Kini Keysa berada di perpustakaan untuk meredakan amarahnya yang masih tersisa. Bahkan, nama nya dan Gauri yang sedari tadi di sebut melalui loudspeaker sekolah, tidak ia hiraukan.
Sudah ada sekitar sepuluh panggilan tak terjawab dari Tirta yang sengaja Keysa abaikan. Pasti hanya membahas masalah di kantin, pikir Keysa. Dia tidak ingin melampiaskan amarahnya kepada orang lain. Biarlah dirinya sendirian untuk sekarang.
Perpustakaan saat ini sepi, karena waktu jam pembelajaran setelah istirahat sudah di mulai. Merasa bosan, Keysa akhirnya mulai menjelajahi rak khusus novel. Berharap mood nya akan segera membaik setelah membawa novel nanti.
Kebetulan sekali ada satu novel yang menarik perhatiannya, dan itu terletak paling atas bagian pinggir. Keysa yang notabek nya tinggi itu masih kesusahan menggapai novel yang dia inginkan. Pada akhirnya Keysa berjinjit dan terus menggesernya kesamping—berharap novel itu terjatuh. Perlahan-lahan tapi pasti akhirnya novel itu berhasil jatuh. Tapi bukan jatuh ke lantai, melainkan jatuh di atas kepala seseorang yang kehadirannya saja baru Keysa sadari.
Siswa itu terbangun dari mimpi indahnya, ia langsung memperbaiki posisinya menjadi duduk dan meringis kesakitan sembari mengelus-elus kepalanya yang tertimpa novel.
"Sorry, nggak sengaja. Lo nggak papa kan?" tanya Keysa berjongkok untuk menyamaratakan tinggi mereka.
Melihat cowok itu tidak bereaksi apapun selain melihat dirinya. Keysa mengambil novel yang sudah tergeletak di lantai dan segera meninggalkan cowok itu yang masih saja tidak bergeming.
Tersadar, cowok itu ikut bangkit dari duduknya dan mengikuti Keysa dari belakang sampai Keysa duduk di salah satu bangku yang ada di dalam perpustakaan. Lelaki itu kemudian menarik kursi yang ada di hadapan Keysa. Dan tanpa Keysa sadari, orang yang ada di hadapannya adalah orang yang menabrak nya ketika di kantin.
"Ngapain? Gue nggak mau di ganggu, dan masih banyak kursi kosong. Jadi tolong pindah sekarang juga," Keysa menatap tak ramah kepada lelaki dihadapannya. Tapi nampaknya si lelaki tidak menghiraukan ucapannya.
"Kalau lo nggak suka, kenapa bukan lo aja yang pindah?" ucap lelaki itu acuh tak acuh sembari membaringkan kepalanya di atas meja dengan ke dua tangannya yang menjadi tumpuan.
Kesal? sudah jelas!
Niatnya Keysa ke perpustakaan untuk meredakan amarah, tetapi bukannya berkurang malah bertambah karena makhluk tidak jelas yang ada di depannya saat ini.
Tempat yang keduanya duduki berada di dekat jendela, dan itu sangat pas menurut Keysa untuk membaca. Karena tidak mau pindah, akhirnya mereka tetap berada di satu meja yang saja, dengan kegiatan yang berbeda.
Keysa menghela nafasnya dan mulai membuka lembar demi lembaran novel yang ada di tangannya. Tanpa ia sadari, lelaki itu tersenyum dalam tidurnya.
Sudah dua jam keduanya berdiam diri dengan kesibukan masing-masing. Tiba-tiba Keysa bangkit dari duduknya.
"Mau kemana?" suara itu berasal dari lelaki yang masih setia dalam posisi tidurnya.
Lah, bukannya nih orang tidur? gue nggak salah dengerkan? atau dia ngingau kali? Batin Keysa tidak mempedulikan pertanyaan lelaki itu.
"Kalau ditanya tuh dijawab, bukan malah pergi," Keysa yang sudah melangkah beberapa langkah itu, langsung berbalik dan melihat lelaki itu yang sudah membenarkan posisinya menjadi duduk dan menatap dirinya dengan lekat.
"Bukannya dari tadi lo tidur ya? Kok bisa tau kalau gue udah nggak disitu?" bukannya menjawab, Keysa malah balik bertanya.
"Mau kemana?" lelaki itu tetap pada pertanyaannya dan mengabaikan pertanyaan Keysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA
Teen FictionSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Mereka akan menjadi tokoh utama di dalam cerita hidupnya. Begitupun dengan Keysa, seorang remaja yang ketika kecil di paksa menjadi dewasa. Banyak yang iri dengan hidupnya sekarang, tetapi tidak banyak yang...