35 - Friend, You and Beautiful Day

2K 330 45
                                    


cw // kiss.

.
.
.

Two Side

by varadea

.
.
.

chapter thirty five

friend, you and beautiful day

.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah menyelesaikan pelajaran kedua, waktu istirahat akhirnya datang. Jeongin menelungkupkan wajah di atas meja, mendinginkan kepala setelah lama mencari jawaban kuis beberapa menit lalu.

Mendengar suara dari samping, Jeongin menoleh melihat Chenle tengah merapihkan peralatan tulisnya.

Siswa teladan itu tersenyum, "Ayo, sudah istirahat."

Jeongin menggeleng, "Di sini saja. Aku membawa banyak makanan."

Aneh.

Jeongin dan kantin adalah kebiasaan yang tidak pernah terlewat. Lelaki itu selalu bersemangat saat bel istirahat berbunyi. Menarik tangan Chenle untuk ikut memesan menu yang akan disantap di tempat tersedia sembari berceloteh dengan anak-anak lain.

Chenle tentu saja hafal, itu adalah salah satu dari sekian banyaknya hal yang tidak ia sukai selama menjalani hari. Berbeda dengan sekarang, ia tidak lagi mempermasalahkan sikap Jeongin, tetapi bagi anak-anak lain yang ikut bergabung bersama mereka hanya untuk mengajaknya bicara, Chenle tidak mau merubah pandangannya.

Terlalu jelas, mereka itu memang termasuk sebagai kategori sialan.

"Kenapa?"

"Tidak, kita di sini saja." Jeongin tiba-tiba menatap teman sebangkunya dengan sendu. "Kau ... benar-benar sudah merasa lebih baik? Jangan berbohong."

Astaga.

Sekarang, Chenle bingung kenapa kedua netra hitamnya tidak bisa menyadarkan nurani lebih cepat. Bisa-bisanya dahulu ia tidak pernah menyadari akan rasa khawatir yang tulus terpantul melalui iris mata Jeongin.

Sekeras itukah dahulu Chenle menilai kehidupan?

"Jeongin, aku sudah menjawab pertanyaan ini lewat pesan. Aku sungguh baik-baik saja sekarang. Tidak bohong, ini serius."

"Benarkah?"

"Iyaa."

"Kalau begitu apa yang bisa membuatku percaya denganmu?"

"Memangnya aku terlihat seperti itu?" Chenle tersenyum lagi, semakin meyakinkan jawabannya. "Aku sungguh tidak berbohong."

"Jangan memaksakan diri untuk tersenyum jika kau tidak memerlukannya." Jeongin menghela napas sejenak sebelum mengerucutkan bibir. "Meskipun aku belum mengenalmu sepenuhnya, tetapi bukan berarti kau bisa membohongi dirimu sendiri di hadapanku. Ingat, kita adalah teman, bukan? Bersikaplah dengan jujur padaku mulai sekarang."

"Aku lebih merasa dihargai jika kau seperti itu padaku." Jeongin tersenyum.

"Eum, termasuk jika kau merasa kesal denganku, katakan saja umpatanmu. Jangan ditahan." Raut wajah Jeongin berubah sedikit gugup. "Mungkin awal-awal aku masih terkejut, tetapi jangan salah paham! Aku sedang menyesuaikan, bukannya keberatan."

Chenle seketika mengingat kejadian beberapa bulan lalu di ruang kesehatan. Benar juga, ia pernah kelepasan mengumpati Jeongin karena terlalu kesal. Respon anak itu kentara sekali terlihat kaget.

two side | chensungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang