Di senin pagi ini, langit nampak mendung dan suasana seperti ini lah yang akan mendukung seseorang untuk tertidur pulas. Tak terkecuali dengan seorang gadis yang tengah tertidur nyenyak di atas kasur nya.
Hari ini adalah hari pertama gadis itu masuk sekolah, di sekolahan barunya. Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi.
Terdengar suara gesekan pintu dan langkah seseorang mendekat kearahnya. Tiba-tiba sebuah tangan memegang pundaknya, alhasil untuk waspada, ia pun langsung terbangun dan memelintir tangan orang tersebut, lalu membanting tubuh orang itu hingga berciuman dengan lantai kamarnya. Terdengar pekikan seseorang dan itu membuat dirinya tersadar.
"Aaww sakit anjirr! Lo ngapa banting gue sih?!" pekik Alya memegang bokongnya yang sakit. orang yang di banting tadi oleh Keysa adalah Alya.
"Ups! Sorry hehe... " Keysa menutup mulutnya sok kaget. Ia pun segera membantu Alya bangun dari duduknya, sebelum gadis itu mengamuk karena dirinya menertawakannya.
"Lagian elo ngapain coba main buka pintu tanpa ketuk dulu? Terus itu juga pas lo jalan, kayak orang yang lagi maling dirumah orang, pakai ngendap-ngendap segala!" bentak Keysa.
"Hello! Lo inget hari ini hari apa?" tanya Alya menjentikkan tangan nya didepan wajah Keysa.
"Hari senin? So?" jawab Keysa sambil mengingat-ingat apakah dia ada jadwal hari ini atau tidak.
"Lo—"
"Wah si anjirrr! Kenapa lo baru bangunin gue. Ini jam berapa? Ah udah ah gue mau mandi dulu," potong Keysa panik dan langsung ngacir masuk ke kamar mandi. Alya mematung di tempat. Ia masih belum mencerna apa yang terjadi.
"Lah si bocah! Niatnya kan gue dateng buat bangunin dia, eh guenya malah di tinggal sendiri!" Alya bermonolog dengan dirinya sendiri sembari masih mengusap bokongnya yang sempat berciuman dengan lantai tadi, "au ah pusing gue lama-lama. Mending gue langsung turun aja temenin Tante Safira nyiapin makanan di meja."
10 menit kemudian Keysa sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Ia memakai rok setinggi 2 cm diatas lututnya, kaos kaki panjang hingga dibawah lutut, ditambah dengan sepatu kets berwarna biru gelap. Baju yang pas di badan nya tetapi tidak terlalu memperlihatkan bentuk tubuhnya. Untuk model rambutnya ia biarkan tergerai dengan sedikit bergelombang dan dihiasi pita kecil untuk menahan poni nya sehingga menambah kesan cute pada wajahnya. Dan yang terakhir ia memakai make-up tipis pada wajahnya agar terlihat fresh.
"Kalian berdua naik apa nanti ke sekolah?" tanya Roy kepada Keysa dan Alya ketika keduanya sudah hadir di meja makan.
"Saya terserah Keysa aja Om," jawab Alya seadanya.
"Panggil Daddy aja ya, sayang. Enggak usah sungkan." Roy tersenyum kearah Alya. Entah mengapa hati Alya menghangat. Matanya kini berkaca-kaca, namun dengan segera ia mendongak keatas agar air matanya tidak terjatuh. Berharap tidak ada yang menyadari perubahan raut wajahnya.
Tapi Gavin menyaksikan segalanya, dia memang tidak mengenal siapa sebenarnya Alya. Tetapi, satu hal yang Gavin tahu, Alya mudah tersentuh akan suatu hal yang berhubungan dengan keluarga. Dan sekarang yang menjadi pertanyaan Gavin saat ini adalah, dimana keluarga Alya? Apakah gadis itu masih memilikinya? Dan jika memang sudah tidak ada keluarga nya, apakah dia merindukan keluarganya? Walau Gavin memiliki beribu-ribu pertanyaan, ia mungkin tidak akan mendapatkan satu pun jawabannya.
Gavin memang terkenal begitu usil dan menyebalkan, tapi dia sangat bisa membaca raut wajah seseorang. Itulah alasan mengapa dia tidak akan pernah memulai pembahasan sensitif, jika memang itu akan melukai hati seseorang. Aslinya, Gavin memiliki hati yang sangat lembut dan hangat.
"Panggil Mommy juga, nggak usah tante," timpal Safira memberikan sepotong ayam di atas piring Alya.
"Iya tuh Al, panggil Mom and Dad aja, kek sama siapa aja lo." Alya melihat kearah Keysa. Keduanya terdiam, hanya memandang satu sama lain seolah sedang berkomunikasi melalui mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA
Fiksi RemajaSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Mereka akan menjadi tokoh utama di dalam cerita hidupnya. Begitupun dengan Keysa, seorang remaja yang ketika kecil di paksa menjadi dewasa. Banyak yang iri dengan hidupnya sekarang, tetapi tidak banyak yang...