15 - Meaningful Smile

4.3K 698 54
                                    

.
.
.

Two Side

by varasunshine

.
.
.

chapter fiveteen

meaningful smile

.
.
.
.
.
.
.

Chenle menatap orang bersetelan rapih yang menerangkan informasi terkait perusahaan dengan malas. Sesekali matanya melirik jam dinding yang terasa bergerak terlalu lambat.

Ia masih punya etika untuk tidak bertindak kurang ajar dengan menguap layaknya orang mengantuk.

Ruangan ini sebenarnya termasuk tempat yang nyaman. Bahkan kursi yang sedang ia duduki terasa begitu empuk. Suhu ruangan tidak panas, ac dinyalakan dengan temperatur tidak terlalu rendah.

Yang membuatnya tidak nyaman adalah orang-orang yang berada di sini dan kegiatan yang sedang ia lakukan.

Ini adalah hari Minggu.

Hari yang seharusnya digunakan untuk bermalas-malasan di rumah. Entah itu sekedar untuk berbaring di atas kasur, bermain ponsel hingga berjam-jam, atau yang lebih menarik adalah mengganggu kencan Renjun.

Biasanya pada hari Minggu, ketika kedua orang tuanya sibuk di luar dengan jamuan makan malam atau pertemuan dengan kolega bisnis maupun kerabat sederajat, ia selalu mengikuti Renjun kemanapun Kakaknya itu pergi.

Ia tidak merasa bersalah meskipun itu menjadi nyamuk ketika Kakaknya sedang bersama Kun.

Namun, sepertinya takdir memang berkehendak lain.

Hari yang seharusnya ia gunakan untuk bersantai atau beristirahat, malah terpakai untuk hal yang tidak penting; pertemuan dengan teman bisnis Ayahnya yang memberikan beberapa informasi penting mengenai perusahaan.

Saat dalam perjalanan saja Chenle sudah kesal. Apalagi setelah sampai dan mengetahui pertemuan ini dihadiri oleh calon penerus perusahaan besar yang lain.

Ah betapa sialnya hari ini.

Chenle sedang malas menjadi dirinya yang selalu memasang senyum ramah dan bersikap baik pada mereka semua.

Belum lagi, di sini juga ada Lai Guanlin yang merupakan pewaris bungsu perusahaan L-Corp.

“Kita sampai pada masalah pengelolaan. Bagaimana? Masih ada yang tidak paham atau ada yang mau ditanyakan?” Interuksi dari orang itu mau tidak mau membuatnya menaruh fokus penuh ke arah depan.

Chenle bahkan tidak tahu apa yang baru saja diterangkan orang itu secara panjang lebar. Pikirannya hanya menampung pertanyaan 'kapan semua ini berakhir' secara berulang dan berputar.

Tidak peduli bila ia kurang mengerti hal-hal seperti ini yang menurut Ayahnya begitu penting. Masa bodoh, ia juga bisa mempelajarinya sendiri kalau ia mau.

Seseorang mengacungkan tangan, “Saya masih tidak paham dalam tahapannya. Bagaimana bila tidak dilakukan secara bertahap? Apakah akan menimbulkan dampak buruk?”

Namanya Choi Soobin. Pewaris tunggal perusahaan Paulir yang telah sukses dan terkenal karena kerja sama yang kuat dengan perusahaan lain.

Rasanya Chenle ingin mendengus melihat betapa ambisius orang lain yang berada di sini. Berbeda jauh dengan dirinya yang merasa malas.

Bila diizinkan, mana mau ia menjadi penerus perusahaan sang Ayah. Lebih baik berusaha sendiri dari awal dengan bidang yang memang ingin ia tekuni daripada membicarakan soal bisnis yang tidak ada sama sekali dalam daftar minatnya.

two side | chensungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang