Kini bel pulang sekolah sudah berbunyi. Arka bergegas untuk pergi ke kelas Neira, tapi sebelum itu Angga menahannya membuat laki-laki itu mendengkus kesal.
"Ke mana?" tanya Angga datar.
"Jemput pacar," balas Arka menekan kata 'pacar' pada Angga.
"Emang Neira mau? Kalau pun dia mau pasti itu terpaksa," ucap Angga membuat Arka kesal.
"Terserah." Arka melangkahkan kakinya.
Angga yang melihat tingkah Arka pun kesal, dia ingin mencegah Arka, tapi seseorang memanggil dan menyuruhnya untuk ke ruang OSIS. Wakil ketua OSIS memang sibuk.
Arka berjalan menuju kelas Neira. Di sana hanya ada Neira, Clara dan Zio. Masih seperti biasanya, mereka memang suka pulang paling akhir. Entah apa yang mereka lakukan, Arka sendiri juga tidak mengerti.
"Udah?"
Neira, Clara dan Zio menoleh ke sumber suara.
"Ayo pulang," ajak Arka.
"Ngajak siapa lo? Gue?" tanya Zio.
"Ira," jawab Arka singkat.
"Kalian pacaran?" tanya Clara.
"Iya!"
"Enggak!"
Jawab Arka dan Neira kompak, tapi tidak sama. Sayang sekali. Sepertinya, Neira masih enggan untuk menerima Arka kembali.
"Lah, yang bener yang mana?" tanya Clara bingung.
"Pulang sono, ajak temen lo," suruh Arka pada Clara.
"Kebiasaan lo, ya! Untung sepupu lo!" ucap Clara kesal.
"Ayo, Ra!" ajak Arka lagi.
"Gue bareng bang Kevin," jawab Neira.
"Bang Kevin 'kan rapat?"
"Ya, gue tungguin."
"Pulang bareng gue." Arka menarik tangan Neira. Laki-laki ini benar-benar pemaksa sekali.
"Nggak mau!"
"Nggak usah keras kepala bisa?" tanya Arka menatap Neira tajam.
"Lo yang keras kepala!"
"Woy, udah stop! Pulang bareng gue aja, Nei," ucap Zio. Clara menjitak kepalanya dan Arka menatap Zio tajam.
"Pulang bareng, ya?" tanya Arka lembut sambil memegang tangan Neira lagi.
Entah kenapa Neira mengangguk saja. Arka tersenyum dan menarik tangan Neira lembut sampai ke parkiran sekolah.
"Ayo naik," suruhnya. Neira menurut, tapi gadis itu masih tetap diam.
"Pakai." Tiba-tiba Arka membuka jaketnya dan menyerahkannya pada Neira.
"Buat apa?" tanya Neira bingung.
"Nutupin paha lo. Gue nggak mau paha lo jadi tontonan gratis pas di jalan."
Blush!
Pipi Neira menghangat. Papa! Kok, Nei baper? batinnya.
Neira menerima jaket Arka dan menutupi pahanya, lalu Arka pun melajukan motornya. Cukup lama mereka diam hingga Arka membelokkan motornya ke arah kiri jalan.
"Lah, ini bukan jalan rumah gue!" Neira memukul bahu Arka secara refleks.
"Kita kerumah gue, ya?" Itu bukan pertanyaan, melainkan permohonan.
"Nggak mau, gue nggak ijin tadi," balas Neira.
"Udah gue ijinin, kok, ke kakak lo. Katanya boleh," ucap Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eh, mantan!
Teen Fiction[𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃] FOLLOW DULU, YUK! THANK'S🌻 -cover by @grapicvii- BLURB: "Mulai sekarang kita balikan dan nggak ada penolakan!" -Arka Abyan Abrisam. Kembalinya Arka, membuat Neira menjadi mengingat luka lama. Luka lama yang belum kering, kini...