"Bang Yori mana?"
Setibanya di rumah sakit, Queen selalu saja mendapatkan pertanyaan yang sama dan dia pun hanya menjawab dengan gelengan kepala saja, tidak berniat untuk menjelaskan apa pun. Hingga kedatangan Kristal, Clara, dan Yori yang heboh dengan membawa Farah bersamanya menjadi tanda tanya besar dari semua orang, kecuali Queen yang nampak acuh tak acuh.
"Lah, kok Bang Yori datang sama mereka sih?" tanya Cyra yang sudah tidak tahan dengan rasa penasarannya.
"Queen, lo kan yang terakhir bareng Bang Yori. Kenapa dia datang sama tuh dua curut?" tanya Afra geram.
"Mana gue tahu," balas Queen malas.
"Tuh Bang Yori kesini. Eh tapi bentar kok dia kek marah gitu sih?" ujar Alya membuat yang lain menatap Yori yang sedang berjalan ke arah mereka dengan mata memerah menahan amarah.
"Puas lo?!" tanya Yori tepat ketika ia berada di hadapan Queen.
"Kalau dia mati baru gue puas." jawaban begitu santai diberikan oleh Queen yang sukses membuat Yori naik pitam.
"Lo egois tahu gak!!"
"Elo yang egois!!"
Keduanya saling menatap sengit satu sama lain. Tidak ada yang akan mengalah di lihat dari sikap Queen yang memang akan mempertahankan sikap keras kepalanya dan juga Yori yang terlanjur emosi. Entah apa yang membuatnya begitu marah, padahal biasanya Yori akan bersikap dewasa.
"Bang Yori!" pekik Kaila sedangkan yang lain hanya bisa terdiam melihat pergerakan Yori yang begitu tiba-tiba mencengkram kerah baju Queen dan menariknya hingga gadis itu berdiri dari tempatnya.
"Lo emang gak punya hati! Bagaimana rasanya jika yang hampir lo bikin mati itu adalah orang yang melahirkan lo, hah? Apa lo tega ngelihat wanita yang memberikan lo nyawa untuk hidup di dunia mati di hadapan lo sendiri. Apa lo tega, hah?!" Queen terdiam mendengar segala perkataan Yori.
"Oh iya gue lupa, lo kan gak punya seorang ibu yang melahirkan lo. Elo hanya orang asing yang tiba-tiba datang di tengah-tengah keluarga gue dan seenaknya masuk ke raga milik adek gue, kasihan banget hidup lo. Pantes lo gak tahu gimana rasanya punya seorang ibu yang—"
Plak!!
Yang lain hanya bisa terdiam menyaksikan Queen menampar Yori. Mereka tidak akan ikut campur dalam perdebatan keduanya, biarkanlah mereka menyelesaikan masalahnya hingga clear. Jika ada salah satu yang melewati batas, maka barulah yang lain akan ikut campur.
Queen menatap tajam kedua bola mata Yori. Bisa-bisanya seseorang yang sudah ia anggap sebagai Abangnya sendiri, mematahkan hatinya begitu saja dengan kata-kata pedas nya. Memangnya kenapa jika ia tidak di lahirkan dan memiliki seorang ibu? Setidaknya dia bisa merasakan bagaimana rasanya hidup di dunia, walau hanya mendapat kesedihan selama ia hidup didunia. Tanpa mengalihkan tatapannya, Queen memegang tangan Yori yang mencengkram kerah baju nya lalu menghempaskannya begitu saja.
"Rasa sakit yang ada di pipi lo itu, gak sebanding dengan rasa sakit yang ada di hati gue!" ujar Queen penuh penekanan menunjuk pipi Yori dan beralih menunjuk dirinya sendiri.
"Memangnya kenapa kalau gue gak punya seorang ibu? Yang jelas gue bisa hidup didunia ini dengan kehendak yang diatas. Seorang manusia hidup di dunia atau pun tidak itu semua adalah kehendak yang maha kuasa, bukan kehendak manusia itu sendiri! Asal lo tahu, selama gue hidup di dunia, yang gue rasain cuman penyiksaan, kesedihan, bahkan kebencian. Kalau lo tanya apakah gue pengen bahagia? Tentu gue ingin rasain apa itu arti kata bahagia, tapi gue nggak bisa, gue... "
"Queen," gumam Kaila dkk. Mereka tentu tahu maksud dari perkataan Queen apa, dan mereka juga tahu apa yang telah gadis itu lalui selama ini.
Sebelum melanjutkan perkataannya, Queen menyeka air matanya dengan kasar yang sialnya jatuh tanpa permisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA
Teen FictionSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Mereka akan menjadi tokoh utama di dalam cerita hidupnya. Begitupun dengan Keysa, seorang remaja yang ketika kecil di paksa menjadi dewasa. Banyak yang iri dengan hidupnya sekarang, tetapi tidak banyak yang...