37 || Kilasan bayangan

18.3K 1.5K 63
                                    

Selamat membaca!

Hari sudah berlalu dengan cepat. Sejak kejadian di bandara waktu itu, semua tidak ada yang berbicara mengenai Arka atau yang membuat kepala Neira menjadi sakit lagi.

Saat Neira kehilangan kesadaran kala itu, dia di bawa ke rumah sakit. Kata dokter, jangan terlalu memaksa Neira untuk mengingat semuanya.

"Mestinya, anda dan keluarga tidak terlalu memaksa pasien untuk mengingat semua, karena itu dapat membahayakan pasien sendiri."

"Biar dia mengingat sendiri, mungkin dengan mengucapkan kata-kata atau melakukan tindakan yang pasien alami sebelum hilang ingatan, itu dapat membantu pasien agar cepat pulih."

Itulah kata-kata yang dokter ucapkan saat Neira dibawa ke rumah sakit.

Kini semua orang tidak akan lagi memaksa Neira mengingatnya, biarlah takdir yang mengatur semua. Neira pun baik-baik saja, dia kembali bisa beraktivitas dengan biasanya walaupun kadang gadis itu merasa aneh.

Seperti sekarang, dia sudah siap dengan seragam sekolah dan tas-nya. Neira turun ke meja makan untuk sarapan bersama.

Ya, secepat itu hari berlalu. Kini Neira sudah kembali bersekolah. Dia akan menunggu Clara menjemputnya karena Kevin sudah berangkat kuliah sangat pagi.

"Pagi, Pa!" sapa Neira.

"Pagi. Sarapan dulu, yuk! Biar semangat sekolahnya," ucap Fernan.

Neira mengangguk dan duduk lalu memakan sarapannya. Cukup lama, akhirnya selesai. Klakson mobil dari luar pun berbunyi. Segera Neira keluar setelah menyalimi Fernan.

"Bismillah dulu, Neng. Pertama masuk kelas duabelas, nih," sambut Clara. Neira mengangguk lalu membaca bismillah.

Mobil pun melaju. Saat liburan, Clara dan Zio sering datang ke rumahnya dan sering juga mengajak Neira jalan-jalan. Maka dari itu tak heran lagi jika mereka kembali akrab.

Sampailah mereka di sekolah dan langsung saja mereka pergi ke kelas.

"Ett, ett, tunggu dulu! Kita lihat pemberitahuan. Iya kalau kita sekelas, kalau nggak?" tanya Clara. Neira mengangguk saja.

Mereka melihat kelas mana yang akan mereka duduki di papan informasi sekolah.

"Yahh, kita nggak sekelas, Nei!" Clara mencebik kesal.

"Nggak apa-apa, Clar. Lo kelas mana?" tanya Neira.

"Tuh, duabelas mipa empat, lo duabelas mipa dua. Eh, lo sekelas sama Aldo," ucap Clara.

"Aldo siapa?"

"Hadehhh, Aldo temen kita. Eh, tunggu! Ada Keysha juga!" pekik Clara. Neira mengernyitkan dahinya bingung.

"Siapa, sih? Udah, yuk, ke kelas masing-masing. Tuh 'kan Zio udah nunggu." Neira mengangkat dagunya ke arah Zio.

"Wuihh, kita sekelas lagi, Yang," celetuk Zio.

"Duhh, gue nggak mikir itu. Tuh lihat, Neira sekelas sama Keysha," ucap Clara.

"Ahh ... nggak apa-apa, ada Aldo yang jaga dia. Ayo kita ke Aldo!" ajak Zio.

Eh, mantan! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang