lonely🐹💜🦊

161 8 2
                                    

Sowon menghela napasnya oke ini sudah cukup. Dia tidak boleh menangis lagi. Ini sudah keterlaluan. Jika dia terus seperti ini siapa yang akan melanjutkan tokonya. Dan menggaji karyawannya.

"Unnie, boleh aku masuk?" Ijin eunha yang berada di luar. Sowon memperbaiki penampilannya.

"Ya, eunha silahkan" ucap Sowon setelah merasa sudah rapi.

"Unnie, aku membawakan teh untukmu semoga kau menyukainya" ucap eunha lalu meletakkan tehnya di atas meja.

"Ah eunha, apa para karyawan sudah mendapatkan gaji mereka?" Tanya Sowon dengan suara agak serak.

"Sudah unnie" ucap eunha. Sowon hanya diam dan menatap kosong ke depan. Eunha menarik napasnya.

"Apa unnie butuh teman curhat?" Tanya eunha Sowon mendongak dan tersenyum.

"Memangnya kau mau jadi tempat curhat ku?" Ucap Sowon balik bertanya.

"Tentu, meski aku agak ceroboh tapi aku bisa mendengarkan ceritamu dengan baik" ucap eunha sambil tersenyum Sowon terkekeh.

"Kalau begitu lebih baik kau membuat teh lagi dan ambil beberapa camilan. Karena ini pasti membutuhkan waktu yang lama" ucap Sowon. Eunha mengangguk dan keluar dari sana.

Sowon menggeleng dia menatap handphonenya yang bergetar dan menampilkan nama yang tak ingin dia lihat. Sowon bangkit dari tempat duduknya dan mendekati jendela untuk menatap jalanan.

"Dari beribu orang yang ada di dunia, kenapa harus dia yang menyakitiku?" Gumam Sowon lalu tanpa sadar air matanya kembali keluar.

"Unnie, aku sudah membuat teh dan membawa camilan. Kau sudah bisa curhat sekarang" ucap eunha yang baru saja datang. Eunha mendekati Sowon yang masih terdiam menatap jalanan.

"Unnie, kau menangis?" Tanya eunha lalu membalikkan badan Sowon perlahan.

"Omo bagaimana ini aku harus bagaimana. Aku terlambat unnie tidak boleh menangis" panik eunha lalu segera mengambil tisu dan menghapus air mata Sowon.

"Unnie tidak boleh menangis sendirian, karena itu berbahaya dan menambah kesakitan berkali lipat unnie" lanjut eunha sambil memeluk sowon.

" Eun, siapa orang yang kau percaya di dunia ini?" Tanya Sowon tiba tiba.

"Keluargaku tentu saja, unnie juga seperti itu kan?" Ucap eunha sambil tersenyum.

"Ayo duduk aku pegal" ajak Sowon eunha mengikuti Sowon dan duduk di hadapannya.

"Jadi??" Tanya eunha sambil tersenyum.

"Jadi, apa kau pernah berpikir kalau saja keluargamu mengkhianatimu?" Tanya sowon lagi eunha menggeleng.

"Apa kau pernah berpikir kalau suatu saat keluargamu akan meninggalkanmu?" Lanjut sowon. Eunha mengambil tisu karena Sowon meneteskan air matanya lagi.

"Tidak, aku yakin mereka tidak akan meninggalakanku kecuali jika mereka meninggal" jawab eunha. Sowon tersenyum.

"Tapi dia meninggalkanku Eun, dia meninggalkanku di tengah keterpurukan ku" ucap Sowon lalu menunduk.

"Unnie, aku hanya bisa menjadi pendengar yang baik dan tak bisa memberi saran" ucap eunha merasa bersalah sambil mengusap rambut Sowon.

"Tak apa Eun, asal kau mendengarkan ceritaku dengan baik itu sudah cukup"ucap Sowon mendongak dan tersenyum.

"Unnie, apa kau mau meminum teh buatanku?" Tanya eunha sambil mengangkat cangkirnya.

"Tenang saja kata Irsyad tehku yang terbaik di dunia" lanjut eunha. Sowon terkekeh dan memiminum tehnya.

our story |Hiatus|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang