18 || Telat

20.1K 2.1K 118
                                    

HAPPY READING!🍁
*jangan emosi~
.....

Pagi telah tiba, Neira sudah selesai mandi dan sudah rapi berseragam. Kini tujuannya adalah meja makan, ia akan sarapan bersama Fernan dan Kevin. Ini sudah kebiasaannya.

"Morning all," sapa Neira memilih duduk di samping Kevin.

"Cih, sok inggris lo!" cibir Kevin.

"Ih 'kan Nei cuma nyapa, lihat tuh, Pa. Abang mah nyebelin," adu Neira.

"Haduh sudah-sudah. Ayo sarapan dulu, nanti telat ke sekolahnya!" ucap Fernan.

Mereka pun sarapan dengan khidmat, tidak ada yang berbicara lagi. Kini jam sudah menunjukkan pukul 06:20 sedangkan jam masuk sekolah pukul 07.00. Neira memutuskan untuk menunggu Arka di luar.

"Bareng Arka, Dek?" tanya Kevin. Neira mengangguk.

"Tumben belum dateng tuh bocah."

"Mungkin bentar lagi."

"Ya udah deh. Abang berangkat, ya," pamit Kevin diangguki Neira.

Kevin pun berangkat sekolah setelah menyalimi tangan Fernan. Neira masih setia di teras rumahnya, menunggu Arka yang tak kunjung datang. Sudah lima belas menit Neira menunggu, tapi Arka tidak juga sampai. Neira juga sudah menelpon Arka, tapi tidak tersambung. Kini jam menunjukkan pukul 06:35.

"Kamu udah bilang 'kan ke Arka kalau mau ke sekolah bareng?" tanya Fernan.

"Arka yang bilang kalau dia yang bakal jemput Nei," jawab Neira.

Fernan membuang napas pelan. "Bareng Papa aja, yuk."

"Nggak usah, Pa. Nanti kalau Arka jemput gimana?"

"Nei, dari sini ke sekolah kamu itu kurang lebih lima belas menit, lihat jam berapa sekarang. Kamu bisa telat," ucap Fernan.

"Papa juga. Dari sini ke kantor papa itu kurang lebih dua puluh menit, lihat jam berapa sekarang. Papa bisa telat," balas Neira meniru gaya bicara Fernan.

"Udah jangan bercanda. Ayo bareng aja." Neira membuang napas pasrah.

"Ya udah iya," kata Neira akhirnya.

Neira akhirnya ke sekolah dengan diantar Fernan. Neira senang karena memang ia sudah jarang diantar Papanya sebab laki-laki paruh baya itu terlalu sibuk. Jadi tidak apa jika sesekali Fernan mengantarnya.

"Yah, Nei. Kok gerbangnya mau di tutup itu!" pekik Fernan saat tiba di sekolah.

"Lah Pa. Pa, itu gerbangnya kok—" Neira jadi kalang kabut sendiri.

"Ya udah, pulang aja, ya? Udah di tutup gerbangnya itu. Nanti kamu dihukum lagi," ucap Fernan.

"Ya nggak bisa gitu, Pa. Nei ada ulangan fisika sekarang."

"Tapi ini udah telat."

"Nggak apa-apa, Pa. Ketua OSIS-nya masih bang Kevin. Aman, kok," ucap Neira mencoba tenang.

"Ya udah. Maaf papa bawa mobilnya pelan."

"Ini bukan salah papa."

Ini salah Arka, lanjutnya membatin.

"Ya udah. Belajar yang bener, ya. Kalau abang kamu nakal, bilang papa aja," kata Fernan.

Neira mengangguk cepat dan menyalimi tangan Fernan. Setelah itu dia keluar dari mobil lalu menuju gerbang yang sudah di tutup oleh pak satpam.

"Pak satpam, tolong bukain gerbangnya, dong!" ucap Neira memelas.

"Neng, saya nggak bi—"

"Nggak bisa karena ini sudah aturannya?" potong Neira.

Eh, mantan! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang