Keysa membuka pintu Greencafe dan berjalan masuk, tepat pukul 15:10. Pandangannya melihat kesegala arah dan saat mata nya menangkap apa yang ia cari, segera dia melangkahkan kakinya menuju objek yang sedari tadi ia cari.
"Kau sudah datang?" Tanya Wanita yang berumuran sekitar 40-an tahun dengan gembira.
"Apa maumu? Keysa menghiraukan pertanyaan Wanita itu dan duduk di hadapannya.
"Ck! kau tidak asik." Wanita itu mendengus kesal dan menyeruput kopi yang telah dia pesan sebelumnya.
Keysa tidak memperlihatkan ekspresi apapun, ia hanya menunggu apa yang ingin Wanita didepannya itu katakan.
"Kau tidak ingin minum?" Tanya nya lagi basa-basi.
"Kau tidak bisa keinti nya saja? Aku sangat sibuk untuk meladenimu." Keysa berharap waktu berlalu dengan cepat saat ini. Jujur saja, baru lima menit dirinya berada disana, tetapi rasanya sudah seperti lima abad.
Wanita itu terkekeh. "Do you miss me?"
"Will not."
"Kau sangat angkuh. Padahal kita baru saja bertemu setelah sekian lama." Keysa memutar bola matanya malas, sebenarnya apa yang wanita ini inginkan darinya?
"Kau sangat sibuk yah, akhir-akhir ini?" Tanya wanita itu ketika Keysa terus menerus melihat jam tangan yang berteker manis di pergelangan tangannya.
"Seperti yang kau lihat. So to the point please!"
"Sebenarnya tidak ada yang ingin aku katakan. Aku hanya rindu dengan salah satu putri tersayangku," ujarnya segaja menekan kata 'putri.'
Keysa tertawa kecil. Bisa-bisa nya wanita di hadapannya ini mengatakan hal seperti itu setelah apa yang dia lakukan.
"Tersayang?" Beo Keysa. "Aku tidak tahu harus iri atau kasihan dengan putri tersayangmu itu. Kau begitu menyayanginya sampai hampir mengantarnya kembali ke sang pencipta."
"Sepertinya waktumu telah habis." Keysa melihat arloji nya dan berdiri— karena telah muak mendengar celotehan wanita di hadapannya itu.
"Lain kali jangan menemuiku jika tidak ada hal penting apa pun, waktuku begitu berharga hanya demi bercengkrama denganmu."
"Satu lagi. Tidak baik bukan jika sesama psychopath yang bermusuhan berada di dalam satu ruangan yang sama?" Keysa tersenyum miring. "Kau tahu maksudku bukan?"
Tanpa menunggu jawaban Wanita itu, Keysa berjalan menjauh dan keluar dari Greencafe. Sesampainya di dalam mobil Keysa menghembuskan napasnya lega.
"Tahan Key, tahan. You did a good Job," monolognya mencengkram kuat stir mobil.
Tak mau berlama-lama, Keysa melajukan mobilnya meninggalkan area Greencafe. Sedangkan Wanita yang berbicara dengan Keysa tadi tersenyum penuh arti.
"Kau banyak berubah, Keysa."
🌱🌱🌱
Keesokan harinya, saat pulang sekolah. Ningsih melihat orang mencurigakan yang berada di luar gerbang sekolah. Orang itu sedang bersandar di mobilnya sembari terus melihat ke arah dalam sekolah.
Awalnya Ningsih biasa saja, tetapi saat hendak memasuki mobil. Dia melihat orang itu buru-buru masuk dengan tatapannya lurus ke parkiran. Sebelum masuk ke dalam mobil, Ningsih mengikuti arah pandangan orang itu, dan matanya menangkap sosok Keysa yang tengah memasuki mobilnya sendirian. Terdapat lekukan di kedua sudut bibir Ningsih dan mengikuti mobil orang itu yang terlebih dahulu melaju di belakang mobil Keysa.
"Menarik."
Tak lama kemudian, mobil Keysa dan orang itu berhenti begitu pun dengan Ningsih. Namun gadis itu menjaga jarak cukup jauh dari kedua mobil itu. Terlihat Keysa dan orang itu beradu mulut. Ketika Keysa hendak pergi, dia menampar orang itu terlebih dahulu lalu pergi meninggalkannya sendirian.
Ningsih yang melihatnya cukup terkejut dan menjalankan mobilnya mendekat dengan mobil orang itu. Dia keluar dan bersandar di mobilnya, sedangkan orang itu menatap Ningsih tanpa mengatakan apapun.
"Lo musuh Keysa?" Tanya Ningsih.
"Kenapa? Lo mau belain cewek nggak tahu diri itu?!"
Ningsih tertawa kecil. Dia membela Keysa? Big no! "Jangan salah paham dulu. Gue lihat semua tadi yang lo lakuin, dan gue simpulin kalau lo nggak suka sama Keysa."
Ningsih berjalan mendekati orang itu. "Gue mau lo kerjasama bareng gue buat jatuhin Keysa, gimana?"
"Lo ada masalah apa sama dia? Dan lo siapa?"
"Gue Ningsih, soal kenapa gue nggak suka sama dia itu nggak penting. Yang gue tanyain, lo mau nggak kerjasama bareng gue?"
"Ok, gue terima."
"Deal?" Ningsih mengulurkan tangannya dan di balas oleh orang itu.
"Deal." Keduanya tersenyum menanti kemenangan mereka.
"Btw, nama lo siapa?"
"Clara."
🌱🌱🌱
Di lain tempat, tepatnya di mobil Keysa. Setelah tadi Clara mengusik dirinya, dia membawa mobilnya menuju ke sebuah danau kecil yang indah dan tempat ini bisa di bilang sepi, karena lokasinya tidak di ketahui orang lain selain dirinya dan beberapa orang tersayangnya.
Sesampainya di sana, Keysa berjalan masuk, duduk di tepi danau sembari melempar batu kedalam air. Tempat ini adalah tempat pelariannya dalam menghadapi masalah dan dapat menjernihkan sejenak pikirannya.
Keysa melihat ke arah kanan, dimana terletak pohon besar yang terdapat rumah pohon yang cukup besar di atasnya. Keysa berdiri dan berjalan menaiki tangga yang ada di pohon menuju kedalam rumah pohon itu.
Di dalam rumah pohon begitu sunyi, tidak ada seorangpun selain Keysa sendiri. Didalamnya terdapat sebuah ranjang, sofa, perlatan memasak, dan masih banyak lagi. Ini sudah seperti rumah kedua bagi Keysa.
Saat masuk, keadaannya sangat kotor dan banyak debu. Bagaimana tidak? Rumah pohon itu sudah lama tidak dia kunjungi. Karena risih, Keysa mengambil sapu dan segera membersihkan rumah pohon hingga rapi dan bersih.
Ketika segala kegiatannya usai, ia pun mendaratkan bokongnya di sofa sembari mengatur napasnya akibat lelah membersihkan. Rumah pohon itu nampak lebih bagus dibanding sebelumnya.
Ingatannya tentang masa saat dia berada di rumah pohon itu, terputar kembali.
Flashback on
"Key, ayo!" ajak Al kecil menarik Keysa kecil untuk naik ke rumah pohon.
Keysa kecil menggeleng gemas. "Nggak, Key takut naik."
"Nggak papa, ada Al yang jaga Key. Ayo!" Al kecil memegang tangan Keysa kecil—berusaha meyakinkan gadis kecil itu untuk naik ke atas.
Dengan ragu-ragu Keysa kecil meletakkan satu kakinya di papan kecil yang tertempel di pohon sebagai tangga. Dia melihat Al kecil yang mengangguk.
"Kakinya yang satu naikin."
"Begini?"
"Iya. Ayo naik, Key pasti bisa."
Keysa kecil berusaha untuk meyakinkan dirinya, tak lama kemudian dia telah sampai di atas dengan perasaan lega.
"Bisakan?"
Keysa kecil mengangguk senang. "Yey, Key bisa naik, horee!"
"Makasih Al. Key sayang deh sama Al," ujarnya memeluk Al dan dibalas oleh anak laki-laki itu.
"Al juga sama sama Key."
Flashback off
Keysa tersenyum miris. Kenapa orang-orang yang dia sayangi malah pergi meninggalkan dirinya sendiri?
Tidak mau berlarut dalam kesedihan. Keysa turun dari rumah pohon itu dan berjalan mengitari pohon. Matanya penangkap sebuah tulisan yang masih terlihat jelas di batang pohon itu. Dia mengelus lembut tulisan yang berisikan singkatan namanya beserta nama Al dan air matanya pun kembali jatuh.
KEYAL
🌱🌱🌱

KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA
Roman pour AdolescentsSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Mereka akan menjadi tokoh utama di dalam cerita hidupnya. Begitupun dengan Keysa, seorang remaja yang ketika kecil di paksa menjadi dewasa. Banyak yang iri dengan hidupnya sekarang, tetapi tidak banyak yang...