Sudah genap seminggu Keysa dan Neysa berada di kediaman Smith. Dan Keysa merasa sangat suntuk berada di rumah terus. Ia ingin bermain di luar, seperti kebanyakan anak-anak seusianya.
Mata Keysa terus memandang titik-titik air yang turun dari langit melalui jendela—memerhatikan beberapa anak yang sedang kejar-kejaran di luar sana. Gadis kecil itu sangat rindu rumah lamanya dan sang Mommy—Firah. Entah sedang apa wanita itu, kenapa tidak pernah memberi kabar, pikirnya.
Kilasan kejadian ketika mereka bertiga masih tinggal bersama, kini berputar di kepalanya. Bagaimana ekspresi bahagia ketika ketiganya bermain bersama di setiap momennya masih sangat membekas di ingatan gadis kecil itu. Terutama ketika Firah mengajak kedua putrinya bermain di pantai untuk pertama kalinya.
"Mommy!! cepat kesini. Airnya banyak banget, WOW!" Teriakan Neysa terdengar begitu polos karena untuk pertama kalinya dalam hidupnya melihat lautan yang di penuhi air.
"Awas hati-hati, jangan terlalu dekat dengan air. Nanti kamu bisa keseret ombak, sayang!" peringat Firah geleng-geleng kepala sembari membantu Keysa menaruh barang-barang di atas terpal yang sebelumnya sudah di gelarnya.
"Udah, biar Mommy aja. Kamu sana ikut main sama Neysa." Keysa melirik sekilas Neysa yang nampak kegirangan menendang-nendang air yang ada di bibir pantai, lalu beralih menggelengkan kepalanya.
"Key disini aja, temenin Mommy."
Kenganan itu begitu indah untuk dikenang, tapi sepertinya itu adalah kali pertama dan terakhir untuk Keysa dapat menikmati kesenangan yang diberikan oleh samudera.
Keysa jadi teringat sesuatu. Di pantai itu, dia menemukan teman baru.
"Hai! Aku Keysa, nama kamu siapa?" uluran tangan dan senyuman manis itu berhasil membuat seorang anak laki-laki yang tadinya menunduk, kini menatap Keysa.
Tadinya Keysa diajak bermain air oleh Firah, tapi gadis kecil itu memilih berdiam diri sebelum netra gelapnya menangkap sosok anak seusianya yang sedang duduk sendiri tak jauh dari posisinya.
"Al, Alvaro." anak laki-laki itu membalas uluran tangan Keysa singkat dan menunduk kembali setelah menarik tangannya.
"Kamu kenapa? Ada masalah? kamu bisa ceritain semuanya ke aku, aku siap dengerin." Keysa duduk di samping Al. "kata Mommy, kalau ada sesuatu lebih baik di utarain dari pada di pendem sendiri. Kalau di pendem terus, pasti akan sakit dan lama kelamaan akan menumpuk dan meledak suatu hari nanti. Jadi, aku bersedia mendengarkan apapun itu yang sekarang sedang kamu hadapi."
Ekspresi melongo Al waktu itu, sangat masih terasa baru saja ia alami. Itu adalah pertemuan pertama mereka. Dan dari situlah, Keysa dan Al berteman baik. Mereka selalu bermain bersama, kebetulan sekali rumah Al tidak jauh dari rumah Keysa—hanya terpisah satu rumah saja di tengah rumah keduanya.
Jika salah satunya tidak ada di rumah, tinggal cari saja di rumah yang satu, pasti ketemu. Tempat keduanya bermain kalau bukan di rumah Keysa, berarti mereka bermain di rumah Al. Sedangkan kalau keduanya tidak ada di salah satu rumah, berarti keduanya sedang bermain di taman bermain dalam kompleks.
Tiba-tiba Keysa merasa sedih, ketika ingatan tentang Al yang pamit karena harus ikut orang tuanya yang di pindah tugaskan ke luar kota.
Jangan tanyakan kenapa Neysa tidak bermain dengan mereka. Neysa itu lebih suka bermain dengan orang dekatnya saja, gadis kecil satu itu sangat susah untuk bisa berinteraksi dengan orang asik. Sedangkan Keysa sangat mudah berinteraksi dengan orang lain. Walau Al sering bermain di rumah Keysa, Neysa hanya akan asik bermain sendiri di kamarnya atau bermain bersama Firah.
Di tengah kerinduannya dengan masa lalunya, tanpa sengaja netra matanya menemukan sosok yang baru saja ia kenang.
Sosok yang sedang memakai jas hujan kuning itu tengah berjalan melintasi depan rumah keluarga Smith. Dia, Al, Alvaro, teman bermainnya.
Ingin sekali Keysa menghampiri Al dan mengatakan kalau gadis kecil itu sangat merindukan dirinya. Tapi ancaman Farah yang melarangkan untuk keluar rumah, membuatnya mengurungkan kembali niatnya.
Hingga keempat mata itu bersitatap di bawah hujan yang semakin deras turun, dan dengan dihalangi kaca jendela. Disana lah kedua insan itu seolah sedang memberikan sinyal telepati.
Keysa tidak bisa tahan lagi, ia sangat merindukan Al. Gadis kecil itu melirik ke dalam rumah sebelum akhirnya memutuskan untuk menghampiri Al di luar sana.
Beruntung, hari itu seluruh keluarga Smith sedang tidak ada di rumah. Hanya ada Keysa dan Neysa yang disuruh tetap berada di rumah. Hal itulah yang akhirnya membuat Keysa berani memeluk Al yang tak kalah senangnya ketika penglihatannya tidak salah mengenali teman yang selama ini ia rindukan juga.
Itulah bagaiamana akhirnya Keysa dan Al bertemu kembali. Sejak hari itu, Keysa akan selalu mencari cara agar bisa keluar sebentar dan bermain dengan Al. Kalaupun tidak ada kesempatan, maka Al yang mendatangi Keysa lewat halaman belakang.
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA
Ficção AdolescenteSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Mereka akan menjadi tokoh utama di dalam cerita hidupnya. Begitupun dengan Keysa, seorang remaja yang ketika kecil di paksa menjadi dewasa. Banyak yang iri dengan hidupnya sekarang, tetapi tidak banyak yang...