05 || Penjelasan

54.6K 4.9K 117
                                    

SELAMAT MEMBACA!

"Gue malu."

Arka yang melihat itu pun manahan tawanya. Neira sangat lucu dan menggemaskan jika sedang malu seperti saat ini. Ingin rasanya Arka mengarungi gadis itu hanya untuk dirinya seorang.

"Udah. Kita beli pembalut, ya?" tanya Arka lembut diangguki Neira.

Arka menggenggam tangan Neira lalu menariknya pelan, entah kenapa Neira menjadi diam saja dan menurut. Arka senang melihat Neira seperti ini. Ini, seperti Ira-nya yang dulu. Untunglah Angga sibuk dengan organisasinya sehingga tidak bisa menemui Neira. Arka bersyukur Angga menjadi wakil ketua OSIS yang sangat sibuk.

Setelah membeli pembalut di minimarket terdekat, Arka mengajak Neira kerumahnya. Dan di sinilah Neira sekarang, di rumah mantannya.

"Assalamualaikum Ayah, Bunda. Lihat Arka bawa siapa!" teriak Arka.

Mendengar itu Neira refleks memukul lengan Arka. "Malu, tau!"

"Waalaikumsalam. Siapa, sih, kok—Neira?!" pekik Riana lalu berlari kecil ke arah Neira. "Ini beneran Neira?" tanyanya masih tak percaya.

"Iya, hehe."

"Ya ampun. Udah lama kita nggak ketemu, ya," ucap Riana.

"Iya, Tante," jawab Neira kaku.

"Huss! Kok Tante, sih. Gitu, ya, sekarang sama Bunda? Panggil Bunda aja dong, Nei. Kayak dulu," pinta Riana, Neira hanya tersenyum canggung.

"Hehe. Iya Bunda," ucap Neira akhirnya.

"Udah, Bun. Bunda punya baju nggak buat Ira? Kasian dia lagi istimewa sekarang," ucap Arka membuat Neira mendelik tajam ke arahnya.

Riana hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya. Melihat jaket Arka yang melekat di pinggul Neira, Riana sudah paham.

"Ayo masuk dulu. Biar Bunda cari baju Bunda waktu masih muda," kekeh Riana menuntun Neira untuk masuk.

Riana dan Neira masuk ke kamar. Riana, ibu Arka itu memberikan baju untuk Neira kenakan. Setelah berganti baju, barulah Neira turun dan bergabung dengan keluarga Arka. Jujur saja Neira masih merasa canggung juga sedikit takut.

"Neira masih cantik, ya," puji Putra. Neira hanya tersenyum simpul.

"Bunda ambil camilan dulu ya di dapur," ucap Riana lalu berlalu.

Kini tinggal Putra dan Neira saja di ruang tengah, karena Arka sedang mandi. Suasana menjadi semakin canggung sekarang. Demi apa pun, Neira ingin pulang. Dirinya malu bertemu dengan keluarga Arka.

"Kamu sekarang kelas berapa, Nei?" tanya Putra basa-basi.

"Kelas sebelas, Yah," jawab Neira sopan.

Putra hanya mengangguk paham. Tak lama Arka turun dengan pakaian santainya. Hanya kaos hitam polos dan celana selutut, tapi meski begitu Neira akui bahwa Arka memang tampan.

Jantung sialan! umpat Neira dalam hati. Jantungnya jadi bergerak lebih cepat saat Arka turun dan tersenyum hangat padanya.

"Loh, Neira-nya nggak dianter pulang?" tanya Riana.

"Nanti aja, Bun. Arka udah ijin ke kakaknya, kok. Nanti disampein ke om Fernan. Arka mau pinjem Ira sebentar," jawab Arka ikut duduk di samping Neira. Mendengar itu, Riana terkekeh geli.

"Neira emang ngga keberatan?" Kini Putra yang bertanya.

"Huh?" Neira mengerjap pelan, lalu menggelengkan kepalanya. "Enggk, kok," jawabnya kikuk.

Eh, mantan! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang