.
.
.Two Side
by varasunshine
.
.
.
.chapter twenty six
relieved
.
.
.
.
.
.
.
.
.Study tour sudah berakhir satu minggu yang lalu. Dan selama satu minggu itu berjalan, Jisung rasanya ingin membenturkan kepalanya ke tembok setiap hari.
Ia tidak bodoh untuk tidak menyadari keadaan. Meskipun Chenle memang tidak mau terlibat banyak interaksi dengannya saat berada di sekolah, tetapi Jisung menyadari siswa teladan itu menghindarinya. Bahkan saat mereka bertemu di arena, Chenle bertingkah seolah tidak mengenalnya sama sekali.
"Lagi pula aku juga tidak punya muka untuk bicara dengannya, sialan." Gumamnya sebelum menatap langit-langit kamar.
Semua ini karena otaknya saat itu tidak bisa berpikir dengan benar. Kenapa pula ia malah memperparah keadaan?
Tetapi ... Chenle itu benar-benar terasa manis.
"Sepertinya aku sudah gila sekarang."
"Baru sadar?" sahut Jeno tiba-tiba.
"Berisik, belajar saja yang benar."
"Ck, lihat tingkahmu. Dasar bocah tidak tahu sopan santun. Di mana rasa hormatmu terhadap orang yang lebih tua?"
"Orang kolot tidak berotak."
"Bangsat, pergi dari rumahku."
"Jangan sekarang, aku butuh berpikir."
"Aku juga sedang berpikir, bodoh. Kau tidak lihat rumus-rumus ini membuatku ingin mati?"
"Silahkan saja, aku akan menyebarkan berita mati konyolmu nanti."
Jeno yang sedang berkutat dengan buku matematika di meja belajarnya kini memutar kursinya menghadap Jisung. Orang tidak tahu diri ini sudah menginap di rumahnya sejak kemarin. Awalnya Jeno merasa tidak keberatan karena lelaki itu bisa dijadikan alasan jika ia ingin kabur dari kegiatan belajar yang ibunya wajibkan sejak minggu lalu.
Tetapi, pada kenyataannya kehadiran Jisung tidak membantu. Orang ini lebih sering membuatnya sakit kepala.
"Kau benar-benar menambah beban hidupku. Matriks-matriks ini sudah membuatku sakit kepala, kau tahu?"
"Matriks bukan pelajaran yang sulit. Otakmu saja yang payah,"
"Kalau begitu kerjakan soal-soal ini untuk membuktikan kebodohanmu."
"Malas."
"Sialan. Bilang saja kau juga tidak mengerti."
Jisung mengerutkan dahi sebelum memilih untuk tidak peduli. Masa bodoh, Jeno memang tidak mengetahui apapun tentangnya saat di sekolah. Jika Jisung mengatakan dirinya pernah meraih peringkat tiga dalam olimpiade matematika, mungkin Jeno akan tertawa mendengarnya.
Jeno menutup buku matematikanya untuk mengakhiri kegiatan belajar yang tidak membuahkan hasil apapun. Bahkan rumus yang sedari tadi ia hafal kini sudah menghilang entah ke mana.
"Hei, ayo kabur. Aku sudah muak melihat rumus."
"Bodoh, kau baru belajar selama sepuluh menit tetapi sekarang sudah mau berhenti?"
![](https://img.wattpad.com/cover/208606318-288-k654462.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
two side | chensung
Fiksi Penggemarchenle and jisung. different person but have a same situation. warn-! slow groove, some sensitive and triggering content as background and plot such as: bullying, toxic parents, violence, suicide thought and attempting to do it. ────────────────────...