu pada dewa yang berhasil menjadi pelindung untuk orang yang ia sayang.

brukk...

"co! Bina pingsan!" teriak beckham.

Zico langsung melihat ke sumber suara dan menemukan sabrina yang sudah pingsan dengan wajah yang sangat pucat, zico mendekati sabrina dan langsung menggendong nya, rendy mencari taxi untuk zico membawa sabrina ke rumah sakit.

Valerin memandang keduanya pergi dengan tatapan sendu, dan makin mengeratkan pelukannya pada dewa, dewa paham valerin sedang sangat hancur sehingga memeluknya seerat ini.

"rin, lo gapapa?" brylian menepuk pundak valerin pelan.

"gapapa" lirih valerin.

"pipi lo luka, mungkin tadi kena pisau eze, kita kerumah sakit buat ngobatin luka lo ya?" ucap brylian sambil mengusap darah yang mengalir dari pipi valerin.

Valerin hanya mengangguk samar, brylian, rendy, beckham dan dewa membawa valerin kerumah sakit yang sama dengan zico membawa sabrina, zico sudah mengabari brylian dimana dia berada bersama sabrina sekarang.

"kenapa zico lebih mentingin bina daripada gue wok?" lirih valerin sambil menaruh kepalanya di pundak dewa.

Dewa menatap lurus kedepan, berusaha agar fokus pada jalan, dan mencoba tidak ambil perasaan atas apa yang valerin lakukan sekarang, valerin milik sahabatnya.

"gue egois ya? harusnya gue gausa cemburu kaya tadi" ucapnya lagi.

"lo ga salah kalo lo marah, zico milik lo, jadi lo berhak atas apapun tentang dia"

^^

"gimana keadaan bina, co?" brylian menghampiri zico yang berdiri didepan ruangan.

"masih ditanganin dokter" zico melihat sekeliling mencari seseorang. "verin mana?" tanya nya setelah tidak berhasil menemukan valerin.

"dia lagi diobatin diruang depan" jawab brylian.

"sendiri?"

"sama dewa" brylian menepuk pundak zico. "lo gausah cemburu, valerin milik lo, mereka cuma sahabatan, ga lebih, jadi lo gausah marah sama dewa"

"gue gagal jaga verin bry" lirih zico.

Brylian, rendy dan beckham hanya diam mmenatap zico.

"gue gabisa jaga verin dari eze tadi, sampe verin luka gue gabisa buat apa apa, karena bina udah.." zico menggantung kalimatnya membuat semua penasaran.

"udah apa?" tanya rendy penasaran.

"dia bilang udah gakuat" lanjut zico.

"maksud-"

"disini ada keluarga pasien?" tanya seorang suster yang baru keluar dari ruangan.

"lagi dalam perjalanan, ada apa sama sabrina sus?" tanya zico.

"kesadarannya mulai menurun, sejak tadi dia menyebut nama mama nya, lebih baik mama nya cepat datang kesini, saya permisi sebentar" suster itu pergi terburu buru.

"gimana keadaan bina?"

Zico menoleh kearah seseorang yang barusan bertanya padanya, valerin.

"kita belum tau rin" jawab brylian.

"kamu gapapa?" tanya zico pelan sambil menyentuk pipi valerin yang diperban.

"gapapa ko, luka dikit doang" valerin tersenyum kecil.

"perih ga?"

"engga terlalu perih kalo dibandingin sama hati aku" ucap valerin sangat pelan sehingga tidak ada yang bisa mendengarnya kecuali zico.

"aku mau ngomong sama kamu sebentar, ikut aku?" zico langsung menggenggam tangan valerin membawanya keluar rumah sakit.

"co, sabrina gimana, masa kamu tinggalin aja"

"aku gasuka rin, aku udah gamau lagi pura pura kaya gini, liat kamu sama dewa itu bikin aku cemburu" jelas zico setelah mereka sampai ditaman.

"kamu tau kan rasanya, udah seminggu aku nahan kaya gitu, kamu baru sehari aja udah ngeluh" ucap valerin sambil memandang ke arah lain.

"aku baru sadar, sakit ya liat orang yang kita sayang deket sama sahabat kita sendiri" zico menatap ke arah pohon disamping nya.

Valerin menatap zico, zico benar benar sudah tidak tahan dengan semua ini.

"aku mau hari ini semuanya berakhir" ucap zico tegas.

Valerin terkejut, menatap ke arah zico takut.

"maksudnya kamu mau kita-"

"bukan kita, tapi aku sama bina, aku gamau pura pura pacaran lagi sama dia" valerin bernapas lega setelah mendengar penjelasan zico.

"tapi bina lagi sakit, kasian"

"aku lebih gasuka kalo liat kamu yang sakit"

^^

"co lo dicariin sabrina, dia udah sadar, trus nyariin lo" ucap rendy pada zico yang baru datang bersama valerin.

Zico mengangguk lalu masuk kedalam kamar dengan tetap menggenggam tangan valerin agar ikut bersamanya.

"zicoo" ucap sabrina senang, ia tersenyum lebar, tapi senyum nya hilang setelah melihat zico menggenggam valerin.

"tante, kenalin ini valerin, pacar zico" valerin melotot lalu menyenggol zico.

"zico, bukannya kita sudah-"

"cukup tante, saya udah gamau pura pura pacaran sama bina, saya punya orang yang hatinya harus saya jaga" potong zico cepat.

"jadi selama ini, kamu cuma pura pura sayang sama aku co? Karena kamu kasian sama aku, karena umur aku udah galama lagi? " ucap sabrina sambil mengusap air matanya yang menetes.

"iya, maafin gue"

"kamu jahat co" sabrina menutup mukanya, valerin tau sabrina sangat terpukul dengan kenyataan ini.

"saya permisi" zico kembali menarik valerin untuk ikut bersama nya keluar dari ruangan itu.

^^

Udah siap menuju ending dan baca squel nya?😊

Mifta Sachfira

My Bad Boyfriend & My Possesive Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang