Di sebuah ruangan gelap yang hanya di terangi dengan cahaya minim di sudut ruangan itu, terdapat seseorang yang sedang duduk di depan kaca besar dengan penampilan yang berantakan.
"Kenapa lo gak nerima tawaran dia aja sih?!" tanya Queen nampak kesal mengingat kejadian di rumah sakit tadi.
"Lo pikir, gue bakal izinin organ hati milik orang kek dia ada di dalam tubuh saudari gue? Gak akan pernah! Bahkan setetes darah pun, gak akan gue biarin mengalir dan menyatu dalam tubuh Neysa!" teriak Keysa kesal.
"Bego! Cuman dia yang bisa nolong Neysa sekarang. Dia juga udah bawa hasil tes nya, dan ternyata cocok kan? Persetan dengan perlakuan dia di masa lalu. Yang terpenting sekarang, lo harus mikirin kesehatan Neysa."
Keysa terdiam. Kejadian di rumah sakit tadi, kini berputar kembali di ingatannya.Flashback on
"Keysa."
Keysa dan Darel sontak melihat orang yang memanggil Keysa dengan tatapan kesal, soalah tidak menginginkan kehadiran orang tersebut sekarang. Kristal, yang tak lain adalah orang yang memanggil Keysa.
"Ngapain lo kesini?" tanya Keysa berdiri dan melepaskan pelukannya dengan Darel.
"Tau tuh, gak ada yang harapin kehadiran lo disini!" sinis Darel yang memang tidak akan pernah ramah ketika berbicara dengan kristal.
"Rel!" peringat Yori yang hanya mendapat tatapan malas dari Darel.
"Ngapain lo kesini?" ulang Keysa, yang tidak mau berlama-lama melihat Kristal. Ayo lah, moodnya saat ini sedang tidak stabil. Tidak bisakah Kristal datang di lain waktu saja?
"Gue denger kalau Neysa lagi perlu pendonor—"
"Terus hubungannya sama lo apa? Lo seneng kan lihat dia menderita kayak sekarang?"
"Bukan, gue gak ada niatan—"
"Halah, lo kalau mau ngungkapin kebahagiaan lo jangan sekarang deh. Soalnya gue lagi gak mood buat ladenin lo!" ujar Keysa yang lagi, lagi memotong ucapan Kristal.
"Key!" peringat Yori yang tidak di dengar oleh Keysa. Sedangkan Gavin yang ada di dekat Yori memilih memainkan game online yang ada di handphone nya, dari pada melihat kejadian yang sudah bisa ia tebak bagaimana ending nya.
Safira yang masih menangis di dekapan Roy, hanya melihat keduanya tanpa ada minat melerai mereka. Bahkan yang lain, hanya memperhatikan saja tanpa ada yang angkat suara. Darel? Cowok itu setia mendampingi Kakaknya di sampingnya sembari menatap Kristal tak suka.
Tanpa berucap apa-apa lagi, Kristal memberanikan diri untuk menyodorkan sebuah amplop kepada Keysa. Keysa yang melihatnya hanya mengangkat satu alisnya, lalu dengan terpaksa ia mengambilnya dan membaca isi surat tersebut.
"Itu hasil tes nya. Gue cocok buat jadi pendonornya Neysa. Gue mohon lo terima permintaan gue, karena cuman ini yang bisa gue lakuin buat tebus semua kesalahan gue di masa lalu. Please, gue gak punya pilihan lain lagi... "
Setelah membaca dengan teliti, Keysa melihat Kristal yang sedang menatapnya dengan tatapan memohon. "Lo mau gue izinin buat jadi pendoron saudari gue?" Kristal mengangguk yakin.
"Terus lo udah kasih tahu Dokter, tapi nunggu persetujuan gue dulu?" Kristal lagi, lagi mengangguk berharap ke inginannya terkabulkan, karena Keysa sudah bertanya seperti ini. Namun hanya dengan tiga kata yang keluar dari mulut Keysa, berhasil menghancurkan segala pikiran Kristal tentang dia akan mendapatkan persetujuan.
"In your dream!"
"Key, gue mohon... " Kristal mencekal tangan Keysa yang akan pergi.
"Lepasin tangan gue!" titahnya dengan meninggikan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA
Teen FictionSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Mereka akan menjadi tokoh utama di dalam cerita hidupnya. Begitupun dengan Keysa, seorang remaja yang ketika kecil di paksa menjadi dewasa. Banyak yang iri dengan hidupnya sekarang, tetapi tidak banyak yang...