Setibanya di rumah sakit. Keysa, Al, dan juga Aksa menatap heran semua orang yang masih berada di sana untuk menjaga Neysa dengan menampilkan wajah gelisah.
"Ada apa?" tanya Keysa.
Tidak ada yang berani menjawab, semua bungkam. Darel yang sudah mengumpulkan keberanian sebelumnya, dengan hati-hati menjawab.
"Kak Neysa sedang di operasi dengan Kak Kristal sebagai pendonornya. " Keysa yang mendengarnya hanya menganggukan kepala paham. Sedangkan yang lain menatap heran Keysa, pasalnya mereka pikir Keysa akan memberontak dan menyuruh operasi itu di batalkan. Ternyata pikiran mereka tidak sesuai dengan respon Keysa yang nampak biasa saja.
"Lo gak marah Key?" tanya Kaila setelah Keysa duduk nyaman di sampingnya. Sedangkan Al dan Aksa duduk di dekat Yori.
Keysa menoleh-menampilkan senyum kecilnya. "Buat apa gue marah. Gue juga gak punya pilihan lain kan?"
Semuanya terdiam mendengar jawaban Keysa. Dari nada bicaranya, gadis itu hanya pasrah dan sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain memberikan izin. Karena hanya ini lah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Neysa.
"Nyokap nya Kristal udah tahu?" tanya Keysa memecah keheningan.
Afra menggeleng. "Dia belum sadar. Tapi Clara udah tahu soal ini, dan dia juga udah kasih izin. Walaupun ada sedikit drama."
Keysa menghela nafas berat, semoga saja jika wanita itu siuman, dia tidak akan berulah. Tanpa sengaja manik matanya bertubrukan dengan manik mata Al-cowok itu tersenyum seperti mengucapkan 'semua akan baik-baik saja' dan Keysa membalasnya dengan senyuman sekilas. Kini pikirannya tertuju kepada Kristal. Kenapa gadis itu kekeuh ingin menjadi pendonor untuk Neysa? Tidak mungkin ia lakukan semata-mata hanya untuk menebus kesalahannya di masa lalu, karena itu sangat tidak logis.
Hingga panggilan dari seseorang, mengalihkan pikiran Keysa.
"Key?"
Keysa tidak menjawab, ia hanya menatap orang yang ada di hadapannya yang tak lain adalah Clara. Entah kenapa gadis itu menghampiri dirinya dengan wajah... Entahlah Keysa tidak tahu apa maksudnya.
"Ambil." Clara menyodorkan sebuah amplop yang Keysa tidak tahu apa isinya.
"Ini apa?" akhirnya Keysa berbicara setelah menerima amplop tersebut.
"Surat. Lo bisa baca setelah operasi nya selesai."
"Da—"
"Gue duluan." potong Clara yang menimbulkan tanda tanya besar di kepala Keysa.
Keysa memandangi amplop yang ada di tangannya. Saat akan membukanya, tiba-tiba pintu ruang operasi terbuka-menampilkan seorang Dokter di sana. Ia pun tidak jadi membukanya, Keysa menyimpan amplop tersebut di saku celananya dan mendekati Dokter yang sudah di kerumuni oleh teman-temannya.
"Bagaimana Dok?" tanya Roy.
"Alhamdulillah operasinya berjalan lancar. Kalian bisa menjenguk pasien jika sudah di pindahkan ke ruang rawat. Tetapi ingat, yang boleh masuk hanya dua orang saja. Kalian bisa bergantian menjenguknya." penjelasan dari Dokter mendapat respon dari orang-orang yang mengucapkan syukur atas keberhasilan operasinya.
"Alhamdulillah, makasih Dok."
"Sama-sama. Kalau begitu saya permisi."
Setelah melihat sang Dokter pergi, semuanya kembali duduk di tempat masing-masing-menunggu hingga Neysa di pindahkan ke ruang rawat.
🌱🌱🌱
Disaat yang lain berada di depan ruang rawat Neysa, berbeda dengan Keysa yang tengah berada di taman rumah sakit. Ia sudah di buat penasaran dengan amplop yang sebelumnya diberikan Clara. Entah dari siapa surat tersebut, hingga Clara melarangnya membaca, sebelum operasi selesai.
Keysa membuka amplop tersebut dan mengeluarkan suratnya, dengan pelan dan teliti ia membaca kata demi kata yang tertulis di atas kertas.
Hai, Key.
Kalau lo baca surat ini, berarti gue udah gak ada. Sebenarnya gue mau ungkapin semua yang gue tahu setelah operasi selesai. Tapi nggak tahu kenapa gue punya firasat, kalau itu gak akan terjadi. Maka dari itu, gue tulis surat ini buat jaga-jaga kalau ada sesuatu buruk yang terjadi sama gue.
Surat ini berisi semua curhatan gue dan juga permasalahan yang terjadi di keluarga kita. Keluarga, maaf kalau gue sebut kita adalah keluarga karena gue bener-bener udah anggep lo dan juga Neysa sebagai keluarga gue.
Lo pasti bingung kenapa gue kekeh minta lo buat izinin gue untuk menjadi pendonor Neysa, dengan alasan permintaan maaf kan? Bisa dibilang iya bisa juga enggak. Iya, karena gue emang tulus minta maaf sama kalian dan mau tebus semua kesalahan gue waktu itu. Enggak, karena dipikiran gue saat itu cuman kesehatan Neysa tanpa mikirin kesehatan gue sendiri.
Sebenarnya gue gak bisa jadi pendonor Neysa karena kesehatan gue sendiri itu nggak baik. Gue selama ini tutupin dari semua orang kalau gue punya penyakit yang gue gak tahu namanya apa dan sampai sekarang belum ada obatnya. Sampai gue nekat tanya ke Dokter, semisal kalau gue udah gak ada, apakah gue masih bisa jadi pendonor? Awalnya Dokter bingung dengan pertanyaan gue, tapi gue yakinin kalau gue gak bakal ngapa-ngapain, cuman sekedar bertanya dan akhirnya dia menjawab 'bisa'.
Setelah tes nya selesai dan hasilnya udah keluar, disitu gue bahagia banget. Tapi saat itu gue gak bisa jadi pendonor buat adik gue sendiri. Disaat lo tolak buat nerima tawaran gue, gue selalu berdoa buat bisa nyelamatin Neysa, apapun resikonya gue ikhlas.
Gue udah berpesan sama dokter, kalau misalnya gue udah nggak ada, gue mau jadi pendonor buat Neysa. Waktu lo pergi dari rumah sakit, gue langsung drop, dan nyempetin buat nulis surat ini ketika gue masih punya sedikit tenaga. Setidaknya walau gue udah nggak ada, gue masih sempet nolong Neysa untuk terakhir kalinya. Gue udah ngasih tahu semua ini ke Clara, awalnya dia nolak keras, tapi gue yakinin lagi supaya dia setuju.
Maafin gue, Clara, dan Mama. Sampein juga permintaan maaf gue ke Bang Yori dan Neysa. Gue tahu perbuatan kami saat itu sangat tidak wajar, tapi jujur, gue nyesel banget udah ngelakuin itu semua.
Setelah gue denger semua penjelasan Papa hari itu. Disitu gue berusaha nyari kebenaran dan ternyata semua yang Papa bilang memang benar. Maafin Mama gue yang udah ngancurin hubungan ortu lo, Key. Andai gue tahu ini semua dari awal, gue bakal belain kalian dan mungkin aja sekarang gue tinggal bareng dengan kalian bertiga.
Pas gue tanya ke Mama, awalnya Mama ngelak dan akhirnya jujur sama gue. Sumpah gue nyesel banget, setiap hari gue dateng ke mansion aunty Safira tapi mereka udah pindah gak tahu kemana. Dan akhirnya, gue nemuin lo, Neysa, dan Bang Yori.
Gue bahagia? Banget malah, cuman gue bisa maklum dengan sikap kalian yang tidak mau menerima keberadaan gue...
Soal perlakuan lo ke Mama saat itu, gue gak marah sama sekali, karena itu memang pantes buat Mama terima. Gue sayang banget sama Mama, tapi kadang gue jadi mikir lagi, kenapa orang yang paling gue sayang malah jadi gini?
The last. Lo mau ketemu sama Papa? Dateng ke Bekasi, rumah Oma dulu. Disana ada Papa, gue juga baru tahu akhir-akhir ini keberadaannya.
Gue harap saat lo liat Papa, lo baik-baik aja. Jangan kaget liat kondisi Papa ya. Janji sama gue. Gue titip Papa sama lo, rawat dia karena gue udah gak bisa ngerawat dia lagi.
Gue sayang sama kalian and Miss you guys. Kalau lo mau kasih tahu orang lain soal ini, gue gak masalah. Asal jangan kasih tahu Mama ya. Gue gak mau dia keinget kejadian yang ngebuat keluarga kita hancur.
Selamat tinggal...
•Naresh Yori Alvarendra Smith
•Aqilla Keysa Adara Smith
•Asilla Neysa Adara SmithSorry kalau kalian gak nyaman dengan marga yang gue tulis, tapi untuk kali ini aja, gue pengen manggil kalian dengan nama asli kalian untuk yang terakhir kalinya. Maafin gue ya Bang, Key, Ney. Gue sayang sama kalian.
Salam perpisahan,
Kristal Brillant Smith.🌱🌱🌱

KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA
Teen FictionSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Mereka akan menjadi tokoh utama di dalam cerita hidupnya. Begitupun dengan Keysa, seorang remaja yang ketika kecil di paksa menjadi dewasa. Banyak yang iri dengan hidupnya sekarang, tetapi tidak banyak yang...