Cemas, khawatir, dan takut perasaan itulah yang saat ini menghiasi salah satu lorong rumah sakit itu, tepat di depan pintu yang bertuliskan UGD semua orang berdiri, terdiam menunggu suatu kabar dari seseorang yang berada didalam ruangan tersebut.
ceklek....
Pintu UGD terbuka, menampilkan seseorang dengan jas putih dan masker hijau.
"gimana keadaan kaka saya dok?" tanya valeron.
"keadaannya tidak stabil, terlalu banyak darah yang keluar, sehingga dibutuhkan tindakan tranfusi darah cepat saat ini" jelas dokter itu.
"lakukan yang terbaik buat dia dok" ucap nadeo yang berdiri di samping valeron.
"saya akan usahakan sebaik mungkin, adakah orang tua pasien disini?" tanya dokter itu sambil melihat kearah sekitar.
"orang tua nya sedang menuju kesini dok" jawab nadeo.
"baik, kalau sudah datang segera temui saya diruangan, saya permisi" ucap dokter itu lalu beranjak masuk keruangannya.
Selang beberapa detik orang tua valerin datang dengan tergesa gesa, vallen sudah menangis sejak pertama mendapat kabar dari nadeo.
"gimana keadaan verin nad?" tanya vallen sambil sedikit sesenggukan.
"verin masih ditanganin sama dokter, om bisa keruangan dokternya sekarang untuk meminta persetujuan tranfusi darah" jelas nadeo.
Fakhri langsung beranjak menuju keruangan dimana dokter itu berada, sedangkan vallen duduk diruang tunggu bersama valeron dan yang lainnya.
Zico berjalan mendekati vallen, dan berjongkok didepan vallen.
"saya minta maaf tante, gara gara saya verin jadi celaka" ucap zico dengan penuh ketulusan.
"kamu ga salah, tante tau kamu juga udah berusaha jaga verin dari orang jahat itu, co" vallen menepuk pundak zico pelan.
"saya gagal jaga verin" zico menunduk.
"kamu udah jaga verin dengan baik, sekarang bukan waktunya buat menyesali semua yang sudah terjadi, mending kamu doain verin semoga dia cepat sembuh" jelas vallen.
"iya tante" zico berdiri dan kembali ke tempatnya semula.
"co, tangan lo gamau diobatin?" tanya rendy sambil memegang sikut zico yang terluka.
Zico mengingat kejadian saat dirinya dan valerin terjatuh dari motor, dan yang paling dia ingat adalah ketika ia melihat kekasihnya tak berdaya dan berlumuran darah, amarah zico memuncak saat mengingat kejadian itu, matanya mulai memanas, tangannya terkepal, zico berusaha menahan emosinya agar tidak meluap ditempat ini.
"ini ga seberapa, sama yang verin rasain" zico hanya menatap luka ditangannya sekilas.
"dari pada infeksi, mending diobatin" ceplos beckham.
"gue obatin ini, setelah gue berhasil habisin Ranx" zico bangkit dan langsung meninggalkan area rumah sakit.
"co, lo jangan gila!" teriak brylian mengejar zico.
"lo mending diem!" sentak zico yang masih tetap berjalan cepat.
"lo gabisa kaya gini, verin butuh support lo sekarang!" brylian berdiri didepan zico.
Zico tidak menggubris perkataan brylian, dan terus melanjutkan tekadnya untuk pergi ke markas ranx.
Brylian mengacak rambutnya kasar, mengeluarkan ponsel dari saku nya dan menelpon seseorang."lo, dewa, sama etam ikut gue sekarang"
Brylian langsung mematikan sambungannya tanpa menunggu jawaban dari sebrang lalu segera mengikuti zico, sebelum zico mulai jauh.
^^
Di tempat ini sekarang zico berada, tempat dimana ia bisa membalaskan rasa sakit kekasihnya sekarang, tempat dimana musuh musuh nya berada.
Zico turun dari motor nya dan langsung berjalan ke arah markas itu dengan emosi yang meluap luap, dia bertekad untuk segera mencederakan orang yang sudah membuat kekasihnya berda dirumah sakit sekarang.
Zico mencoba membuka pintu markas tersebut, tapi pintunya terkunci, seperti tidak ada orang di dalam sana, zico menggebrak pintu itu dengan sekali tendangan.
"dimana lo anjing!"
Zico menyusuri setiap ruangan markas itu, tapi nihil, zico tidak menemukan apapun dan siapapun disana.
"aargghh?!"
Zico melempar semua barang yang ada disana, menendang kursi dan meja, membanting semua benda yang ada disana, sampai semuanya hancur berantakan, zico benar benar meluapkan emosinya di tempat ini.
"percuma lo kesini, mereka pasti sembunyi" ucap brylian yang sedari tadi berdiri di ambang pintu.
"pengecut!"
Zico membanting vas bunga ke arah lantai dengan keras, sampai serpihannya mengenai kakinya sendiri.
"bry, aman?" tanya rendy yang baru datang bersama dewa dan beckham.
"kemana mereka?" tanya dewa.
"mereka ga mungkin disini, karena mereka tau zico bakal marah besar dan kesini" ucap brylian dengan tatapan yang masih menatap zico.
Zico terduduk disalah satu sofa yang ada disana, mengacak rambutnya kasar.
"bry" panggil rendy pelan.
Brylian yang mengerti maksud rendy, langsung menghampiri zico dan ikut duduk disampingnya.
"lo tenang dulu co, jangan kalap kaya gini" brylian menepuk pundak zico, mencoba menenangkan sahabatnya itu.
"gue gabisa liat verin kaya sekarang bry, gue ngerasa gagal jaga dia" ucap zico.
"ini bukan kesalahan lo, kalo verin tau lo kaya gini, dia bakal sedih banget co" tutur brylian.
Zico terdiam mencoba mencerna ucapan brylian tadi, benar kata brylian, verin selalu sedih jika melihat zico seperti ini.
"co, verin udah sadar, dia nyariin lo" ucap rendy setelah mendapat telpon dari nadeo.
Zico segera beranjak pergi kerumah sakit untuk menemui kekasih nya itu.
^^
Selamat tuh mereka pada sembunyi, kalo ga ma udah abis diterkam sama zico wkwk
Next?
Mifta Sachfira
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boyfriend & My Possesive Brother
Romance[COMPLETED] Sutan Diego Zico Muhamad Valeron Dasha Valerin Dasha Valerin wanita yang sangat beruntung karena memiliki 2 laki laki yang benar benar sayang padanya yaitu adiknya Muhamad Valeron dan kekasihnya Sutan Diego Zico. Tapi Valerin selalu...