11 || Ragu

36.2K 3.1K 30
                                    

*kayak biasa, revisiannya ngebut. Jadi minta tolong tandai kalo ada typo, ya ekek.

HAPPY READING!!❤️

Bel istirahat akan terdengar sepuluh menit lagi, semua kelas sedang tidak ada guru karena semua guru sedang rapat dengan kepala sekolah di aula rapat.

"Ra." Neira menoleh ke arah pintu kelasnya, di sana ada Arka dengan raut wajah masam. Mau tak mau, dia harus menghampiri laki-laki itu.

"Apa?" tanya Neira kesal, Arka tahu Neira sedang marah.

"Ikut gue, bentar." Arka menarik tangan Neira pelan menuju rooftop.

Neira tidak menolak, hanya saja dia bingung. Sejujurnya dia khawatir pada Arka, tapi entahlah, Neira juga kesal dengan laki-laki yang sekarang menarik tangannya ini. Suka terpancing emosi dan pemaksa.

"Ngapain?" tanya Neira.

"Duduk dulu," suruh Arka. Neira pun duduk di sebuah kursi yang sudah lumayan usang.

"Gue di skors," ucap Arka akhirnya. Neira menoleh kaget.

"Sekarang apa? Ini yang lo dapetin kalau lo gampang banget kepancing emosi."

"Gue kesel sama dia, Ra. Bisa-bisanya dia bilang gue cowok pemaksa!" kesal Arka tak terima.

"Lo emang cowok pemaksa," balas Neira cepat.

"Lo juga?" Arka menatap Neira tak percaya.

"Lo emang pemaksa, Ar." Neira menjeda ucapannya. "Kenapa bilang kalau kita balikan jadi gampang banget buat lo?" tanyanya menatap lurus ke depan.

"Gue cuma bilang apa yang gue mau, dan sekarang gue mau lo, lagi," balas Arka.

Dan selamanya, batin Arka.

"Ar-"

"Ra, izinin gue buat nebus kesalahan gue. Kasih gue kesempatan kedua," pinta Arka menatap serius ke arah Neira.

Neira terdiam, menatap Arka yang juga menatapnya dengan pandangan dalam. Siapa yang tidak terenyuh dengan tatapan itu?

"Apa gue salah kalau gue ragu?"

"Nggak salah. Gue tau lo butuh waktu dan gue bakal nunggu waktu itu."

Neira mengangguk lalu membuang wajahnya ke sembarang arah, tak mau lagi menatap Arka. Hatinya sangat lemah sekali jika ditatap seperti tadi.

"Kapan lo mulai di skors?" tanya Neira mengalihkan pembicaraan.

"Senin."

"Berapa hari?"

"Dua."

"Masih mau ngulangin kejadian tadi lagi?" tanya Neira malas.

"Kalau dia kayak gitu lagi, ya, kenapa enggak?"

"Ar!" teriak Neira kesal, Arka ini keras kepala sekali.

"Iya enggak lagi."

Arka menghela napas pelan lalu menatap Neira yang kesal karena ulahnya. Laki-laki itu tersenyum samar, itu artinya Neira khawatir, kan? Ah, dirinya senang sekali.

"Sekarang lo balik aja. Nanti pulangnya gue jemput," ucap Arka.

Tidak ada pilihan lain. Neira menurut saja dan pergi dari rooftop, meninggalkan Arka yang masih duduk di kursi usang tadi sambil melihat punggung gadisnya mulai menjauh.

"NEIRA!"

Neira memutar bola matanya malas, siapa lagi yang memanggil namanya dengan nada tinggi nan berisik itu selain Zio? Gadis itu memutar badannya, menghadap Zio yang berlari kecil ke arahnya.

Eh, mantan! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang