"Elo?!"
"Hai, kita ketemu lagi."
Keysa mendengus kesal saat melihat cowok yang ada di hadapannya. Cowok itu sudah mengganggu dirinya di New York saat itu, kenapa cowok itu bisa ada di mansion nya? Keysa ingin bertanya kepada Queen, tetapi entah kemana gadis itu pergi, meninggalkannya berdua di taman depan. Kenapa juga Queen membiarkan orang asing masuk ke dalam mansion? Kalau dia berbuat sesuatu yang nggak-nggak kan bisa bahaya.
"Ngapain lo kesini?!" tanya Keysa judes.
"Sans aja kali, judes amat ama gue."
"Ya, lagian lo rese sih."
"Gue rese gimana?"
'Karena lo ngingetin gue sama Al.' Tentu ini hanya diucapkan dalam hati oleh Keysa.
"Pas di cafe, tanpa permisi lo duduk di hadapan gue, terus minum minuman bekas gue, itu rese namanya. Udah gak kenal malah nyerocos gitu aja, SKSD banget tahu gak!"
"Lah kita kan emang kenal."
"Kenal apaan, enggak ada ye. Jangan ngadi-ngadi dah lu."
Dan tanpa Keysa sadari, ia malah jadi cerewet di depan cowok itu. Biasanya, jika ia bertemu dengan orang baru, dia akan jadi pribadi yang dingin dan cuek, entah kenapa dengan cowok itu jadi berbeda.
"Yaudah, tinggal kenalan lagi ribet lo!" cowok itu menarik telapak tangan Keysa untuk berjabat tangan.
"Eh, nih nape jadi tangan gue lo tarik njirr. Lepasin woy!"
"Ck, katanya mau kenalan. Bentar doang elah, lama-lama gue emosi karena lo gak pernah santai kalau ngomong sama gue." Keysa memutar bola matanya malas, membiarkan apa yang ingin di lakukan cowok itu.
"Kenalin gue Alvaro—"
"Iye, iye, gue tahu lo Alvaro, terus—"
"Alvaro Arrayan Ravindra!" sambung Al yang sudah kesal, karena Keysa memotong ucapannya begitu saja.
Deg!
"L—lo ngomong apa tadi?" Al tersenyum sangat lebar, hingga gigi-gigi rapinya terlihat.
"Alvaro Arrayan Ravindra, sahabat kecilnya Aqilla Keysa Adara Albert."
Keysa refleks melepas tangannya dan berdiri, ia speechless lalu menggeleng tidak percaya. "Nggak, nggak mungkin."
Al ikut berdiri, ia tahu apa yang membuat gadis itu bereaksi seperti ini. Namun Al berusaha menenangkan Keysa dengan menyentuh kedua pundaknya yang langsung di tepis oleh pemiliknya.
"Key, ini gue, Al."
Keysa lagi, lagi menggeleng."Nggak mungkin, lo bukan Al sahabat kecil gue. Bukan!"
"Gue Al, sahabat kecil lo Key."
"Bukan! Lo bukan Al. Sahabat gue udah pergi, dia udah gak ada!" teriak Keysa. Ia berjongkok—menarik rambutnya frustasi sembari terisak.
"Dia udah nggak ada... Itu semua salah gue. Gue yang bunuh dia, hiks..."
Al tidak tega melihat kondisi Keysa yang seperti sekarang. Ini lah yang ia takutkan jika Keysa mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Ia takut, Keysa akan merasa bersalah dengan kejadian yang menimpa dirinya dahulu. Padahal jelas-jelas bukan gadis itu yang salah. Al mendekap tubuh Keysa, berusaha menenangkannya. Ingatan tentang kejadian beberapa tahun yang lalu, kini berputar di kepalanya.
Flashback on
Al dan Keysa kecil kelelahan setelah bermain bersama di sebuah taman bermain. Keduanya duduk di salah satu bangku taman yang terdapat penjual es krim keliling dihadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA
Fiksi RemajaSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Mereka akan menjadi tokoh utama di dalam cerita hidupnya. Begitupun dengan Keysa, seorang remaja yang ketika kecil di paksa menjadi dewasa. Banyak yang iri dengan hidupnya sekarang, tetapi tidak banyak yang...