Setelah kejadian ditaman, valerin benar benar tidak ingin bertemu zico sama sekali, saat zico ke kelasnya valerin selalu menghindarinya, bahkan saat pulang sekolah, valerin menunggu valeron di depan gerbang, tidak ikut ke parkiran karena akan bertemu zico.
Valeron merasa ada yang aneh dengan kakaknya, sejak pulang sekolah valerin selalu diam, bahkan tidak berpegangan ke pundak valeron, biasanya valerin selalu melingkarkan tangannyq keperut valeron tapi kali ini hanya kepundaknya saja tidak.
"kak, lo kenapa?" tanya valeron sambil melihat bayangan valerin di spion motornya.
Valerin hanya menggelengkan kepalanya pelan, valeron yang melihatnya semakin penasaran, ada apa dengan kakanya itu.
^^
"lo ada masalah?" tanya valeron lagi setelah mereka sampai dirumah.
"gaada"
Valerin langsung beranjak masuk ke dalam kamarnya.
"kenapa sih?" gumam valeron.
"ron, kenapa itu kakak kamu?" tanya vallen yang datang dari arah dapur.
"ga tau tuh, dari pulang sekolah diem aja"
"kamu kali, ada salah apa?"
"pas berangkat sama disekolah mah masih normal, pas pulang langsung diem gitu" jelas valeron.
"coba kamu tanyain nanti malem, sekarang biarin dia tenangin diri dulu" vallen menepuk pundak valeron pelan.
Valeron mengangguk.
tringg...
Sebuah pesan masuk terdengar dari ponsel valeron, dan langsung membuka pesan itu.
dari Zico.
|dia udh mnjalankan misiny
Valeron mengernyit. "jadi karna ini"
Valeron langsung menyusul valerin ke dalam kamarnya.
"kak, gue mau ngomong sesuatu sama lo" ucap valeron.
"gue udah tau semuanya"
"lo salah paham kak, bukan zico pelakunya"
"gue kecewa sama lo, kenapa lo nutupin semua ini? zico yang bu-"
Valerin menggantung ucapannya karena tidak kuat lagi menahan tangisnya yang saat ini sudah pecah.
"kak, itu ga bener"
"tapi surat ini" valerin menunjukan surat yang ia dapat pada valeron.
"ini cuma trik biar lo sama zico putus" valeron mengusap air mata valerin.
"maksudnya?"
"gue jelasin ya, sebenernya.... "
Valeron menceritakan semua pada valerin, hampir semuanya tentang fitnah itu dan tentang kasus kematian rino yang masih belum mereka tau pasti sampai sekarang.
"tapi kenapa harus zico?" tanya valein setelah dia mengerti dengan penjelasan valeron.
"zico yang paling disegani, jadi dia pengen bikin hubungan lo sama zico hancur, zico bisa frustasi dan mereka akan lebih mudah buat ngelawan Anthrax" jelas valeron.
Valerin terdiam.
"lo sekarang ngerti kan?"
"kenapa lo gapernah bilang kalo lo sama zico dulu satu geng?" tanya valerin.
"gue gamau lo tau soal ini dulu, karena lo bakal larang gue ikut gituan"
"sekarang lo masih di Anthrax?"
Valeron menggeleng.
"tapi kenapa sampe sekarang lo masih benci zico? bukannya lo juga percaya kalo zico bukan pelakunya?"
"gue belum yakin, kalo belum ada bukti yang jelas"
Valeron memeluk valerin, perasaan bersalah karena sudah membuat kakanya itu menangis muncul di benaknya.
"maafin gue bikin lo kecewa karena ga jujur"
"lo jahat!" valerin memukul dada bidang valeron.
"gue jahat juga karna lo, gue gamau bikin lo sedih"
"bohong!"
"ngapain juga bohong" valeron mencubit hidung valerin.
"zico marah ga ya sama gue?" lirih valerin.
"emang kenapa?"
"tadi gue bentak bentak dia disekolah"
Valeron tertawa.
"ih ko ketawa si"
"kebiasaan sih, belum tau pasti udah marah marah aja kaya nenek lampir" ucap valeron disela sela tawanya.
"heh! enak aja nenek lampir" valerin memukul valeron sampai membuatnya meringis.
"sakitt"
"yon gimanaa" valerin memasang muka sedihnya di depan valeron.
"gimana apanya si?"
"zico, marah ga ya sama gue"
"marah"
Valeron mendapat pukulan dilengannya sekali lagi.
"gabakal marah" ucap valeron sambil merapihkan rambut valerin.
"tau darimana?"
"gue barusan"
"nyebelin!"
^^
Hola!
Kalian mau aku up 1 atau 2 ni? wkwk
Oiya, abis baca jangan lupa tinggalkan jejak vote yaw! 🌟❤
Next?
Mifta Sachfira
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boyfriend & My Possesive Brother
Romance[COMPLETED] Sutan Diego Zico Muhamad Valeron Dasha Valerin Dasha Valerin wanita yang sangat beruntung karena memiliki 2 laki laki yang benar benar sayang padanya yaitu adiknya Muhamad Valeron dan kekasihnya Sutan Diego Zico. Tapi Valerin selalu...