Di sebuah cafe, terdapat dua orang yang sedang duduk santai sembari menikmati minuman yang beberapa waktu lalu mereka pesan. Tetapi topik yang mereka bahas tidak sesantai kelihatannya.
"Jadi apa rencana lo?"
"Gue mau rencana kali ini berhasil. Untuk mengantisipasi kecerobohan yang kemarin-kemarin, kita harus pastiin dia sendiri dan saat itulah kita jalankan sesuai rencana."
"Menarik, so?" Orang yang menjelaskan, menyuruh orang yang berada di depannya itu untuk mendekat dan membisikkan rencananya.
Keduanya tertawa jahat, sudah yakin bahwa rencananya kali ini akan tuntas dan tidak akan salah sasaran.
But no babe. Ini bukan seorang gadis remaja biasa yang segampang itu kalian taklukan. Big no! Dia berbeda dari kebanyakan remaja. Bahkan kalian saja tidak tahu kalau orang yang sedari tadi kalian bicarakan, tengah mendengar segala rencana kalian di tempat lain.
Bukan Keysa namanya kalau tidak akan mengetahui siapa pelaku di balik kejadian yang telah menimpa sahabatnya. Dia sempat tidak percaya, namun dengan melihat tingkah mereka, seperti nya memang tidak ragu untuk mereka melakukan hal itu.
Jangan di tanya dari mana Keysa bisa mendengar perkataan mereka, padahal dirinya tengah berada di rumah sakit sekarang. Tentu saja dia menyuruh salah satu anak buahnya untuk mengikuti mereka kemana pun selama 24 jam. Keysa bisa mendengar perkataan mereka melalui mickrofon kecil yang di simpan suruhannya di dalam tempat tisu. Tentu saja mereka tidak akan menyadari hal itu.
Setelah menyimak dengan seksama, Keysa melepaskan earphone nya dan bertepatan dengan itu Cyra berlari ke arahnya.
"Habis maraton lo?" Tanya Keysa ketika Cyra sampai di sampingnya dengan nafas terputus-putus
"Ben-tar... g-gue na-fas... du-lu... " ujarnya terbata-bata.
Keya geleng-gelengkan kepalanya melihat Cyra yang tengah berusaha mengatur nafasnya agar kembali normal.
"Alya udah siuman," katanya setelah menormalkan alirah darahnya.
"Oh."
1 detik
2 detik
3 detik
"Anjirrrrr nape lo baru bilang!!!" Pekik Keysa dan buru-buru masuk ke dalam ruangan Alya—meninggalkan Cyra di kursi tunggu.
"Lah gue di tinggal. Nasib, nasib," monolongnya dan ikut masuk kedalam ruangan Alya yang berada di ujung koridor
"Busett sans ae mbak bukanya," protes Afra yang melihat Keysa dengan tidak santainya mendobrak pintu.
Keysa menulikan pendengarannya dan berjalan menuju brankar. "Lo ngga papa kan, Al? Lo amnesia? Lo butuh sesuatu? Atau lo—"
"Santuy, gue sehat-sehat aja." Alya menyumpal mulut Keysa menggunakan sebiji apel utuh.
Keysa menggigit sedikit apel itu lalu menelannya dengan kesal. "Tai lo! main nyumpal mulut gue. Pakai apel utuh lagii!!"
"Hehe sorry beib."
"Bab, beb, bab, beb, makan tuh bebek!!"
Seketika tawa yang ada diruangan Alya pecah. Setelahnya mereka berbincang-bincang dan untungnya Alya tidak menanyakan soal siapa pendonor darah untuknya.
Malam pun tiba. Sepertinya malam ini Keysa akan menuntaskan dua kuman itu.
"Lo mau kemana Key?" tanya Alya yang melihat Keysa beranjak dari duduknya sembari mengambil kunci mobil yang ada di atas nakas dekat brankar Alya.
"Gue ada urusan."
"Gue ikut!" kata Afra berdiri dari duduknya.
"Gue juga!" timpal Kaila ikut berdiri dan meninggalkan kegiatannya bermain game di ponselnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA
Fiksi RemajaSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri. Mereka akan menjadi tokoh utama di dalam cerita hidupnya. Begitupun dengan Keysa, seorang remaja yang ketika kecil di paksa menjadi dewasa. Banyak yang iri dengan hidupnya sekarang, tetapi tidak banyak yang...