"Key, seneng deh. Akhirnya Papa mau jalan-jalan juga,"
Sebulan berlalu, Neysa sudah dibolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Setiap hari keduanya selalu menyempatkan diri untuk menengok sang Papa yang sampai detik ini tidak mau tinggal bersama di mansion milik Keysa.
Hari ini sungguh aneh menurut Keysa, dimulai dari Papa nya yang tiba-tiba menelpon dan menyuruhnya untuk mengajak dirinya jalan-jalan di jakarta. Lalu Neysa yang saat di ajak untuk menjemput Bagas, namun seketika menolak karena ada yang harus ia urus—katanya penting. Terakhir dengan teman-temannya, tumben sekali teman-temannya tidak ada yang ingin ikut bersamanya jalan-jalan, padahal mereka selalu semangat kalau diajak berpergian.
Di tambah lagi dengan Al, yang sudah sejak seminggu ini hilang kabar—entah kemana cowok itu. Keysa sudah mencarinya di rumah lelaki itu, bahkan tempat yang biasa Al datangi, tetap saja Al tidak ada di mana pun.
"Iya, Papa juga seneng. Sekalian menghilangkan rasa bosan Papa," balas Bagas yang duduk anteng di kursi roda yang tengah di dorong oleh Keysa. Keduanya kini tengah berada di taman, sesuai dengan permintaan Bagas.
"Keysa kan udah bilang, Papa tinggal aja sama Keysa di mansion, jadi ada temennya. Kalau disana Papa sendirian, Keysa khawatir setiap ninggalin Papa walaupun ada Bibi dan suaminya. Tapi kan tetep beda," rengek Keysa berusaha membujuk Bagas untuk kesekian kalinya.
Bagas tersenyum mendengarnya. Ia merasa beruntung masih memiliki anak-anak yang ingin merawat dirinya, dalam keadaan lumpuh dan juga buta.
Bukan hanya Keysa dan Neysa yang rajin mengunjungi Bagas, Yori dan Clara pun ikut mengunjunginya walau hanya sekali seminggu, diakibatkan Yori yang sibuk dan Clara harus mengurus Farah juga di rumah. Soal kematian Kristal sangat membuat Farah terpukul. Wanita itu jadi lebih pendiam setelah ditinggalkan oleh Kristal.
"Papa haus nggak?" pertanyaan dari Keysa membuat Bagas mengangguk.
"Yaudah Papa tunggu disini, Keysa cuman bentar kok."
"Hati-hati ya." Keysa melangkah masuk ke minimarket yang tak jauh dari jarak mereka. Keysa tidak perlu merasa khawatir sedikitpun ketika meninggalkan Bagas sendiri, karena ia sudah menyuruh orang suruhannya untuk menjaga mereka dari jarak yang tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh pula.
"Minum, Pa. " Keysa memberikan satu botol air mineral yang telah di buka tutupnya ke mulut Bagas.
Seharian ini, Keysa hanya berjalan-jalan bersama Bagas. Bisa di bilang quality time antara Ayah dan anak.
Hari telah sore dan sebentar lagi malam akan tiba. Kebahagiaan Keysa hari ini tidak sampai disitu saja, Bagas sudah memberitahu kan dirinya akan menginap malam ini di mansion milik Keysa. Mereka pun pulang dengan hati riang gembira. Yang satu gembira karena Papa nya akan menginap, sedangkan yang satu sedang gembira karena suatu hal yang membuat dirinya ingin menangis terharu.
Keysa mengernyitkan keningnya ketika tiba di mansion. Disana, terdapat teman-temannya sudah berdiri rapi di depan pintu dan langsung menarik Keysa untuk ikut bersama mereka.
"Eh anjir! itu bokap gue gimana?" teriak Keysa melihat kebelakang— tepatnya ke mobil yang dimana Bagas masih ada di dalam.
"Diem deh Key, bokap lo entar di urus sama Neysa. Pokoknya aman semuanya," jawab Alya yang di setujui yang lain. Keysa hanya pasrah dan membiarkan saja dirinya diseret bagaikan karung beras.
"Awas aja kalau lu pada macem-macem!" ancam Keysa menatap tajam satu persatu temannya. Yang hanya di balas dengan senyuman misterius.
Sesampainya di kamar milik Keysa, ia disuruh untuk segera mandi. Keysa yang merasa badannya sudah lengket itu pun, hanya menurut dan masuk kedalam kamar mandi—meninggalkan teman-temannya yang langsung rusuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA
Teen FictionSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Mereka akan menjadi tokoh utama di dalam cerita hidupnya. Begitupun dengan Keysa, seorang remaja yang ketika kecil di paksa menjadi dewasa. Banyak yang iri dengan hidupnya sekarang, tetapi tidak banyak yang...